Gelombang Panas Picu Berbagai Bencana di Eropa

Kebakaran menyebabkan ribuan orang mengungsi dan kereta tidak berfungsi.

AP/Service Communication-Protocole
Foto ini disediakan oleh pemadam kebakaran wilayah Gironde (SDIS 33) menunjukkan seorang petugas pemadam kebakaran memadamkan api di dekat Landiras, Prancis barat daya, Sabtu 16 Juli 2022. Angin kencang dan cuaca panas dan kering membuat upaya petugas pemadam kebakaran Prancis frustrasi untuk mengatasi kebakaran hutan besar yang melanda hutan pinus di wilayah Bordeaux pada hari Sabtu untuk hari kelima berturut-turut, salah satu dari beberapa Eropa yang terik dalam beberapa hari terakhir.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran hutan yang dipicu angin kencang melanda daerah pegunungan dekat Athena, Yunani, memaksa ribuan pasien di rumah sakit mengungsi. Sementara Inggris menghitung kerugian yang disebabkan hari-hari terpanasnya.

Baca Juga

Bulan ini Eropa dilanda kebakaran hutan, bencana itu terjadi di Yunani, Prancis, Spanyol, Turki, Italia dan Portugal. Ilmuwan yakin api yang menyala karena udara yang semakin panas dan lembab berkaitan dengan perubahan iklim.

Asap tebal membuat awan di atas Gunung Penteli yang terletak di sekitar 27 kilometer sebelah utara Athena menghitam. Hampir 500 petugas pemadam kebakaran, 120 mesin pemadam api dan 15 pesawat pembawa air mencoba menjinakkan api.

Kebakaran dimulai pada Selasa (19/7/2022) sore terus berlanjut sampai Rabu (20/7/2022). Pihak berwenang Yunani mengatakan mereka telah mengevakuasi sembilan pemukiman warga.

Satu rumah sakit dan Lembaga Observasi Nasional Athena juga dievakuasi. Polisi membantu sekitar 600 warga keluar dari daerah yang terdampak kebakaran hutan.

Seorang ibu melindungi bayinya dari matahari dengan payung di Westminster Bridge di London, Selasa, 19 Juli 2022. Inggris memecahkan rekor suhu tertinggi yang pernah tercatat di tengah gelombang panas yang melanda sebagian besar Eropa. Peramal cuaca nasional memperkirakan akan semakin panas pada hari Selasa di negara yang tidak siap untuk keadaan ekstrem seperti itu. - (AP/Frank Augstein)

"Ini malam yang sulit," kata juru bicara pemadam kebakaran Yunani Yiannis Artopios dalam sebuah laporan stasiun televisi.

Ia mengatakan kecepatan angin mencapai 80 kilometer per jam. Angin kecang diprediksi akan terus berlangsung sampai Rabu sore. "Karena intensitas dan kecepatan angin, arah api berubah terus sepanjang malam," katanya.

Tahun lalu kebakaran menghanguskan 120 hektar hutan dan semak di berbagai wilayah di Yunani. Ketika negara itu mengalami gelombang panas terburuk dalam 30 tahun.

Sejak 12 Juli lalu pemadam kebakaran Prancis berusaha menjinakan api di wilayah Gironde. Menteri Pertanian Marc Fesneau mengatakan dibutuhkan lebih banyak investasi untuk mengatasi ancaman-ancaman seperti kebakaran hutan.

"Kami harus menghadapi situasi yang luar biasa," katanya tentang kerusakan yang terjadi di Inggris dan selatan Prancis. Presiden Emmanuel Macron mengunjungi Gironde pada Senin (18/7/2022) lalu.

Pemadam kebakaran Inggris juga harus bekerja sepanjang malam untuk memadamkan kebakaran hutan. Para teknisi berjibaku memperbaiki rel kereta yang melengkung karena panas. Warga Inggris terbangun dari tidur mereka karena suhu udara mencapai 40 derajat Celsius untuk pertama kalinya.

"Saya pikir hari ini menjadi pengingat, pentingnya mengatasi perubahan iklim karena ini merupakan peristiwa tidak biasa yang luar biasa," kata Menteri Keuangan Simon Clarke.

Pada Selasa kemarin pemadam kebakaran London menjalani hari tersibuk mereka sejak Perang Dunia II. Kebakaran menghanguskan puluhan properti di ibukota Inggris itu dan mendorong api ke ladang rumput di sebelah rel dan jalan.

Jadwal kereta dari London ke timur Inggris pada Rabu dibatalkan setelah api yang membakar peralatan pengirim sinyal di Kota Peterborough, Inggris tengah. Kebakaran lain merusak jaringan rel.

Jaringan transportasi Jerman juga terganggu oleh cuaca ekstrem. Pihak berwenang navigasi mengatakan tingkat permukaan air Sungai Rhine turun jauh. Kapal kargo yang berlayar di sungai itu harus mengurangi muatan mereka.

Hal ini menghambat pengiriman melalui sungai-sungai di Duisburg, selatan Jerman. Panel ilmuwan iklim PBB (IPCC) sudah mengkonfirmasi perubahan iklim membuat gelombang panas semakin panas dan sering.

Emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia membuat bumi lebih panas 1,2 derajat Celsius dibanding zaman pra-industri. Garis dasar yang lebih hangat artinya suhu bumi dapat jauh lebih panas ketika gelombang panas terjadi.

"Setiap gelombang panas yang telah kami alami hari ini semakin panas dan sering karena perubahan iklim," kata ilmuwan iklim di  Imperial College London,  Friederike Otto yang juga memimpin penelitian kolaborasi World Weather Attribution.

Kabut panas terlihat di atas rel kereta api di stasiun kereta Alexandra Palace di London, Selasa 19 Juli 2022. Jutaan orang di Inggris terbangun dari malam terpanas di negara itu pada Selasa dan bersiap menghadapi hari ketika suhu bisa memecahkan rekor, sebagai panas gelombang yang menghanguskan Eropa menerjang negara yang tidak dibangun untuk ekstrem seperti itu - (AP/Yui Mok/PA)

Namun gelombang panas juga dipicu kondisi lain. Di Eropa sirkulasi atmosfer merupakan faktor penting.

Penelitian jurnal Nature bulan ini menemukan gelombang panas di Eropa tiga sampai empat kali lebih cepat dibanding lintang utara lainnya seperti Amerika Serikat. Penulis laporan ini mengaitkannya pada perubahan arus jet atau  jet stream, gerakan udara dari barat ke timur di dunia bagian utara.

Demi melihat seberapa besar perubahan iklim berdampak pada gelombang panas tertentu, sejak tahun 2004 ilmuwan menggelar "penelitian atribusi". Sudah lebih dari 400 penelitian dilakukan pada peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, banjir dan kekeringan.

Penelitian-penelitian itu bertujuan mencari tahu seberapa banyak peran perubahan iklim dalam bencana-bencana tersebut. Para peneliti membandingkan situasi iklim saat ini dengan simulasi bumi tanpa gas rumah kaca yang disebabkan aktivitas manusia.

World Weather Attribution menemukan gelombang panas di Eropa Barat yang terjadi pada Juni 2019 seratus kali lebih mungkin terjadi di Prancis dan Belanda dibandingkan bila manusia tidak mengubah iklim.

"Tanpa pengaruh manusia pada iklim rata-rata gelombang panas ekstrem di darat akan lebih mungkin terjadi satu kali setiap 10 tahun kini tiga kali lebih sering," kata peneliti iklim dari ETH Zurich Sonia Seneviratne.

Suhu udara bumi hanya dapat turun bila manusia berhenti menambah gas rumah kaca ke atmosfer. Bila hal itu tidak dilakukan maka gelombang panas akan semakin buruk. Kegagalan mengatasi perubahan iklim akan meningkatkan panas ekstrem hingga lebih berbahaya.

Dalam Perjanjian Paris 2015 negara-negara di seluruh dunia sepakat memotong emisi cukup cepat hingga membatasi pemanasan global sampai 2 derajat Celsius dan bertahan di 1,5 derajat Celsius demi menghindari dampak berbahaya. Kebijakan saat ini tidak cukup cepat memotong emisi untuk mencapai tujuan itu.

Di zaman pra-industri gelombang panas terjadi satu kali setiap sepuluh tahun. IPCC mengatakan gelombang panas terjadi 4,1 kali lebih sering dengan suhu 1,5 derajat Celsius lebih hangat dan 5,6 kali lebih sering dengan suhu 2 derajat Celsius.

Seneviratne mengatakan membiarkan bumi lebih hangat 1,5 derajat Celsius artinya gelombang panas akan semakin sering terjadi di masa depan. Perubahan iklim meningkatkan kondisi panas dan kering yang memicu kebakaran lebih cepat menyebar, lebih lama dan lebih intensif.

Spanyol

Foto ini disediakan Kamis 14 Juli 2022 oleh pemadam kebakaran wilayah Gironde (SDIS33) menunjukkan kebakaran hutan di dekat Landiras, Prancis barat daya, Rabu, 13 Juli 2022. Serentetan kebakaran hutan menghanguskan beberapa bagian Eropa, dengan petugas pemadam kebakaran berjuang melawan api di Portugal, Spanyol, dan Prancis selatan. Di Prancis, dua kebakaran berkobar di luar kendali di wilayah sekitar Bordeaux di barat daya Prancis selama tiga hari berturut-turut, meskipun ada upaya 1.000 petugas pemadam kebakaran dan pesawat penampung air untuk menahannya. - (AP/Service Communication-Protocole )

Perubahan iklim telah meningkatkan lama dan luas lahan yang terbakar di Mediterania. Tahun lalu lebih dari setengah juta hektar lahan Uni Eropa hangus oleh kebakaran hutan. Menjadi musim panas terburuk kedua bagi blok itu setelah tahun 2017.  

Cuaca panas juga mengurangi kelembaban tumbuh-tumbuhan. Sehingga vegetasi yang kering akan membantu api cepat menyebar.

"Kondisi yang lebih panas, kering saat ini, hanya membuat (api) jauh lebih berbahaya," kata ilmuwan senior di Copernicus Center, Mark Parrington.

Portugal dan Yunani berpengalaman menghadapi kebakaran hutan sepanjang musim panas. Dengan anggaran darurat Uni Eropa mereka memiliki infrastruktur untuk menghadapinya.

Tapi suhu udara mendorong kebakaran hutan menyebar ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah mengalaminya dan kurang siap menghadapinya. Pengelolaan hutan dan sumber api juga faktor penting.

Sembilan dari 10 kebakaran hutan di Eropa dipicu aktivitas manusia. Seperti pembakaran, barbeque, jaringan listrik atau sampah kaca. 

 
Berita Terpopuler