8 Tahun Tragedi Pesawat MH17, Malaysia Serukan Investigasi Menyeluruh

Pesawat Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di Donetsk, Ukraina 8 tahun lalu.

abc news
Pesawat Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di wilayah udara Ukraina Timur, Juli 2014. Dalam sidang pengadilan in absentia di Amsterdam, Belanda pada 22 Desember 2021, keempat terdakwa dituntut hukuman penjara seumur hidup.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia berduka pada peringatan delapan tahun tragedi Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di wilayah Donetsk, Ukraina. Malaysia juga menyerukan investigasi independen serta menyeluruh terhadap penembak pesawat tersebut.

Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah dalam keterangan tertulisnya di Kuala Lumpur, Ahad (17/7/2022), mengatakan Malaysia berduka atas hilangnya 298 nyawa dalam penembakan pesawat MH17 pada 17 Juli 2014 itu. Para korban berasal dari 10 negara berbeda, mayoritas merupakan warga Belanda. Sebanyak 43 penumpang dan awak pesawat berkewarganegaraan Malaysia.

"Malaysia akan terus memberikan komitmen teguh pada anggota Tim Investigasi Gabungan (JIT) dan berharap proses peradilan transparan, dalam upaya untuk mencari kebenaran, keadilan, dan akuntabilitas," ujar dia.

Saifuddin menyampaikan penghargaan Malaysia kepada mitra JIT untuk ketekunan yang ditunjukkan dalam proses penyelidikan dari tersangka-tersangka yang berperan dalam penembakan MH17. Secara konsisten, ia mengatakan, Malaysia telah menyerukan dan mendukung proses investigasi yang independen dan menyeluruh terhadap para penjahat yang didakwa di Kejaksaan Nasional Belanda.

Dalam memperingati para korban dan ahli waris dari kecelakaan itu, menurut Saifuddin, hanya proses hukum yang komprehensif yang dapat memberikan keputusan yang adil dan setimpal. Malaysia sangat puas dengan kemajuan yang dicapai selama ini.

"Kami memanjatkan doa untuk keluarga yang berduka karena kehilangan orang yang mereka cintai dalam kecelakaan MH17. Upaya yang dilakukan sejauh ini adalah demi mereka dan kami akan melakukan segala kemungkinan untuk mendapatkan keadilan atas insiden tragis itu," kata Saifuddin.

 

Pengadilan perdana

Sidang perdana jatuhnya Malaysian Airlines MH17 digelar di Amsterdam, Belanda pada Maret 2020. Tim Investigasi Gabungan Internasional (JIT) telah menetapkan empat terdakwa yang terdiri atas tiga orang warga Rusia dan satu orang warga Ukraina. Mereka merupakan separatis pro Rusia yang membantu pemberontak melawan pasukan pemerintah Ukraina di Ukraina timur.

Hakim ketua Hendrik Steenhuis, kanan, menunjuk saat ia dan hakim serta pengacara lainnya melihat puing-puing pesawat Malaysia Airlines MH17 yang direkonstruksi, di pangkalan udara militer Gilze-Rijen, Belanda selatan, Rabu, 26 Mei 2021. - (AP Photo/Peter Dejong, Pool)

Tiga dari empat terdakwa itu adalah Sergey Dubinsky, Oleg Pulatov, dan Igor Girkin dari Rusia. Sementara itu, tersangka lainnya adalah Leonid Kharchenko dari Ukraina.

Baca Juga

Girkin mengatakan, kelompok pemberontak tidak bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat MH17. Mereka juga menolak untuk memberikan keterangan lebih lanjut.

Jaksa mengatakan, para terdakwa membantu mengatur sistem rudal Rusia yang digunakan untuk menembak MH17 yang merupakan pesawat sipil. MH17 terbang dari Amsterdam, Belanda, ke Kuala Lumpur, Malaysia, pada 17 Juli 2014. Pesawat itu ditembak rudal yang diluncurkan dari wilayah yang dikuasai pemberontak pro Moskow.

Keempat terdakwa dituntut hukuman seumur hidup. Tuntutan itu dibacakan jaksa dalam sidang pengadilan in absentia di Amsterdam pada 22 Desember 2021.

Negara-negara yang tergabung dalam JIT, yakni Ukraina, Belanda, Australia, Malaysia, dan Belgia, pada 2017 sepakat menggelar persidangan di Belanda berdasarkan hukum di negara tersebut. Jaksa mengatakan, para tersangka menghadapi dakwaan pembunuhan terhadap 298 penumpang dan awak MH17.

Jika terbukti bersalah, mereka akan diganjar hukuman penjara seumur hidup. Rusia hingga kini mengaku tidak bertanggung jawab atas jatuhnya MH17. Mereka justru mempertanyakan legitimasi penyelidikan internasional dan independensi pengadilan.

"Kami berpikir Rusia masih memiliki beberapa jawaban untuk diberikan kepada kami," ujar Sander van Luik, yang kehilangan saudara lelakinya dalam kecelakaan itu.

 

Rusia mundur

Kementerian Luar Negeri Rusia pada Oktober 2020 mengatakan negaranya mundur dari perundingan jatuhnya pesawat MH17 dengan Belanda dan Australia. Rusia menuding kedua negara tersebut enggan memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengaku keputusannya untuk mundur dari perundingan tersebut terjadi sebagai respons terhadap sikap pemerintah Belanda, yang mengajukan tuntutan terhadap Moskow di Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa pada Juli 2020.

"Tindakan tak bersahabat semacam itu dari Belanda membuat upaya melanjutkan pembicaraan tripartit menjadi tidak berarti," demikian menurut pernyataan kementerian. Rusia menyebut investigasi pimpinan Belanda "bias, direkayasa, dan dipolitisasi".

"Australia dan Belanda tidak berusaha memahami apa yang telah terjadi pada musim panas 2014 dan justru bermaksud membuat Rusia mengaku bersalah dan memperoleh kompensasi bagi para kerabat korban," katanya.

 
Berita Terpopuler