Para Korban Tinder Swindler Kolaborasi Galang Kampanye

Keluarga Leviev, taipan berlian Israel, bergabung dengan korban Tinder Swindler.

Netflix
Film dokumenter Netflix, The Tinder Swindler, ungkap perjuangan korban penipuan miliarder gadungan yang menjalin kisah cinta dengan mereka setelah berkenalan di Tinder.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa korban dari pelaku penipuan di aplikasi Tinder yang diungkap lewat film dokumenter Tinder Swindler memutuskan berkolaborasi. Mereka menggalang kampanye khusus untuk memperingati peristiwa itu.

Cecilie Fjellhøy dari Norwegia, Pernilla Sjöholm dari Swedia, dan Ayleen Charlotte dari Amsterdam sama-sama menjadi korban penipuan Shimon Hayut. Hayut mengaku sebagai Simon Leviev, putra dari "raja berlian" Israel Lev Leviev untuk memeras para perempuan itu.

Kini, Fjellhøy bersama Sjöholm dan Charlotte bekerja sama dengan CEO Leviev Diamonds, Chagit Leviev, yang merupakan putra Lev yang sesungguhnya. Mereka merancang gelang "Stronger Together" dengan emas dan berlian, menyimbolkan kekuatan kolaborasi.

Gelang itu dibanderol seharga 169 dolar AS (sekitar Rp 2,5 juta). Hasil penjualan dimaksudkan untuk menutup kerugian finansial Fjellhøy, Sjöholm, dan Charlotte. Sebanyak 10 persen dari keuntungan disisihkan untuk amal.

Inisiatif itu diawali oleh Chagit Leviev, yang nama keluarganya dicatut oleh Hayut. Setelah menonton Tinder Swindler di Netflix, Leviev berusaha menghubungi para perempuan yang menjadi korban penipuan.

Leviev mengaku terkejut mendapati keluarga dan perusahaannya disebut-sebut dalam film, bahkan tayangan dokumenter itu menampilkan foto keluarganya. Leviev juga sedih melihat apa yang dialami para korban akibat manipulasi Hayut.

"Dia menyamar sebagai CEO perusahaan ini. Sangat disayangkan, dan kami merasa sangat menyesal. Tapi saya juga bangga mereka berani membicarakannya di depan seluruh dunia untuk mencoba melawan pria itu," ujarnya.

Leviev mengaku keluarganya sudah mencoba melawan Hayut selama bertahun-tahun, namun tidak dapat menghentikannya. Terungkapnya kejahatan dan kebohongan Hayut dalam film dokumenter menunjukkan kekuatan dari keberanian berbagi cerita dan pengalaman.

Itu sebabnya Leviev berpikir bisa menciptakan sesuatu bersama di mana para korban bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan. Selain Fjellhøy, Sjöholm, dan Charlotte masih banyak perempuan lain yang jadi korban Hayut.

Menurut laporan, Hayut diduga telah menipu sekitar 10 juta dolar AS (sekitar Rp 149,75 miliar) dari orang-orang di seluruh dunia dari 2017 hingga 2019. Sejak 2011, Hayut sudah meninggalkan negara asalnya, Israel untuk menghindari suatu hukuman.

Baca Juga

Hayut melarikan diri ke Finlandia, di mana dia dijatuhi hukuman dua tahun penjara pada 2015 setelah didakwa menipu tiga perempuan. Hayut kembali ke Israel pada 2017, tetapi kemudian melakukan perjalanan ke Eropa untuk kedua kalinya ketika dia mengubah namanya.

Hayut adalah buronan di beberapa negara, termasuk Israel, Swedia, Inggris, Jerman, Denmark, dan Norwegia. Leviev menyampaikan, sejak 2017 dia dan keluarganya menerima banyak telepon dan email dari vendor Eropa mengenai sewa yang tidak dibayar untuk pesawat pribadi, kapal pesiar, dan layanan mobil kelas atas. Itu semua diduga merupakan ulah Hayut.

Penipu di Tinder, Simon Leviev (kiri) saat ditangkap di Athena, Yunani, 1 July 2019. Pria yang menjadi bahasan dalam film dokumenter Netflix Tinder Swindler ini telah diblokir permanen dari aplikasi kencan. - (EPA)


Banyak orang benar-benar mengira Hayut adalah anggota keluarga sehingga perusahaan terkena imbasnya. Leviev berharap kolaborasi dengan para korban bisa menjernihkan berbagai kebingungan, menegaskan Hayut sama sekali bukan anggota keluarga.

Selain menggagas kampanye penjualan perhiasan, Fjellhøy, Sjöholm dan Charlotte juga meluncurkan penggalangan dana GoFundMe di laman resmi mereka. "Yang kami inginkan adalah hidup kami kembali," ungkap mereka, dikutip dari laman Fox News, Senin (4/7/2022).

 
Berita Terpopuler