IDAI: Waspadai Sindrom Peradangan Multisistem Setelah Anak Negatif Covid-19

Sindrom peradangan multisistem bisa terjadi 2-6 pekan setelah anak kena Covid-19.

Newsflash / Consejo Jenderal De Colegios Ofic
Lesi ungu sangat mirip dengan cacar air, campak, atau chilblains tampak pada pasien Covid-19. Sindrom peradangan multisistem dapat mengusik anak setelah ia sembuh dari Covid-19.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Yogi Prawira menyerukan para orang tua untuk mewaspadai multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) pada anak usai terpapar Covid-19. Sindrom peradangan multisistem pada anak bisa terjadi setelah anak sembuh dari Covid-19.

Baca Juga

"Pada saat fase akut memang 70 persen anak-anak itu mungkin gejalanya ringan, bahkan sebagian tanpa gejala, tapi kita tetap harus waspada sesudah itu, kalau misalnya timbul gejala-gejala peradangan maka harus segera diperiksakan ke dokter," ujar dr Yogi dalam webinar Liburan Sehat, Anak Aman Covid-19 di Jakarta, Rabu (29/6/2022).

Dr Yogi mengatakan, banyak yang berasumsi bahwa anak yang terinfeksi Covid-19 hanya tampak pada fase akut atau fase terinfeksi saja. Padahal, para dokter banyak menemukan adanya kondisi MISC) pada anak usai terpapar Covid-19.

Dr Yogi mengatakan kondisi MIS-C umumnya terjadi pada fase lanjut meski hasil PCR sudah negatif. Kondisi itu muncul dua hingga enam pekan setelah terpapar Covid-19.

MIS-C merupakan kondisi medis ketika bagian organ-organ tubuh pada anak mengalami peradangan atau inflamasi, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan. "Itu adalah sesuatu sindrom, peradangan hebat yang terjadi pada berbagai sistem organ, justru itu terjadi pasca Covid-19," tutur dr Yogi.

Dr Yogi menjelaskan, jika anak terpapar Covid-19 dari fase akut menjadi kritis biasanya anak itu memiliki komorbid, seperti penyakit jantung bawaan, ginjal kronik, atau defisiensi sistem imun. Ia mengatakan, MIS-C sering kali terjadi pada anak-anak yang imunitasnya baik, tapi beberapa pekan atau bulan setelah Covid-19 teratasi baru timbul peradangan hebat.

"Jadi, pada anak, kita tidak hanya bicara pada fase akutnya saja. Justru pada saat PCR yang sudah negatif, beberapa anak mengalami peradangan hebat sehingga yang paling utama adalah pencegahan (terkena Covid-19)," tutur dr Yogi.

Oleh karena itu, lanjut dr Yogi, para orang tua diminta untuk memperhitungkan faktor risiko bila ingin bepergian bersama anak keluar rumah. Seandainya memang harus melaksanakan perjalanan, ia merekomendasikan mencari lokasi yang terbuka atau ventilasinya terbuka, ada aliran udara.

"Walaupun outdoor, saya tetap menyarankan untuk menggunakan masker untuk anak di atas dua tahun," tuturnya.

 
Berita Terpopuler