Sinyal Peringatan dari Angka Positivity Rate Covid-19 di DKI Jakarta

Peningkatan kasus Covid di Indonesia bisa berlangsung setidaknya hingga akhir Juli.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas kesehatan melakukan tes usap PCR kepada calon haji di area Masjid Pusdai, Kota Bandung, Selasa (28/6/2022). Sebanyak 228 jamaah calon haji kloter terakhir asal Kota Bandung mengikuti tes usap PCR dan uji kehamilan, sebagai salah satu persyaratan keberangkatan haji serta untuk memastikan jamaah calon haji bebas dari Covid-19. Foto: Republika/Abdan Syakura
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Rr Laeny Sulistyawati

Baca Juga

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melaporkan, positivity rate Covid-19 di DKI Jakarta mencapai 12,9 persen dalam kurun waktu 25 Mei 2022 hingga 25 Juni 2022. Angka ini meningkat hampir tujuh kali lipat dibandingkan sebulan sebelumnya.

Positivity rate merupakan proporsi orang positif dari keseluruhan orang yang dites. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan angka di bawah 5 persen sebagai tolak ukur terkendalinya kasus di masyarakat. Standar ini mencakup hasil yang didapatkan baik dari rapid antigen maupun PCR, tergantung kondisi masing-masing negara.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata positivity rate Covid-19 DKI Jakarta bahkan berada di angka 11,7 persen. Berbeda dengan sepekan sebelumnya, rata-rata positivity rate Covid-19 di provinsi ini sebesar 7,5 persen.

Menurut Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban, dengan terus naiknya positivity rate ini menjadi alarm penularan yang sedang tinggi. Ia pun mengingatkan agar kembali disiplin menggunakan masker.

"Positivity rate terus naik!. Hal ini menjadi sinyal bahwa penularan sedang tinggi dan saya berharap kenaikan ini tidak menjadi tren, serta keterisian rumah sakit tidak penuh lagi," kata Zubairi dalam keterangannya, Senin (27/6/2022).

Pada Senin kemarin, pemerintah melaporkan data penambahan kasus harian Covid-19 di Indonesia sebanyak 1.445 kasus baru. Dari total 1.445 kasus itu, DKI Jakarta menambah 838 kasus baru Covid-19.

Angka positivity rate di DKI Jakarta mencapai 13,7 persen per 27 Juni 2022. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko pun menegaskan, data tersebut semakin memperkuat realita bahwa pandemi belum selesai.

Positivity rate Covid-19 di atas 5 persen bukti kuat pandemi belum selesai,” tegas Moeldoko, dikutip dari siaran pers KSP, Selasa (28/6/2022).

Moeldoko mengatakan, meski positivity rate DKI Jakarta sudah melampaui standar WHO, pembatasan aktivitas masih belum diperlukan karena kapasitas rumah sakit masih memadai. Meski begitu, ia meminta kepada masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dan melakukan vaksin booster agar tidak terjadi kenaikan kasus dan positivity rate Covid-19.

“Kalau masyarakat masih cuek protokol kesehatan dan cuek vaksin booster maka kemungkinan kasus akan terus melonjak. Ojo kesusu (jangan tergesa-gesa) lepas masker,” pesan Moeldoko.

 

 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun mengingatkan status pandemi Covid-19 masih terjadi di Indonesia dan negara-negara lain. Tak hanya itu, virus ini akan terus bermutasi dan kini yang sedang berkembang adalah Omicron subvarian BA.4 dan BA.5. 

"Pandemi Covid-19 masih ada di Indonesia dan dunia. Ini bisa dilihat dari angka positif (positivity rate) dan hospitalisasi, jadi harus diwaspadai untuk dijaga," kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril, Selasa (28/6/2022).

Menurut Syahril, kasus Covid-19 saat ini bersifat fluktuatif. Sehingga, Kemenkes meminta masyarakat jangan kaget kalau ternyata kasusnya meningkat lagi kemudian di lain waktu menurun.

Kemenkes juga mengingatkan virus ini akan terus bermutasi menjadi varian baru atau sub varian lainnya. Saat ini, yang sedang bermutasi adalah subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Ia menjelaskan, subvarian ini mengubah sifat dan karakter Covid-19.  Lebih lanjut Kemenkes mendapatkan laporan bahwa tingkat penyebaran dan penularan BA.4 dan BA.5 hampir sama dengan varian omicron sebelumnya yang notabane penyebarannya lebih tinggi dari varian Delta.

Namun, Kemenkes mencatat tingkat keparahan BA.4 dan BA.5 tidak seganas Omicron yang lalu. Karena kasus BA.4 dan BA.5 belum banyak di dunia, Kemenkes kemudian merujuk kesimpulan sementara yang dirilis oleh organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) bahwa gejala BA.4 dan BA.5 sama seperti Omicron yang lalu seperti batuk, demam, badan pegal, anosmia kehilangan penciuman, dan sebagian sesak napas.

"Kita bersyukur tingkat keparahan BA.4 dan BA.5 lebih rendah dibandingkan Omicron sebelumnya. Sehingga, meski kasusnya meningkat, yang masuk rumah sakit tak banyak dan yang meninggal tak banyak karena keganasan lebih rendah," katanya.

Atas pertimbangan itu, pemerintah hingga kini masih menetapkan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1. Dengan level ini, ia menyebutkan kapasitas mal bisa sampai 100 persen hingga jam 10 malam, kemudian tempat wisata juga bisa diisi sampai penuh.

Kendati demikian, Syahril mengutip pernyataan presiden Joko Widodo bahwa protokol kesehatan harus tetap dijaga. Kalaupun ada pelonggaran masker, dia melanjutkan, pemakaiannya disesuaikan dengan kondisi tertentu.

"Jadi,  jangan dipotong kalimatnya. Artinya boleh tidak memakai masker di luar ruangan atau gedung, tapi saat tidak banyak orang atau kerumunan," ujarnya.

Sementara itu, jika ada di pertandingan sepak bola, olahraga, konser, tempat wisata maka harus tetap memakai masker. Ia menambahkan, ketentuan menggunakan masker juga berlaku untuk orang yang sedang sakit, memiliki penyakit penyerta (komorbid), hingga lanjut usia. Alasamnya karena berisiko untuk terpapar virus. 

"Ingat pakai masker adalah budaya kesadaran hidup sehat untuk diri sendiri. Jadi, bukan karena dipaksa dan masyarakat harus bijak memakainya," katanya.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memperkirakan peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia bisa berlangsung setidaknya selama sebulan hingga akhir Juli 2022. Bahkan, penambahan kasus Covid-19 masih rentan terjadi hingga Agustus 2022.

"Kalau bicara potensi kenaikan kasus berakhir kapan, menurut saya paling cepat di akhir Juli 2022. Karena ini akan bersirkulasi di penduduk yang memiliki imunitas tubuh," ujar Dicky saat dihubungi Republika, Selasa (28/6/2022).

Kemudian, Indonesia masih menghadapi masa rawan penambahan kasus Covid-19, paling tidak hingga Agustus 2022. Terkait estimasi lonjakan kasus Covid-19, Dicky melihat mayoritas yang tertular virus ini tidak bergejala.

Ia menjelaskan, Indonesia saat ini menghadapi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang jika dibandingkan varian Omicron dan subvarian apa pun ternyata paling cepat penularannya dan paling efektif dalam menghindari antibodi. Ia menambahkan, virulensi tak berkurang karena subvarian ini tak hanya bisa menginfeksi orang yang sudah divaksin melainkan juga reinfeksi orang yang pernah terpapar virus.

Lebih lanjut ia menambahkan, kelompok yang rawan tertular virus ini di antaranya lanjut usia, yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), hingga yang belum memenuhi cakupan vaksinasi dosis lengkap.

"Kelompok ini yang berisiko tinggi," ujarnya.

 

Temuan Subvarian Omicron - (infografis republika)

 

 
Berita Terpopuler