BI Intervesi Nilai Tukar Rupiah Secara Hati-Hati

Depresiasi rupiah masih lebih baik dari negara berkembang lainnya.

Antara/Yudhi Mahatma
Destry Damayanti. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan, depresiasi rupiah masih lebih baik dari negara berkembang lainnya.
Rep: Lida Puspaningtyas Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menyampaikan, stabilitas nilai tukar rupiah BI jaga dengan triple interventions yakni di pasar spot, DNDF, dan SBN. Sejauh ini, BI menjalankan intervensi secara hati-hati.

"Sejauh ini kita sangat manageable dan stabil dibandingkan negara lain, depresiasi masih lebih baik dari negara berkembang lainnya," kata Destry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI Juni 2022, Kamis (23/6/2022).

Nilai tukar pada 22 Juni 2022 terdepresiasi 1,93 persen (ptp) dibandingkan akhir Mei 2022. Depresiasi tersebut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

BI menyampaikan, pasokan valas domestik tetap terjaga dan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap positif. Hal ini karena Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) terus surplus dan cadangan devisa terjaga di level 135,6 miliar dolar AS per Mei 2022.
 
Dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah sampai dengan 22 Juni 2022 terdepresiasi sekitar 4,14 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021. Nilai tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 5,17 persen, Malaysia 5,44 persen, dan Thailand 5,84 persen.

Baca Juga

 

 
Berita Terpopuler