Banyak Karyawan Mundur, Jobstreet: Gaji dan Fleksibilitas Jadi Alasan Utamanya

Banyak karyawan yang mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Pixabay
Bekerja di kantor (Ilustrasi). Ada beberapa hal yang menjadi alasan karyawan mundur dari pekerjaannya.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Country Marketing Manager Jobstreet Indonesia Sawitri Hertoto menyebut, ada dua alasan utama yang kini membuat banyak karyawan akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan. Gaji yang tidak sepadan hingga fleksibilitas dalam bekerja paling banyak dikeluhkan

Baca Juga

"Penyebab utama pengunduran diri banyak terjadi itu pertama karena gaji tidak sepadan. Artinya dia (pekerja) melihat market, kok gaji posisi saya ternyata rendah, atau gaji (dinilai tidak sepadan) dibanding workload (beban) pekerjaannya," kata Sawitri dalam peluncuran Jobstreet Job Outlook Report 2022 di Jakarta, Rabu (22/6/2022).

Di sisi lain, lanjut Sawitri, tugas dan pekerjaan yang tidak sesuai harapan juga menjadi alasan lain karyawan mundur. Hal itu terjadi karena saat proses wawancara tidak terjadi pertukaran informasi yang rinci.

Alasan lainnya, menurut Sawitri, industri kerja yang tidak sesuai bayangan atau ekspektasi. Kondisi ini kemungkinan terjadi bagi fresh graduate atau orang yang baru pertama kali bekerja atau mereka yang pindah industri/bidang pekerjaan sebelumnya.

Alasan terakhir, yaitu masalah kebebasan dan fleksibilitas bekerja. Seiring meredanya kasus Covid-19, kini banyak kantor yang mulai kembali memberlakukan WFO (bekerja dari kantor).

"Makanya banyak tuntutan dari karyawan agar perusahaan punya kebijakan bisa bekerja hybrid, antara bekerja dari rumah, dari mana pun dan dari kantor," katanya.

Secara umum, menurut Sawitri, fenomena banyaknya karyawan yang mengundurkan diri dari pekerjaan karena kesenjangan antara kenyataan dan harapan dalam bekerja yang dipicu karyawan/pelamar pekerjaan tidak memahami industri yang dimasukinya. Selain itu, mereka juga tidak memahami dengan jelas tanggung jawab pekerjaannya.

"Kemudian, mereka juga tidak mengetahui standarisasi gaji. Padahal, itu harus dipelajari saat negosiasi gaji pertama kali setelah diterima," katanya.

Sawitri menjelaskan, pelamar harus mengetahui standar gaji di level dan industri yang dilamar. Ia pun menyebut masalah utamanya tidak selalu nominal gaji yang harus lebih tinggi, karena banyak pula pelamar yang menurunkan standar gajinya demi bisa memperluas wawasan dan memperoleh portofolio demi karier di masa depan.

"Misal, biasanya kerja di bidang pemasaran lalu mencoba pekerjaan lain di Google dengan cakupan lebih besar, karena dia lihat portfolio itu akan bantu kariernya ke depan, bisa juga dia ajukan lebih rendah dari gajinya sekarang," kata Sawitri.

 
Berita Terpopuler