Jus Detoks Berbahaya, Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes

Jus detoks diklaim dapat bantu turunkan berat badan dan bikin makin berenergi.

Prayogi/Republika
Green smoothies. Jus detoks tidak mengandung protein atau serat, yang dapat mengakibatkan hilangnya massa otot dan lonjakan besar gula darah jika jusnya didominasi buah.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menerapkan diet jus detoksifikasi diklaim bisa menurunkan berat badan dan menambah tingkat energi. Akan tetapi, ahli gizi terdaftar justru mengingatkan bahaya kesehatan di baliknya. Menurut pakar, "jus detoks" dapat meningkatkan risiko diabetes.

Pelaku diet jus detoks biasanya tidak mengonsumsi apa pun kecuali jus yang mengandung sayuran, buah, dan makanan lain yang dianggap sehat, seperti kacang mete. Tujuannya adalah membanjiri sistem pencernaan dengan banyak nutrisi.

Dengan kata lain, pelaku diet tidak menyantap makanan padat. Mereka juga tidak memasukkan asupan seperti kopi, gula, alkohol, dan stimulan lain sehingga mendapatkan hidrasi yang cukup. Beberapa ahli gizi telah menentang gagasan "jus detoks".

Ahli gizi Rachel Clarkson yang mendirikan The DNA Dietician mengatakan tubuh manusia sudah memiliki sistem detoksifikasi yang kompleks di hati, ginjal, paru-paru, dan kulit. Tubuh terus-menerus membersihkan diri, membuang racun, dan melakukan detoksifikasi dari bahan yang tidak diinginkan 24 jam sehari.

"Tidak ada aturan minum jus yang membantu proses ini. Sayangnya, "jus detoks" tidak memiliki bukti ilmiah untuk mendukung penggunaannya. Hanya klaim kesehatan dan pemasaran pseudosains," kata Clarkson, dikutip dari laman Express, Ahad (19/6/2022).

Clarkson mengulas studi yang diterbitkan pada Agustus 2013 di jurnal British Medical, yang menemukan bahwa minum jus buah dikaitkan dengan risiko diabetes tipe dua yang lebih tinggi. Agar mendapat efek penurunan risiko diabetes, dianjurkan menyantap buah secara utuh, seperti blueberry, apel, dan anggur.

Selain itu, jus detoks tidak mengandung protein atau serat, yang dapat mengakibatkan hilangnya massa otot dan lonjakan besar gula darah jika jusnya didominasi buah. Clarkson menjelaskan, lonjakan gula darah dengan cepat diikuti oleh jatuhnya kadar gula darah.

Hal itu membuat seseorang semakin menginginkan gula, yang akibatnya memicu perasaan mudah marah dan lapar serta penurunan energi dan hilangnya fokus. Clarkson menyoroti pula kemungkinan penipisan nutrisi.

"Vitamin larut lemak yang ditemukan dalam makanan (A, E, K, dan D) tidak dapat diserap oleh tubuh saat seseorang melakukan diet "jus detoks" karena kurangnya lemak dalam jus," ujarnya.

Ahli gizi untuk jenama kesehatan Second Nature, Tamra Willner, memberi tahu konsekuensi jika diet "jus detoks" dilakukan terus-menerus. Walau diet sarat buah-buahan dan sayuran, tubuh justru kekurangan protein dan akan menyebabkan otot terkuras.

Baca Juga

Saat kehilangan berat badan setelah menerapkan diet itu, seseorang juga kehilangan massa otot yang pada akhirnya akan mengurangi metabolisme jangka panjang. Sementara itu, penurunan berat badan yang baik adalah mengurangi lemak tubuh sambil mempertahankan tingkat otot.

Willner menawarkan opsi yang lebih sehat untuk menurunkan berat badan dengan aman. Cara tercepat adalah dengan mengurangi jumlah makanan ultraolahan, seperti kue, keripik, biskuit, serta karbohidrat olahan seperti roti putih, pasta olahan, dan nasi putih.

Pertimbangkan untuk menyantap kombinasi makanan sehat. Gabungan itu idealnya terdiri dari protein (ayam, tahu, ikan, telur), lemak sehat (minyak zaitun, alpukat, kacang-kacangan), dan sayuran nontepung (brokoli, paprika, bayam).

 "Jika Anda benar-benar ingin melakukan diet detoks, pertimbangkan jus atau makanan yang berbasis sayuran daripada berbasis buah, untuk mengurangi potensi lonjakan kadar gula darah. Hindari olahraga yang sangat berat saat tingkat energi masih rendah," tutur Willner.

 
Berita Terpopuler