Alumni Timur Tengah akan Perkuat Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islamiyah diperkua alumni Timur Tengah.

Republika/Prayogi
Alumni Timur Tengah akan Perkuat Ukhuwah Islamiyah. Foto: Toleransi (ilustrasi)
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Jalinan Alumni Timur Tengah Indonesia (Jatti) menggelar kegiatan Silaturrahmi Nasional (Silatnas) dan Musyawarah Nasional (Munas) I di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Jumat (17/6/2022). Organisasi ini akan memperkuat ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama umat Islam di Indonesia.

Baca Juga

Ketua Dewan Pembina Jatti, KH Muhyiddin Junaidi menjelaskan, Jatti saat ini sudah terbentuk di 26 Provinsi. Namun, dia menegaskan bahwa Jatti tidak akan mengejar target untuk Pemilu 2024. Karena, kata dia, misi Jatti hanya untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah. 

"Mudah-mudahan kita tidak akan mengejar target untuk 2024. Tapi, misi kami adalah yang pertama,  menjalin ukhuwah Islamiyah," ujar Kiai Muhyiddin saat sambutan.

Menurut dia, anggota Jatti sendiri terdiri dari berbagai macam ormas Islam. Kendati demikian, Jatti tidak akan menjadi ormas Islam. Menurut dia, Jatti hanya akan menjadi wadah untuk memperkuat hubungan umat Islam Indonesia. 

"Ya mudah-mudahan Jatti tidak akan menjadi ormas Islam, tapi Jatti akan menjadi wadah yang akan melesatrikan dan memeperkuat hubungan umat Islam di Indonesia," ucap dia. 

Kiai Muhyiddin mengungkapkan, sebelum Indonesia merdeka telah banyak santri-santriwati Indonesia yang belajar ke Timur Tengah. Secara hitungan kasar, kata dia, alumni dari Timur Tengah ada sekitar 80 ribu orang. Di antara alumni Timur Tengah yang terkenal adalah pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari.

"Mereka adalah kader dan alumni Jalinan alumni Timur Tengah se-Indonesia," kata Kiai Muhyiddin. 

Dia menambahkan, masyarakat Indonesia juga tidak boleh melupakan sejarah bahwa negara-negara Arab lah yang pertama mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Karena itu, menurut dia, para alumni Timur Tengah akhirnya membuat organisasi Jatti pada 2019 lalu. 

"Maka, kami empat tahun yang lalu mendirikan Jatti ini dengan harapan agar kami di Jatti bisa memberikan berkontribusi bagi pembangunan negara Indonesia tercinta," jelas Kiai Muhyiddin. 

Silatnas dan Munas 2022 ini mengangkat tema "Konsolidasi Organisasi Serta Peneguhan Peran Jatti di Kancah Nasional dan Global". Kegiatan ini diikuti oleh 100-an lebih peserta dan dihadiri sejumlah tokoh nasional, yang di antaranya adalah  Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla. 

Dalam sambutannya, mantan Wakil Presiden RI mengatakan, para alumni Timur Tengah di Indonesia selama ini telah memberikan pengetahuan yang luar biasa kepada umat Islam. Namun, dia berharap kepada mereka agar tidak melakukan dakwah bil lisan saja, tapi juga berdakwah bil hal. 

Dia menuturkan, Nabi Muhammad SAW sendiri lebih lama menjadi pedagang daripada menjadi Rasul. Menurut dia, Nabi menjadi pedagang selama 27 tahun. Sedangkan menjadi utusan Allah hanya 22 tahun. 

"Artinya, dakwah itu bukan hanya langsung ceramah, tapi bagaimana juga memberikan contoh-contoh yang baik dan dorongan semanagat dari Rasul," kata Jusuf Kalla.

Selain itu, dia juga berharap para alumni Timur Tengah menyebarkan Islam Wasathiyah di negeri ini, bukan Islam yang radikal. "Harapan kita semua ini dapat menciptakan, dapat dikembangkan oleh para alumni-alumni Timur Tengah," jelas Jusuf Kalla. 

Sementara itu, Ustaz Abdul Somad (UAS) yang merupakan alumni Universitas Al Azhar Mesir  menyampaikan bahwa banyak ulama di Indonesia dan di Asia Tenggara yang merupakan bagian dari jalinan alumni Timur Tengah. Di antaranya, Syekh Daud bin Abdullah Al Fathani, Syekh Hamzah Fansuri, Syekh Abdurrauf Assingkili, Syekh Nawawi Al Bantai, Syekh Muhammad Yasin bin Isa Al Fadani, Syaikhonan Kholil Bangkalan, KH Soleh Darat, KH Hasyim Asy'ari, dan KH Ahmad Dahlan. 

Dia menceritakan panjang lebar tentang para alumni Timur Tengah yang sudah menjadi ulama besar di Nusatara tersebut. "Ini untuk supaya memahamkan diri bahwa jalinan Timur Tengah ini punya jalinan yang luar biasa dari zaman ke zaman sampai hari ini," ujar UAS dalam rekaman video sambutannya. 

Dalam kesempatan itu, UAS diminta untuk menyampaikan tema "Kontribusi dalam bidang Politik dan Dakwah Kuktural." Dalam sejarahnya, menurut dia, Syekh Abdurrauf Assingkili juga merupakan seorang mufti kerajaan, sehingga berdekatan dengan politik. Banyak ulama alumni Timur Tengah lainnya yang juga dekat dengan politik. 

"Tapi yang kita lihat bedanya, mereka mewarnai kekusaan, bukan mereka diwarnai oleh kekuasaan. Yang dikhawatirkan adalah kita diwarani oleh kekuasaan," kata UAS

Ketua Umum DPP Jatti, Febrian Amanda menjelaskan, acara Silatnas dan Munas ini digelar untuk pertama kalinya dan akan berlangsung hingga Ahad (19/6) mendatang. Menurut dia, para peserta juga akan diajak oleh Gubernur DKI Jakarta untuk berkunjung ke Jakarta International Stadium (JIS).

"Pak Gubernur juga mengajak ulama Jatti dan intelektual muda dan juga senior untuk melihat JIS karena kita akan berolahraga bersama. Kegiatan itu adalah penting untuk kehidupan kita pascapandemi," ujar Febrian. 

Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengucapkan selamat kepada para alumni Timur Tengah yang menggelar Silatnas dan Munas pertamanya di Jakarta. Dia berharap, kegiatan ini bisa mendorong kemajuan umat Islam dan memperkuat persatuan. 

"InsyaAllah ini akan makin memberikan manfaat dalam mendorong kemajuan umat, bisa menjaga dan menguatkan persatuan dan harapannya bisa membuat Indonesia makin tenang aman damai," kata Anies. 

Ditemui di acara yang sama, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) juga berharap, para alumni Timur Tengah yang tergabung dalam Jatti kedepanny bisa memberikan kontribusi bagi perkembangan Islam Indonesia yang moderat. 

Menurut dia, Jatti juga harus bisa menghadirkan Islam yang kontributif dan Islam yang bisa membawa solusi bagi permasalahan yang dihadapi bangsa dan negara. "Harapannya adalah mereka menjalankan peran sejarah dari alumni Timur Tengah yang telah menghadirkan kontribusi bagi Islam di Indonesia yang moderat, dengan NU dan Muhammadiyahnya," jelas HNW.

 

 

 
Berita Terpopuler