Dokter: Penderita Serangan Jantung Bisa Diselamatkan

Penderita serangan jantung butuh waktu penanganan sesegera mungkin.

Foto : MgRol112
Ilustrasi serangan jantung. Apabila serangan jantung yang luas dan parah terlambat atau tidak tertangani dengan baik, maka kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan akibat serangan jantung akan semakin berat.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan jantung tidak selalu berarti orang akan kehilangan nyawa. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Denio A Ridjab menjelaskan, perburukan kondisi pasien yang mengalami serangan jantung bisa dihindari dengan tindakan intervensi koroner perkutan primer (primary percutaneous coronary intervention) atau angioplasty primer.

Baca Juga

"Itu adalah prosedur medis untuk memulihkan aliran darah ke jantung dengan cara mengatasi sumbatan atau penyempitan pada arteri koroner yang diakibatkan oleh aterosklerosis, yakni penumpukan deposit kolesterol (disebut plak) di arteri," jelas dr Denio dikutip dari siaran resmi Heartology Cardiovascular Center, Rabu (15/6/2022).

Intervensi koroner perkutan primer dilakukan dengan meregangkan area arteri koroner yang menyempit. Prosedurnya dilakukan memakai balon yang terpasang pada kateter, yakni selang kecil yang fleksibel, masuk ke tubuh untuk menuju arteri yang bermasalah.

Dr Denio menjelaskan, serangan jantung adalah gangguan aliran darah di pembuluh darah jantung sehingga otot jantung mengalami kerusakan. Kondisi ini disebut juga infark miokard.

Penyebab utama infark miokard adalah penyakit jantung koroner. Dr Denio menjelaskan, kondisi serangan jantung termasuk dalam kegawadaruratan yang butuh waktu penanganan sesegera mungkin oleh tim gawat darurat dan spesialis jantung.

"Kematian akibat serangan jantung bisa terjadi akibat terlambat mendapatkan penanganan medis," jelas dr Denio.

Apabila serangan jantung yang luas dan parah terlambat atau tidak tertangani dengan baik, maka kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan akibat serangan jantung akan semakin berat. Penderita bisa mengalami gangguan irama jantung atau aritmia, gagal jantung, syok kardiogenik, dan henti jantung yang dapat berujung pada kematian.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sedikitnya, 15 dari 1.000 orang atau sekitar 2.784.064 orang di Indonesia menderita penyakit jantung.

Tak heran jika penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Saat ini, penyakit jantung mulai meningkat dialami pada usia muda sekitar usia 30-50 tahun.

Sebagian besar serangan jantung identik dengan gejala seperti nyeri dada, rasa tidak nyaman seperti tertekan, sensasi terbakar, sakit di dada sebelah kiri atau tengah, kemudian menjalar sampai ke punggung, rahang, dan lengan. Nyeri memberat saat beraktivitas.

Di samping itu, ada gejala lain, seperti sesak napas, munculnya keringat dingin, mual, muntah, dan pusing. Bisa juga, gejala serangan jantung dijumpai mirip dengan keluhan GERD atau maag. Bahkan, ada juga penderita serangan jantung yang tidak mengalami gejala namun langsung mengalami henti jantung atau mati mendadak.

 
Berita Terpopuler