Israel akan Jadi Pemasok Gas Baru untuk Eropa

Selama ini, gas Israel hanya melayani pasar lokal dan negara tetangga.

Photo: Business Wire
Fasilitas LNG (ilustrasi)
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Uni Eropa akan menandatangani kesepakatan pasokan gas alam dengan Israel dan Mesir. Itu menjadi bagian dari strategi perhimpunan Benua Biru untuk memangkas ketergantungan energinya dari Rusia.

Baca Juga

"Saya sangat bersyukur bahwa kita sekarang sedang mendiskusikan proyek yang menarik ini - bahwa Anda bersedia untuk meningkatkan pengiriman gas ke Uni Eropa melalui Mesir," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen setelah bertemu Perdana Menteri Israel Naftali Bennett di Yerusalem Barat, Selasa (14/6/2022), dilaporkan Bloomberg.

Von der Leyen menekankan, proyek tersebut memiliki nilai sangat penting. “Tapi kita tahu bahwa seiring waktu, kita harus bersama-sama mengeksplorasi penggunaan infrastruktur untuk energi terbarukan,” ucapnya.

Kementerian Energi Israel menyambut kesepakatan yang hendak dijalinnya dengan Uni Eropa. Menurut mereka, kesepakatan tersebut membuka pintu pertama yang memungkinkan Israel mengekspor gas secara signifikan ke Benua Biru. Menurut Kementerian Energi Israel, kesepakatan kerangka kerja akan ditandatangani Israel, Uni Eropa, dan Mesir.

Von der Leyen dijadwalkan berkunjung ke Mesir pada Rabu (15/6/2022). Menteri Energi Israel Karine Elharrar juga bakal bertolak ke Kairo untuk berpartisipasi dalam pertemuan East Mediterranean Gas Forum.

Saat ini sebagian besar gas Israel hanya melayani pasar lokal, termasuk negara tetangga, yakni Mesir dan Yordania. Israel telah meningkatkan pasokannya ke Mesir tahun ini. Kendati demikian, belum jelas berapa banyak yang disuplai dari pabrik pencairan Idku dan Damietta ke Eropa.

Awal bulan ini Perusahaan gas Rusia, Gazprom mengumumkan telah menangguhkan pasokan gasnya ke perusahaan energi asal Denmark, Orsted Salg & Service A/S dan perusahaan Shell Energy Europe. Hal itu karena kedua perusahaan gagal memenuhi syarat pembelian gas dari Gazprom, yakni dengan menggunakan mata uang rubel.

 

Pada 2021, Gazprom Export memasok 1,97 miliar meter kubik gas ke Orsted Salg & Service. Jumlah itu merupakan dua pertiga dari total konsumsi gas di Denmark. Sementara kontrak antara Gazprom dan Shell Energy Europe Limited, yakni menyediakan pasokan hingga 1,2 miliar meter kubik gas ke Jerman.

Pada 31 Mei lalu, Gazprom pun telah memperpanjang pemangkasan suplai gasnya ke GasTerra, perusahaan yang membeli dan memperdagangkan gas atas nama pemerintah Belanda. GasTerra mengatakan, ia telah menemukan kontrak di tempat lain untuk memperoleh pasokan 2 miliar meter kubik gas yang diharapkan diterima dari Gazprom antara Juni dan Oktober.

Sebelumnya Rusia pun sudah menyetop pasokan gas alamnya ke Bulgaria, Finlandia, dan Bulgaria. Hal itu karena ketiga negara tersebut menolak melakukan pembelian dengan menggunakan rubel. Ditutupnya aliran gas Rusia telah memicu kenaikan harga gas serta berkontribusi pada melonjaknya inflasi. Di sisi lain, hal itu memberi tekanan pada pemerintah dan perusahaan di Eropa untuk menemukan pemasok alternatif selain Moskow, termasuk fasilitas penyimpanannya.

Meski situasinya demikian, pada 31 Mei lalu, Uni Eropa tetap menyetujui embargo parsial terhadap komoditas minyak Rusia. Hungaria, Slovakia, serta Republik Ceko diberi pengecualian dan tetap diperkenankan memperoleh pasokan minyak Rusia yang dikirim lewat pipa Druzhba. Keputusan embargo yang sudah diperdebatkan selama berminggu-minggu bertujuan menghentikan 90 persen impor minyak mentah Rusia ke 27 negara anggota Uni Eropa. Hal itu akan berlaku penuh akhir tahun ini.

 

Embargo yang dilakukan perhimpunan Benua Biru akan menjadi sanksi paling keras terhadap Moskow sebagai konsekuensinya menyerang Ukraina. Namun di sisi lain, sanksi tersebut bakal turut mempengaruhi Uni Eropa. Pada 2020, Rusia merupakan pemasok seperempat impor minyak Uni Eropa. Eropa adalah tujuan hampir separuh dari ekspor minyak mentah dan produk minyak Rusia. 

 
Berita Terpopuler