Malaysia dan Negara-Negara Timur Tengah tak Terima Jadi Nomor Buncit di Bagan TasteAtlas

Indonesia berada di peringkat 14 di bagan 50 Masakan Terbaik versi TasteAtlas.

TasteAtlas
Bagan 50 best cuisine versi TasteAtlas. Indonesia berada di peringkat 14, sementara Malaysia terpaut jauh di 46.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TasteAtlas pada awal Juni 2022 merilis peringkat masakan dunia dan menempatkan Malaysia di peringkat 46 dari 50 negara, sementara negara-negara Timur Tengah harus puas masuk dalam 50 besar. Hanya Turki yang mendapat peringkat lebih baik, yakni di urutan 17.

Alhasil, bagan TasteAtlas yang menampilkan "50 Masakan Terbaik" itu pun menimbulkan kontroversi. Pengguna media sosial pun mempertanyakan banyak hal, mulai dari metodologi hingga muncul isu "harus membayar" agar bisa masuk dalam urutan terbaik.

Pengguna dan kritikus media sosial dengan cepat mencemooh peringkat yang dirilis oleh TasteAtlas pada 4 Juni 2022 itu. TasteAtlas pun mengumpulkan ribuan komentar negatif di akun Twitter-nya.

Baca Juga

Di antara kritik yang menonjol, ada yang menyebut survei dapat dimanipulasi oleh ulasan palsu atau bias. Terlepas dari peringkat Malaysia yang diprotes warga negeri jiran itu, pengguna juga mempermasalahkan posisi Amerika Serikat yang tinggi, yakni urutan ke-13. Pengguna Twitter juga mengatakan daftar itu secara tidak adil menguntungkan negara-negara Eropa daripada negara-negara lain.

"Lima negara teratas ada di Eropa, cukup tahu sajalah tentang daftar ini,” kata seorang pengguna.

"Makanan Lebanon layak mendapatkan yang lebih baik," kata yang lainnya menimpali.

Beberapa pengguna Twitter menyatakan keterkejutannya bahwa Aljazair mendapat peringkat 26, lebih tinggi dari negara Arab lainnya. Pengguna lain menggambarkan daftar itu rasis, dan mencatat bahwa tidak ada negara Afrika barat atau timur yang masuk dalam daftar 50 besar.

Enam negara Timur Tengah dan Afrika Utara lainnya, seperti Iran, Maroko, Suriah, Lebanon, Tunisia, dan Mesir hanya masuk dalam 50 besar. The New Arab bahkan sampai menghubungi TasteAtlas untuk informasi lebih lanjut terkait peringkat itu, namun tidak direspons ketika beritanya dipublikasikan.


Dalam komentar eksklusif untuk The Vibes, pihak TasteAtlas menanggapi kritik tersebut. "Peringkat masing-masing negara diperoleh oleh peringkat rata-rata pengguna dari 30 hidangan, minuman, dan produk makanan terbaik di negara itu," jelasata TasteAtlas.

Perusahaan menjelaskan bahwa pengguna diberi kebebasan untuk menilai hidangan. Perusahaan itu juga menggunakan AI untuk memvalidasi akun yang ikut memberikan penilaian. Skor hanya akan dihitung jika penggunanya nyata (bukan akun bodong atau bot).

Ada sejumlah kriteria lain di mana sistem bisa menilai apakah pengguna itu nyata. Menurut peringkat pada Juni 2022 yang diperbarui TasteAtlas itu, Malaysia hanya berhasil memperoleh skor 4,19 dari lima terbawah bersama Mesir, Bolivia, Uruguay, dan Slovenia.

Italia menduduki puncak daftar dengan skor 4,78. Yunani (4,75), Spanyol (4,65), Rumania (4,57), dan Prancis (4,54) melengkapi daftar lima besar tertinggi. Indonesia berada di peringkat 14 disusul Filipina (peringkat 19) dan Thailand (peringkat 21). Ketiganya menjadi negara-negara Asia Tenggara yang berada di posisi cukup baik dalam bagan.

TasteAtlas adalah perusahaan yang didirikan oleh jurnalis dan pengusaha Matija Babic pada 2015. Perusahaan yang berbasis di Kroasia itu mengklaim dirinya sebagai ensiklopedia rasa dan atlas dunia untuk hidangan tradisional, bahan-bahan lokal, dan restoran autentik.

Hingga saat ini, perusahaan yang terdiri dari sekitar 30 penulis dan peneliti itu, telah membuat katalog lebih dari 10 ribu makanan dan minuman. Mereka juga memiliki katalog sekitar 9.000 restoran di seluruh dunia.

 
Berita Terpopuler