Tren Kenaikan Kasus Covid-19, Prof Tjandra: Perlu Penyelidikan Epidemiologi

Prof Tjandra mengingatkan tren kenaikan kasus tidak bisa dipandang biasa-biasa saja.

www.freepik.com.
Sampel swab test Covid-19 (ilustrasi). Peningkatan tren kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa pekan dinilai terakhir perlu disikapi dengan penyelidikan epidemiologi.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesehatan yang juga Direktur Pasca-Sarjana Universitas Yarsi Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan peningkatan tren kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir perlu disikapi dengan penyelidikan epidemiologi. Hal itu penting untuk mengetahui pangkal masalahnya.

"Kebijakan memang harus diputuskan dengan amat hati-hati dengan melihat kenyataan yang ada," kata Prof Tjandra melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (11/6/2022).

Prof Tjandra sepakat bahwa kenaikan kasus saat ini masih berada di bawah indikator Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga situasi masih belum membahayakan. Di sisi lain, dalam kesehatan masyarakat, menurutnya, yang perlu dilihat bukan hanya angka mutlak sesaat, tetapi juga mempertimbangkan tren laju kasus.

"Sudah jelas sekarang kita berhadapan dengan tren yang meningkat. Sudah sampai dua kali lipat," ujarnya.

Karena itu, Prof Tjandra mendorong seluruh otoritas terkait untuk mewaspadai situasi serta melakukan tindakan yang jelas. Ia menyerukan untuk segera melakukan analisis kenaikan kasus.

"Menagapa sampai dua kali lipat, apakah karena subvarian omicron BA.4 dan BA.5 atau varian maupun sub-varian lain atau masih merupakan dampak libur Lebaran yang sudah hampir dua bulan berlalu, atau ada sebab lain," katanya.

Selain itu, Prof Tjandra juga mendorong dilakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mengetahui tentang ada tidaknya varian atau subvarian baru. Ia menyebut, pemeriksaan WGS harus ditambah jumlahnya, bukan hanya untuk tamu acara internasional di Bali dan lainnya.

Baca Juga

Prof Tjandra mengatakan prinsip dasar survailens berupa penyelidikan epidemiologi (PE) dan penelusuran kasus harus tetap diterapkan dengan ketat. Misalnya, jumlah kasus baru kemarin sekitar 600 orang, maka sebaiknya semuanya dilakukan PE.

"Toh jumlahnya belum terlalu banyak," katanya.

Jika sudah ditemukan penjelasan penyebab kasus naik berdasarkan data ilmiahnya yang rinci, menurut Tjandra, maka segera diinformasikan ke publik agar masyarakat dapat mengambil sikap secara proporsional. Kepada masyarakat, Tjandra mengimbau agar tetap menjaga protokol kesehatan sesuai aturan yang berlaku dan jangan abai.

"Kalau ada keluhan, atau ada kemungkinan kontak, maka segera memeriksakan diri dan melakukan tes," katanya.

Jika dinyatakan tertular, maka segera mengakses penanganan medis yang tepat, diisolasi agar tidak menulari keluarga dan kerabat, lansia dan mereka dengan komorbid. Untuk yang belum divaksinasi dan booster, Prof Tjandra meminta agar hal itu disegerakan, khususnya mereka dengan risiko tinggi.

"Tren kenaikan kasus ini jelas tidak bisa dipandang sebagai biasa-biasa saja, tetapi juga jangan disikapi dengan kepanikan tanpa dasar yang jelas. Ini adalah alarm kewaspadaan. Mudah-mudahan dengan penanganan yang tepat di hari-hari ini maka situasi akan dapat lebih terkendali," katanya.

 

 
Berita Terpopuler