Sesak Napas Seperti Apa yang Jadi Gejala Gagal Jantung?

Sebanyak 64 juta orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan gagal jantung.

Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah penumpang menuruni tangga usai menaiki KRL di Stasiun Manggarai, Jakarta, Jumat (13/5/2022). Mengeluh capai atau sesak napas saat naik tangga dapat menjadi gejala gagal jantung.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai untuk mengidentifikasi gagal jantung. Penderita biasanya mudah lelah dan sesak napas serta membutuhkan bantal yang lebih tinggi saat tidur.

"Sebelum taraf yang berat, dia kalau melakukan pekerjaan biasanya katakanlah naik tangga sanggup dua tingkat sekarang itu jarak naik tangganya jauh lebih singkat, hanya setengah atau cuma satu tingkat sudah mengeluh capai atau sesak napas," ujar Ketua Pokja Gagal Jantung Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia dr Siti Elkana Nauli dalam diskusi bertajuk "Kenapa Kita Harus Peduli Gagal Jantung?" di Jakarta, dikutip Rabu (1/6/2022).

Tanda-tanda lain penderita gagal jantung ialah mengeluh sesak dan sakit ketika menunduk. Gejala lain adalah ketika tidur membutuhkan lebih dari satu bantal untuk mendapatkan posisi kepala yang lebih tinggi.

Gejala gagal jantung juga berupa bengkak pada kaki dan perut. Susah bernapas dan mengeluarkan suara berlebihan ketika bernapas menjadi pertanda yang harus diwaspadai untuk pasien yang memiliki gagal jantung.

"Apa yang terjadi pada diri kita itu hanya kita yang tahu. Sebaiknya kita sadar, tadinya bisa berjalan jauh mulai (sekarang) lebih pendek, jangan-jangan ada penyakit lain. Tapi tidak semua pasien sesak napas itu gagal jantung," tuturnya.

Dr Nauli menjelaskan bahwa 64 juta orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan gagal jantung. Jumlah itu diperkirakan akan terus meningkat dengan tingkat rawat inap berulang dan kematian yang masih cukup tinggi.

Baca Juga

Di Indonesia, penyakit jantung menempati posisi pertama dengan jumlah kasus 12,9 juta. Selain itu, dia menyoroti bahwa angka rawat inap berulang karena gagal jantung masih cukup tinggi dan dapat menurunkan kemungkinan bertahan hidup.

Semakin sering pasien dirawat inap, maka angka kelangsungan hidup pasien menjadi semakin rendah. Hal itu sesuai dengan data InaHF National Registry 2018 yang menyatakan bahwa sebesar 17 persen pasien gagal jantung di Indonesia akan mengalami rawat inap berulang, 17,2 persen pasien gagal jantung meninggal pada saat rawat inap, dan 11,3 persen pasien gagal jantung akan meninggal dalam satu tahun pengobatan.

Dr Nauli mengingatkan bahwa masalah terbesar pasien gagal jantung adalah kualitas hidup yang buruk. Tingkat dirawat kembali atau hospitalisasi makin tinggi.

"Untuk itu, tujuan pengobatan gagal jantung adalah memperbaiki kualitas hidup dan mencegah rawat inap berulang karena gagal jantung dan menurunkan komplikasi," katanya.

 
Berita Terpopuler