Pengalaman Liputan Konser Musik Internasional Penuh Euforia

Sebuah konser selalu memberikan pengalaman dan sensasi musikal yang berbeda.

EPA
Penyanyi asal Amerika Serikat, Mariah Carey, saat menggelar konser belum lama ini.
Red: Endro Yuwanto

Oleh : Rusdy Nurdiansyah/Jurnalis Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, Las Ketchup, sensasi single Asereje, dan tariannya mewabah ke seluruh pelosok penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia. Mereka beranggotakan tiga gadis cantik yang terdiri atas Pilar, Lola, dan Lucia. Ketiga gadis itu berasal dari Cordoba, Spanyol Selatan.

Lagu Asereje sukses menempati posisi teratas tangga lagu di daratan Eropa dan Amerika pada era 2002. Uniknya trio tomate's daughters juga sukses mewabahkan tarian khas dalam lagu tersebut.

Yang fenomenal dari kelompok Las Ketchup ini adalah baru seminggu single The Ketchup Song (Asereje) dirilis pada akhir tahun 2002 langsung menuai sukses. Album Las Ketchup yang berjudul Hijas del Tomate, terjual lebih dari 1,5 juta kopi di seluruh dunia, sementara single Asereje sudah laku sebanyak tiga juta kopi.

Di Indonesia, menurut Sundari Assistant Promotion Manager Sony Music Indonesia, sebagai pemegang lisensi peredaran album Las Ketchup, album tersebut telah terjual sekitar 125 ribu kopi. Sedangkan di negara asalnya, Spanyol, single Asereje laku sebanyak 300 ribu kopi. Sebuah angka yang cukup fantastis untuk lagu dari Negeri Matador. Catatan luar biasa melampaui penjualan di Spanyol dibukukan Prancis, yaitu 850 ribu kopi.

Tidak hanya itu, penjualan single Asereje di beberapa negara Eropa, seperti Spanyol, Austria, Prancis, dan Jerman berhasil meraih gold bahkan di Swedia dan Swiss meraih platinum. Sementara di Belanda, Belgia, dan Italia lebih sukses lagi dengan meraih double platinum. Di daratan Amerika, seperti Meksiko dan Kolombia, Asereje juga meraih gold.

Lagu Asereje diciptakan oleh produser dan komposer asal Cordoba, Manuel Ruiz ''Queco'' Refrain. Liriknya diambil dari rap klasik tahun 1979 berjudul Rapper's Delight milik Sugarhill Gang.

Lagunya bercerita tentang seorang pemuda rumahan bernama Diego yang modis dan bergaya ala gipsi dan rastafara. Diego adalah seorang pemuda yang suka menari dan merupakan pengemar rap dan hip-hop serta suka menyanyikan lagu rap khas Andalusia.

Lagu-lagu Las Ketchup ini penuh dengan kesegaran dan kesatuan lewat alunan nada-nada rap dengan aksen kental khas Andalusia. Vokal mereka mengalir renyah tanpa mempedulikan bahasa dan aksen. Selain memasukkan unsur tradisi khas Andalusia, seperti flamenco dan gaya matador, mereka juga menggabungkan unsur seperti rumba Spanyol, pop Latin, reggae Jamaika, dan hip-hop klasik.

Dalam album Hijas del Tomate ini juga masih terdapat lagu bersemangat Asereje, artinya ada nuansa dansa dan pesona bahasa yang 'lucu' seperti lagu Kusha Las Payas atau Un de vez en Cuando. Memang kehadiran lagu Asereje memiliki kelebihan dibandingkan dengan lagu-lagu lainnya di dalam album mereka. Lagu Asereje disodorkan satu paket dengan tarian yang juga ikut populer berkat seringnya video klip lagu ini ditayangkan di televisi.

Tarian itu akhirnya dikenal dengan Goyang Asereje. Lagu ini menawarkan kegembiraan dan keceriaan yang membuat kebanyakan orang ketika mendengarkan alunan musiknya yang renyah, sadar maupun tidak sadar turut bergoyang ala goyang Asereje yang mudah ditiru.

Lantaran begitu populernya, lagu Asereje pun dibuat dalam tiga versi. Versi albumnya tampil dalam dua bahasa yakni bahasa Spanyol dan bahasa Inggris-Spanyol. Sedangkan untuk jenis musiknya selain versi asli, juga dibuat dalam dua versi lain yaitu versi hippy dan versi remix untuk pasar di Amerika.

''Aserejé ja de jé de jebe tu de jebere seibiunouva/Majavi an de bugui an de buididipi/Aserejé ja de jé de jebe tu de jebere seibiunouva/Majavi an de bugui an de buididipi/Aserejé...''

Begitulah tiga biduan cantik ini menebar demam Asereje. Ibu mereka, Tomate, adalah gitaris flamenco terkenal asal Cordoba, Spanyol Selatan. Dengan memakai nama besar ibunya, mereka menamai album pertama, yakni Hijas del Tomate yang artinya adalah anak perempuan Tomate. Kelompok tiga dara cantik ini pun menyebut diri sebagai Las Ketchup yang artinya kecap.

Fenomenal grup vokal wanita Las Ketchup juga melanda masyarakat Indonesia. Java Musikindo mendatangkan mereka dalam konser bertajuk "Asereje!! Live in Concert" yang berlangsung di Istora Senayan, Gelora Bung Karno Jakarta pada Rabu, 2 April 2003, pukul 19.00 WIB.

Ini kali pertama aku bertugas meliput konser musik internasional. Tentu ini sebuah kesempatan dan tantangan baru. Aku mencari referensi latar belakang Las Ketchup, jenis musiknya, albumnya, dan para penggemarnya. Tak lupa, aku persiapkan kelengkapan kamera untuk pemotretan konser, seperti lensa tele 80-20 mm dan beberapa rol film berkecepatan tinggi ASA 1200 serta mencari informasi posisi wartawan dan fotografer saat meliput konser musik.

Alhamdulillah, tidak ada masalah yang aku dapati selama meliput konser yang diawali dengan penampilan penyanyi dangdut Indonesia, Inul Daratista. Inul sebagai penyanyi pembuka konser membawakan dua lagu, yakni "What's Up" dan "Mbah Dukun" yang mendapat sambutan sangat meriah dari penonton.

Las Ketchup berusaha tampil maksimal namun lagu-lagunya ternyata tidak familiar bagi penonton. Ribuan penonton yang hadir tampaknya hanya menantikan dibawakannya lagu "The Ketcup Song" atau yang populer disebut "Asereje" karena memang hanya lagu tersebut yang dikenal dan populer di Indonesia.

***

Charmbracelet dijadikan tajuk konser diva pop internasional Mariah Carey di JHCC Jakarta, Sabtu, 15 Februari 2004. Mariah Carey yang saat itu mengenakan rok mini berwarna keperakan dengan belahan tinggi yang tampak seksi membuka konsernya dengan lagu Heartbreaker yang mampu mengajak penonton untuk ikut berdendang mengikuti alunan nada-nada yang dibawakannya, bahkan sebagian nampak bergoyang seiring irama.

Namun, rencana meyaksikan 10 tembang diva asal Amerika Serikat ini tak kesampaian. Tiba-tiba aku dan teman-teman fotografer diminta keluar dari stage tempat pemotretan.

Mariah Carey dikenal sebagai penyanyi yang banyak maunya. Kurang sreg sedikit, penyanyi yang lagunya cukup banyak dikenal seperti Hero, Without You, dan I'll Be There ini tak segan-segan untuk membatalkan konsernya, termasuk jika merasa tak nyaman dengan bidikan para fotografer.

Tentu hal tersebut membuat para fotografer berang. Aku dan para fotografer melakukan boikot dengan melakukan aksi mogok liputan, meletakkan kamera berjajar di depan loby utama JHCC Jakarta.

Promotor Java Musikindo, Adri Subono, mencoba menjelaskan dan meminta pengertian kami karena memang konsep konser harus sesuai dengan permintaan Mariah Carey. Terjadi debat dan aku menegaskan bahwa konser berlangsung di Indonesia dan Mariah Carey harus ikut aturan di Indonesia bukan kami harus ikut aturan mereka.

Sebelumnya para wartawan memang sudah mengetahui, Mariah Carey cukup banyak syarat dan permintaan dalam Konser Live Mariah Carey Charmbracelet World Tour 2004 ini, mulai dari kamar di Hotel Mulia Jakarta disediakan dengan dekorasi sesuai permintaannya, juga minta disediakan banyak bunga plus boneka kupu-kupu di dalam kamar. Ia pun meminta sebuah mobil limousine warna gelap dan antipeluru.

Aku terlibat argumen dengan Adri. "Tak masalah soal permintaan Mariah Carey, itu memang menjadi tanggung jawab promotor. Tapi yang jadi masalah soal terlalu berlebihan mengatur liputan," ujarku.

Aku melanjutkan argumen. "Mereka mestinya juga menghargai aturan umum liputan konser di Indonesia, bukan kita mengikuti aturan yang mereka buat sesuai keinginan mereka. Setiap negara punya aturan yang berbeda-beda dan mereka harus menyesuaikannya," jelasku kesal.

Mendengar argumenku, Adri hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil merangkul dan menepuk-nepuk pundakku. "Mohon pengertiannya," ucapnya singkat.

Kekecewaan ternyata tak hanya dialami para fotografer dan wartawan, namun juga para penonton yang menyaksikan konser selama dua jam itu. Konser terkesan terburu-buru, sepertinya memang hanya diniatkan untuk memenuhi target tur dunia ke beberapa negara Asia.

Sehingga yang tampak kemudian, Mariah Carey yang kelelahan, nampak ketika penyanyi yang memiliki jangkauan nada di atas tiga oktaf itu kesulitan ketika mengambil nada-nada tinggi. Suara Carey terdengar serak dan dipaksakan sehingga kerap fals. Ekspektasi yang tak sesuai dengan nama besar Mariah Carey sebagai diva pop internasional. Ia seakan hanya meninggalkan bekas kesombongan.

***

Selama bertugas di desk hiburan, tentu menjadi liputan wajib tatkala group musik internasional menggelar konsernya di Jakarta. Di antaranya konser Helloween (2004), Avril Lavigne (2005), Green Day (2006), Uriah Heep dan Megadeth (2007), Muse (2007), Simple Plan (2008), dan group boyband asal Taiwan F4 (2003), serta pertujukan musik Java Jazz yang setiap tahun digelar rutin.

Dan, apa pun genre musik dan siapa pun musisi saat meliput konser musik internasional menjadi kepuasan sendiri karena dapat menyaksikan penampilan langsung dari dekat para idola yang mungkin hanya bisa dinikmati dari layar kaca, radio, atau tape.

Sebuah konser selalu memberikan pengalaman dan sensasi musikal yang berbeda. Kita bisa menari dan bernyanyi bersama sang musisi serta teman-teman sesama penggemar musik.

Sorakan dan tepuk tangan saat konser juga membuat perasaan semakin melambung dengan disoroti lighting warna-warni dari berbagai sudut panggung yang mengikuti irama musik. Euforia seperti itulah yang paling ditunggu-tunggu.

 
Berita Terpopuler