Belajar dari Kasus Telly Savalas, Jangan Abaikan Gejala Kanker

Telly Savalas yang terkenal sebagai pemeran Kojak meninggal akibat kanker.

tellysavalas.com
Mendiang aktor serial Kojak, Telly Savalas, meninggal pada 1994 setelah berjuang melawan kanker.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih ingat Telly Savalas? Aktor serial Kojak itu meninggal dunia pada usia 72 tahun pada 1994 setelah berjuang melawan kanker kandung kemih. Berita kematiannya membuat penggemar patah hati.

Selain Kojak yang tayang dari 1973 hingga 1978, Savalas juga berperan sebagai musuh bebuyutan James Bond, Ernst Stavro Blofeld dalam On Her Majesty's Secret Service (1969). Setelah menikmati karier yang sangat sukses, pada 1994 pemilik nama lengkap
Aristotelis Savalas itu mengalami masalah kesehatan.

Baca Juga

"Aku sangat mencintainya. Dia pria yang luar biasa," kata Mike Mamakos, juru bicara bintang tersebut saat mengumumkan kematiannya, seperti dikutip dari laman Express, Senin (23/5/2022).

Setelah membangun karier dengan memainkan peran yang tidak simpatik, Savalas tetap menjadi pria yang sayang keluarga. Ia sering kali menjauhkan diri dari pusat perhatian Hollywood untuk menghabiskan waktu bersama enam anaknya.

Setelah jadwal kerjanya padat, Savalas justru membahayakan dirinya. Ia mengabaikan penyakitnya sejak pertama kali mulai menyadari adanya gejala kanker prostat.

Menurut putri tertua sang bintang, Christina Kousakis, ayahnya bukanlah tipe pria yang melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur. Bahkan, ayahnya kehilangan nyawa karena mengetahui bahwa ayah dan kakak laki-lakinya sama-sama menderita kanker.

"Gus (kakak Savalas) terus mengatakan kepadanya betapa pentingnya mendeteksi lebih awal. Dan saya pikir itu mungkin menyebabkan ayah berpikir bahwa sudah terlambat untuk menanganinya," kata Kousakis.

Kausakis lalu mencari ide. Dia membuat janji dengan dokter yang dikenalnya. Agar Savalas mau datang, dia mengatakan bahwa ia membutuhkan sang ayah untuk mengantarnya pulang.

Beberapa tahun lalu, Kousakis menyatakan bahwa ayahnya menderita kanker kandung kemih. Meskipun begitu, media melaporkan bahwa ia menderita kanker prostat.

Mengingat sifat penyakitnya, tidak peduli dari mana asalnya, kanker dapat dengan mudah menyebar ke kedua area tersebut. Bisa jadi, Savalas memiliki keduanya.

 

Saat Savalas menerima diagnosisnya, dilaporkan bahwa kankernya telah menyebar ke lapisan otot yang mendasari dinding kandung kemih. Ini sangat memengaruhi sebagian besar pasien, bahkan dengan pengobatan.

Savalas sempat ditawari untuk menjalani operasi pengangkatan sebagian kandung kemihnya dan organ terdekat yang menyimpan sel kanker. Namun, ia menolak karena tidak ingin melalui apa yang dialami ayahnya.

"Ayahnya sendiri telah menjalani operasi dan itu benar-benar mengerikan. Itu terjadi pada tahun 1947 atau 1948 lalu ayahnya sangat lumpuh," kata Kausakis.

Begitu penyakitnya berkembang, Savalas tidak punya pilihan selain menjalani prosedur yang dikenal sebagai kistektomi radikal. Operasi ditujukan untuk mencegah kankernya menjalar.

Selama beberapa tahun, Savalas menjalani sistoskopi alias endoskopi kandung kemih setiap tiga atau empat bulan untuk memeriksa pertumbuhan baru. Kondisi Savalas tampaknya stabil. Akan tetapi, pada Desember 1993, keadaan berubah menjadi yang terburuk.

"Kanker telah menyebar ke tulang dan organ lainnya dan dia benar-benar sangat sakit selama sekitar enam pekan," ujar Kousakis.

 
Berita Terpopuler