Teror Suara Gemeretak di Rengaspayung

Penghuni rumah selalu merasa was-was setiap mendengar suara tanah bergerak

Republika/Lilis Sri Handayani
Longsor yang melanda Blok Rengaspayung, Desa/Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu bertambah parah, Jumat (20/5/2022). Warga berharap ada tindakan nyata dari pemerintah untuk mengatasi kondisi tersebut.
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Amiroh sedang memasak di dapur rumahnya di RT 09 RW 05 Blok Rengaspayung, Desa/Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, Jumat (20/5/2022). Namun, tak seperti dapur pada umumnya, posisi dapur tersebut berada di ruang tamu.

Baca Juga

Sejak beberapa pekan terakhir, Amiroh terpaksa memfungsikan ruang tamunya sebagai dapur. Menerima tamu maupun ketika memasak dilakukan di ruangan yang sama. Hal itu terpaksa dilakukan Amiroh karena dapur rumahnya amblas terbawa tanah yang longsor. Sejak pertengahan Ramadhan hingga saat ini, tanah yang amblas sudah sedalam satu meter. Hal itulah yang menyebabkan dapur rumahnya menjadi ambruk.

"Ini sudah ketiga kalinya. Sebelumnya dapur dan kamar mandi juga ambruk dan dibangun lagi. Sekarang ambruk lagi," keluh Amiroh saat ditemui Republika di rumahnya, Jumat (20/5/2022).

Saat ini, rumah Amiroh sudah berada persis di sisi tanah yang amblas. Bagian belakang rumahnya, yang dijadikan sebagai kamar mandi darurat, sudah nampak tergantung di atas tanah. Hal itu menimbulkan kekhawatiran adanya ular maupun tikus yang leluasa masuk ke dalam rumah.

Bahkan yang lebih parah, kapan pun tanah itu kembali bergerak, maka keselamatan Amiroh dan keluarganya terancam. Dia mengaku tidak bisa hidup dengan tenang di rumahnya sendiri. Apalagi, suara gemeretak dari bagian bawah tanah sering kali terdengar yang menandakan tanah kembali bergerak.

"Sering terdengar suara kretek-kretek, itu pertanda tanah bergerak. Jadi selalu was-was, takut," tutur wanita 52 tahun ini.

 

Untuk mengurangi risiko ambruk, suami Amiroh mengganjal bagian bawah rumahnya dengan batu-batu maupun kayu. Namun, hal itu sebenarnya tidak terlalu efektif karena saat tanah kembali amblas, maka ganjalan batu dan kayu pun akan hilang terbawa tanah seperti yang selama ini terjadi. 

Selain Amiroh, ada dua rumah lainnya di blok tersebut yang mengalami kondisi serupa. Salah satunya milik Slamet Ramdani (28), yang tak jauh dari rumah Amiroh. Bagian belakang rumah Slamet juga sudah hilang terbawa tanah yang amblas beberapa pekan yang lalu.

"Kejadiannya saat saya sedang keluar rumah. Pas pulang, saya kaget melihat bagian belakang rumah sudah tidak ada," tukas Slamet.

Slamet pun sering mendengar suara gemeretak dari dalam tanah di bawah rumahnya. Hal itu terutama terjadi setiap habis hujan. "Suaranya terdengar kretek-kretek. Itu pasti ada tanah yang geser. Kalau hujannya malam, tanah bergerak di pagi harinya. Kalau hujannya siang atau sore, tanah bergerak di malam hari. Ya pasti takutlah, tidak tenang," kata Slamet.

Sementara itu, satu rumah milik warga lainnya yang mengalami kondisi serupa, kini sudah tidak ditempati lagi. Rumah tersebut sudah mengalami kerusakan yang lebih parah dan berbahaya untuk ditinggali. 

Tanah bergerak di blok tersebut sudah terjadi sejak 2019 dan semakin parah pascabanjir pada Februari 2021. Hingga kini, pergerakan tanah terus terjadi. Tak hanya menyebabkan bagian rumah ketiga warga ambruk, tanah yang bergerak juga menyebabkan jalan desa amblas sedalam lima meter. Akibatnya, sejak Januari 2022 jalan desa sepanjang kurang lebih 120 meter sudah tidak bisa lagi dilalui kendaraan maupun pejalan kaki.

Jalan desa pun kerap digenangi banjir luapan Sungai Cimanuk, yang tepat berada di sepanjang jalan desa tersebut. Akibat sering digenangi air sungai dan lama tidak dilintasi kendaraan, kondisi jalan desa itu kini ditumbuhi semak belukar dan tanaman tinggi.

Amiroh mengaku pemerintah daerah pernah memberinya uang untuk mengontrak rumah selama setahun. Namun, kontrakan rumah itu sudah habis beberapa pekan lalu dan tidak diperpanjang lagi. Karena itu, dia dan keluarganya terpaksa kembali menempati rumah mereka.

Selain membantu biaya kontrakan rumah bagi Amiroh, pemerintah daerah maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung sudah pernah berupaya melakukan pengurugan dan perbaikan. Namun, hal itu hanya bertahan beberapa bulan dan selanjutnya tanah kembali amblas.

Baik Amiroh maupun Slamet Ramdani berharap, ada langkah penanganan kembali oleh pihak terkait. Jika harus direlokasi, mereka siap asalkan di lokasi yang layak. "Sampai sekarang tidak ada kepastian,’’ tandas Amiroh dan Slamet.

 
Berita Terpopuler