Elite Kristen Turut Kutuk Kekerasan Israel saat Pemakaman Shireen Abu Akleh

Elite Kristen di Yerusalem menuduh Isrel langgar kesepakatan

AP/Nasser Nasser
Pelayat Palestina membawa jenazah Shireen Abu Akleh keluar dari kantor Aljazirah setelah teman dan kolega memberikan penghormatan, di kota Ramallah, Tepi Barat, Rabu, 11 Mei 2022.
Rep: Mabruroh Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Perwakilan Vatikan di Yerusalem menuduh Israel secara brutal melanggar kesepakatan yang sudah berlangsung puluhan tahun untuk menegakkan kebebasan beragama. Pernyataan ini menyusul serangan polisi Israel pada pemakaman jurnalis Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh.  

Petugas menendang dan memukuli pengusung jenazah dan menembakkan granat kejut ke kerumunan pelayat di Rumah Sakit St Joseph. Monsinyur Tomasz Grysa, yang mewakili Tahta Suci di Yerusalem, mengatakan tindakan itu tidak dapat dibenarkan dan tidak beralasan.  

Israel mengatakan penanganan kekerasaan  pemakaman sedang ditindaklanjuti namun negara zionis itu menuduh para pemimpin agama membuat pernyataan ekstrem. Abu Akleh seorang koresponden veteran Aljazirah dan beragama Kristen. 

Pada konferensi pers di Rumah Sakit St Joseph pada Senin, para pemimpin dari 15 denominasi di Yerusalem mengutuk apa yang mereka sebut "intrusi kekerasan" polisi Israel ke dalam prosesi pemakaman Abu Akleh. 

Monsignor Grysa mengatakan kesepakatan 1993 antara Gereja Katolik Roma dan Israel menjunjung tinggi dan mematuhi hak asasi manusia atas kebebasan beragama, yang dalam hal ini telah dilanggar Israel secara brutal. 

Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, rohaniawan Katolik Roma terkemuka di Tanah Suci, mengatakan Invasi Polisi Israel dan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional menyerang pelayat, memukul mereka dengan tongkat, menggunakan granat asap, menembakkan peluru karet, menakut-nakuti pasien rumah sakit adalah pelanggaran berat terhadap norma dan peraturan internasional. 

Direktur Rumah Sakit St Joseph, Jamil Koussa, mengatakan sekarang jelas target kekerasan polisi adalah peti mati itu sendiri, menunjukkan video pemukulan dan gambar CCTV baru gedung rumah sakit yang diserbu polisi. 

Baca juga: Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi pada Hari Jumat

Rumah sakit Yerusalem Timur terkenal dengan bangsal bersalin dan perawatannya bagi keluarga Muslim, Yahudi, dan Kristen. Staf menyebutnya sebagai tempat penyembuhan, tetapi pada Jumat itu, mereka justru merawat luka di antara staf medis mereka sendiri.  

Banyak dokter dan perawat keluar untuk memberi penghormatan kepada Abu Akleh ketika pasukan Israel menyerbu ke dalam kompleks.  

Dr Mohammed Hmeidat, seorang dokter di unit perawatan intensif neo-natal, menunjukkan kepada BBC luka bakar yang dideritanya akibat granat kejut. 

"Salah satunya sangat dekat dengan kaki saya, dan meledak. Setelah itu kami bergegas ke unit gawat darurat dan juga (polisi) mengikuti kami ke unit gawat darurat," katanya.   

 

Polisi Israel mengatakan: "Pernyataan ekstrem, yang mencakup pernyataan tentang peristiwa yang masih diperiksa, hanya membangkitkan emosi dan tidak bertanggung jawab.” 

"Polisi hadir di insiden itu untuk menjaga ketertiban umum dan memungkinkan pemakaman berlangsung, ketika ada ekstremis di lapangan yang memprovokasi dan terlibat dalam upaya untuk mengubah pemakaman menjadi peristiwa kekerasan. Kami berharap para ulama membantu menenangkan daerah itu dan menghindari pernyataan yang mengganggunya." 

Pasukan telah membela tindakannya pada hari itu. Dikatakan 300 "perusuh tiba" di rumah sakit, tetapi klaim ini telah didiskreditkan. Dikatakan beberapa orang melemparkan batu dan itu melindungi rencana pemakaman yang disetujui oleh keluarga untuk menggunakan mobil jenazah.  

Dikatakan inilah mengapa peti mati itu berhenti dibawa dengan berjalan kaki dari kompleks. Namun, keluarga tersebut dengan tegas menolak versi polisi dari peristiwa tersebut.  

Pada pemakaman Palestina, peti mati atau tandu sering dibawa dengan tangan di depan umum sebagai tanda penghormatan populer, terutama saat meninggalnya seorang tokoh terkenal. Pada acara seperti itu juga tidak jarang rencana berubah tiba-tiba jika lebih banyak orang ingin memberi penghormatan. 

Pada Jumat, polisi mengklaim pelayat mengancam pengemudi mobil jenazah dan kemudian melanjutkan untuk membawa peti mati yang bertentangan dengan keinginan keluarga Abu akleh. Dikatakan, "Polisi Israel turun tangan untuk membubarkan massa dan mencegah mereka mengambil peti mati."  

Tetapi berbicara kepada BBC, saudara laki-laki Abu Akleh, Tony, menolak penggunaan polisi atas keinginan keluarga untuk membenarkan tindakannya, menuduh mereka melakukan "serangan tidak manusiawi".  

"Semua orang melihat pengusung jenazah dipukuli dengan kejam dengan tongkat tanpa ampun, tanpa menghormati pemakaman, sampai mati," katanya.  

"Saya tidak pernah memberikan janji apa pun kepada polisi Israel, ini adalah pemakaman nasional bagi semua orang Palestina untuk berpartisipasi. Mereka tidak punya urusan untuk dilakukan di gerbang (apa yang mereka lakukan),” kata Tony. 

Baca juga: Amalan Sunnah yang akan Didoakan Puluhan Ribu Malaikat

Baca Juga

Kerabat lain, keponakan Abu Akleh, Lina, mengungkapkan bahwa dia harus lari dan bersembunyi di rumah sakit saat mencoba berkabung.  

"Sejujurnya saya sangat takut. karena mereka mulai melemparkan granat kejut, dan salah satu dari mereka benar-benar mengancam akan memukuli saya jika saya tidak menyingkir," katanya. 

Wartawan yang bersama Abu Akleh dan menyaksikan kematiannya mengatakan tembakan itu berasal dari pasukan Israel.  

Israel mengatakan sedang menyelidiki, tetapi tetap mempertahankan bahwa tembakan fatal itu bisa saja datang dari pasukannya atau gerilyawan Palestina. 

 

 Sumber: saudigazette  

 
Berita Terpopuler