Sebelum Meninggal, Carrie Fisher Berjuang Mengatasi Bipolar

Carrie Fisher menyangkal diagnosis bipolarnya selama empat tahun.

EPA
Aktris pemeran Princess Leia di Star Wars, Carrie Fisher, didiagnosis bipolar ketika berusia 24 tahun.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saban hari, Twitter dipenuhi foto-foto masa lalu, kisah-kisah pribadi, dan dedikasi kepada Carrie Fisher, aktris yang memerankan Princess Leia dalam film Star Wars. Berita kematiannya di usia 60 tahun muncul pada Desember 2016.

Saat itu, koroner melaporkan, sang bintang resmi meninggal karena sleep apnea. Faktanya, sang bintang mengalami serangan jantung saat dalam penerbangan dari London ke Los Angeles, Amerika Serikat.

Hasil autopsi menemukan jejak kokain, morfin, dan ekstasi dalam sistem tubuh Fisher. Sejarah Fisher dengan penyalahgunaan zat sudah menjadi rahasia umum. Sebagian penyebabnya, banyak obat yang diminumnya untuk membantu mengatasi gangguan bipolar.

Bipolar merupakan suatu kondisi yang menyebabkan episode mania dan depresi. Pada usia 24 tahun, Fisher didiagnosis dengan kondisi kesehatan mental tersebut.

Di masa lalu, Fisher mengungkapkan, dia membutuhkan waktu hingga usia 28 tahun untuk menerima diagnosis itu. Setelah beberapa kali menjalani rehabilitasi dan menjalani terapi kejang listrik (ECT) untuk membantu kecanduannya dan perjuangan panjang melawan penyakit mental, aktris itu tetap bersikeras pendidikan Hollywood-nya yang tidak stabil yang harus disalahkan atas kesehatan mentalnya dan masalah dengan obat-obatan.

Baca Juga

Kembali pada 2000, bintang itu memberi tahu penyiar Amerika, Diane Sawyer tentang satu insiden di mana dia menderita istirahat psikotik, membuatnya dirawat di rumah sakit

"Dulu saya mengira saya pecandu narkoba, murni dan sederhana, hanya seseorang yang tidak bisa berhenti menggunakan narkoba dengan sengaja. Dan saya adalah itu. Tapi ternyata saya sangat manik depresif. Saya sakit jiwa. Saya bisa mengatakan itu," ujar Fisher saat itu, seperti dikutip dari laman Express, Senin (9/5/2022).

Dari sana, Fisher berbicara secara terbuka tentang kondisinya, bahkan di acara Star Wars, di mana dia akan meluangkan waktu ekstra untuk para penggemar yang juga berusaha mengatasi kondisi tersebut. Dia pernah menggambarkan periode maniknya seperti pikirannya mengadakan pesta sepanjang malam dan ia orang terakhir yang tiba.

"Terus dikatakan bahwa kondisi itu tidak berbeda dengan tur Afghanistan," ujarnya dalam bukunya Wishful Drink.

Salah satu momen menonjol di mana Fisher berbicara lagi tentang kondisinya terjadi pada 2016, sebulan sebelum kematiannya. Kala itu, dia menanggapi seorang anak muda, yang juga menderita bipolar, dan bertanya mengenai cara dia menemukan langkah untuk merasa damai.

"Saya diberi tahu bahwa saya menderita bipolar ketika saya berusia 24 tahun, tetapi saya tidak dapat menerima diagnosis itu sampai saya berusia 28 tahun ketika saya overdosis dan akhirnya sadar. Baru kemudian saya bisa melihat tidak ada lagi yang bisa menjelaskan perilaku saya," paparnya dalam tuilsan di The Guardian.

Menurut Bipolar UK, 1,3 juta orang memiliki kondisi tersebut. Diklasifikasikan sebagai kondisi kesehatan mental, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sebanyak lima persen dari populasi berada di spektrum bipolar.

Gejala bipolar sangat beragam, karena bergantung pada jenis suasana hati yang dialami seseorang. Misalnya, episode depresi dapat menyebabkan merasa sedih, putus asa, atau mudah tersinggung hampir sepanjang waktu, kurang energi, dan kesulitan berkonsentrasi dan mengingat sesuatu.

Pengidap bipolar juga dapat merasa kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari. Mereka pun bisa dirundung perasaan hampa atau tidak berharga, perasaan bersalah dan putus asa, merasa pesimis tentang segalanya, serta keraguan diri.

 
Berita Terpopuler