Rehat Sejenak dari Media Sosial Bisa Turunkan Tingkat Kecemasan dan Depresi

Scrolling media sosial terlalu intens bisa tingkatkan kecemasan dan depresi.

www.freepik.com.
Tertidur setelah menggunakan ponsel (ilustrasi). Peneliti mengungkap rata-rata orang menggunakan media sosial selama delapan jam per pekan.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di era serba digital ini, banyak orang mungkin tidak bisa lepas dari media sosial. Padahal, mengambil rehat sejenak dari media sosial bisa membawa dampak baik bagi kesehatan mental.

Manfaat rehat dari media sosial bagi kesehatan mental ini disampaikan dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal Cyberpsychology, Behavior and Social Networking. Studi ini mengungkapkan bahwa rehat selama satu pekan penuh dari media sosial bisa meredakan kecemasan dan depresi.

"Banyak dari kita yang melakukannya (scrolling media sosial) hampir tanpa berpikir, mulai dari kita bangun tidur sampai kita memejamkan mata pada malam hari," jelas ketua tim peneliti dan psikolog dari University of Bath, Jeff Lambert, seperti dilansir WebMD, Ahad (8/5/2022).

Lambert mengatakan, penggunaan media sosial yang semakin intens telah memunculkan kekhawatiran mengenai dampaknya bagi kesehatan mental. Hal inilah yang membuat Lambert dan timnya memutuskan untuk mencari tahu manfaat apa yang bisa didapatkan bila seseorang rehat dari media sosial.

Dalam studi ini, Lambert dan timnya melibatkan 154 orang partisipan berusia 18 hingga 72 tahun yang menggunakan media sosial mereka setiap hari. Para partisipan ini dibagi menjadi dua kelompok, di mana salah satu kelompok diminta untuk menjauh dari media sosial selama sepekan dan kelompok lain dibiarkan mengakses media sosial seperti biasa.

Di awal studi, para partisipan menjalani tes untuk mengukur tingkat kecemasan, depresi, dan kesejahteraan mereka. Tim peneliti juga mendapati bahwa rata-rata para partisipan menggunakan media sosial selama delapan jam per pekan sebelum studi dilakukan.

Setelah sepekan berlalu, para partisipan kembali menjalani tes untuk mengukur tingkat kecemasan, depresi, dan kesejahteraan. Kelompok yang melakukan rehat sepekan dari media sosial menunjukkan perbaikan yang signifikan pada skor kecemasan, depresi, dan kesejahteraan mereka.

Para partisipan yang melakukan rehat dari media sosial juga tampak lebih optimistis. Mereka cenderung lebih mungkin setuju dengan pernyataan seperti "saya merasa optimistis mengenai masa depan" atau "saya berpikir dengan jernih". Tingkat kecemasan, kekhawatiran, hingga gejala depresif yang mereka alami juga tampak lebih rendah.

"Banyak dari partisipan kami yang melaporkan efek positif dari menjauhi media sosial, dengan suasana hati yang membaik dan kecemasan yang berkurang secara umum," jelas Lambert.

Baca Juga

Temuan ini menunjukkan bahwa meski hanya sejenak, rehat dari media sosial bisa memberikan dampak yang signifikan. Tim peneliti saat ini sedang melakukan studi mengenai dampak rehat dari media sosial bagi kelompok usia yang lebih muda dan bagi orang-orang dengan masalah kesehatan fisik atau mental.

Tim peneliti juga akan mempelajari dampak rehat dari media sosial untuk waktu yang lebih lama. Bila studi-studi itu menunjukkan hasil yang konsisten, rehat dari media sosial bisa menjadi opsi anjuran kesehatan dalam pengelolaan kesehatan mental.

Lambert menyadari bahwa media sosial kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bagi banyak orang. Media sosial juga membawa manfaat tersendiri, salah satunya memudahkan orang-orang untuk saling berkomunikasi.

"Namun, bila Anda menghabiskan berjam-jam setiap pekan untuk scrolling (media sosial) dan Anda merasa itu berdampak negatif bagi Anda, mungkin ada baiknya Anda mencoba untuk memangkas waktu penggunaan Anda dan lihat apakah itu membantu," jelas Lambert.

 
Berita Terpopuler