Zelenskyy Klaim Rusia Hancurkan Ratusan Rumah Sakit

Salah satu yang paling dikecam adalah serangan Rusia ke sebuah rumah sakit bersalin.

AP Photo/Evgeniy Maloletka
Petugas ambulans membantu seorang prajurit Ukraina yang terluka untuk pindah ke rumah sakit di wilayah Donetsk, Ukraina timur, Sabtu, 23 April 2022. Invasi Rusia ke Ukraina telah menghancurkan ratusan rumah sakit dan fasilitas medis lainnya.
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, ZAPORIZHZHIA -- Invasi Rusia ke Ukraina telah menghancurkan ratusan rumah sakit dan fasilitas medis lainnya. Kondisi itu menyebabkan dokter tidak memiliki pasokan obat untuk mengatasi kanker atau kemampuan untuk melakukan operasi.

Baca Juga

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, banyak tempat bahkan kekurangan antibiotik dasar di timur dan selatan Ukraina yang menjadi medan perang utama. "Jika Anda hanya mempertimbangkan infrastruktur medis, pada hari ini pasukan Rusia telah menghancurkan atau merusak hampir 400 institusi kesehatan: rumah sakit, bangsal bersalin, klinik rawat jalan,” katanya dalam pidato video kepada kelompok amal medis pada Kamis (5/5/2022) waktu setempat.

Sedangkan di daerah-daerah yang diduduki oleh pasukan Rusia, Zelenskiyy mengatakan, situasinya sangat buruk. "Ini sama dengan kekurangan obat untuk pasien kanker. Ini berarti kesulitan ekstrem atau kekurangan insulin untuk diabetes. Tidak mungkin untuk melakukan operasi. Itu bahkan berarti, cukup sederhana, kekurangan antibiotik," ujarnya.

Dalam salah satu tindakan perang yang paling banyak dikecam, sebuah rumah sakit bersalin dihancurkan pada 9 Maret di Kota Pelabuhan Mariupol yang terkepung. Rusia menuduh serangan itu direkayasa dan mengatakan situs itu telah digunakan oleh kelompok bersenjata Ukraina.

Istana Kremlin mengatakan, hanya menargetkan situs militer atau strategis dan tidak menargetkan warga sipil. Laporan media Ukraina menyatakan, korban sipil dari penembakan dan pertempuran Rusia, serta menuduh Rusia melakukan kejahatan perang, meski klaim itu dibantah oleh Rusia.

Titik pusat pertempuran saat ini berada di kota pelabuhan Mariupol. Diperkirakan 200 warga sipil, bersama dengan pejuang perlawanan Ukraina, terjebak di dalam pabrik baja Azovstal dengan sedikit makanan atau air.

Pabrik baja diguncang oleh ledakan besar pada Kamis, ketika pasukan Rusia berjuang untuk menguasai benteng terakhir Ukraina. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bergegas untuk mengevakuasi warga sipil. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Rusia siap untuk memberikan jalan yang aman bagi warga sipil tetapi mengulangi seruan agar pasukan Ukraina di dalam pabrik untuk melucuti senjata.

Seorang pejuang Ukraina yang bersembunyi di Azovstal menuduh pasukan Rusia melanggar pertahanan pabrik untuk hari ketiga. Padahal Moskow berjanji sebelumnya untuk menghentikan aktivitas militer untuk mengizinkan evakuasi sipil.

"Pertempuran sengit dan berdarah sedang berlangsung. Lagi-lagi, Rusia tidak menepati janji gencatan senjata." Reuters tidak dapat memverifikasi akun atau lokasinya secara independen," kata Kapten Sviatoslav Palamar dari Resimen Azov Ukraina.

Istana Kremlin membantah tuduhan Ukraina bahwa pasukan Rusia menyerbu pabrik itu dalam beberapa hari terakhir. Namun rekaman udara yang dirilis oleh Resimen Azov Ukraina pada Kamis, menunjukan pabrik menunjukkan tiga ledakan menghantam bagian berbeda dari kompleks yang luas itu, yang diselimuti asap tebal dan gelap. Reuters memverifikasi lokasi rekaman dengan mencocokkan bangunan dengan citra satelit, tetapi tidak dapat menentukan kapan video itu direkam.

 

Militer Rusia berjanji untuk menghentikan aktivitasnya selama dua hari ke depan untuk mengizinkan warga sipil pergi. Istana Kremlin mengatakan koridor kemanusiaan dari pabrik sudah ada. Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan bahwa orang-orang akan dievakuasi dari Mariupol pukul 12.00 waktu setempat pada Jumat (6/5/2022).

 
Berita Terpopuler