Ilmuwan Sebut Selama Miliaran Tahun Bulan Mungkin Menyedot Air dari Bumi

Ada beberapa hipotesis yang menjadi asal muasal air dan es di Bulan.

dok. Republika
Ilustrasi Bulan
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, ALASKA -- Studi-studi menyebut ada molekul air dan es di Bulan. Bagaimana air dan es bisa ada di bulan masih menjadi misteri hingga saat ini.

Baca Juga

Ada hipotesis yang menyebutkan tabrakan asteroid dan komet kemungkinan telah menghasilkan sebagian air dan es di Bulan. Namun, sebuah studi baru menunjukkan sumber air bulan lain, yakni atmosfer Bumi.

Ilmuwan mengatakan ion hidrogen dan oksigen yang lepas dari atmosfer atas planet Bumi dan kemudian bergabung di Bulan dapat menciptakan sebanyak 840 mil kubik permafrost permukaan atau air cair di bawah permukaan.

Pemikirannya adalah ion hidrogen dan oksigen didorong ke permukaan Bulan melewati ekor magnetosfer Bumi (gelembung berbentuk tetesan air mata di sekitar Bumi yang dipengaruhi oleh medan magnetnya). Peristiwa itu terjadi lima hari di setiap bulan lunar.

Karena angin matahari mendorong gelembung ini, beberapa garis medan magnet Bumi terputus. Ketika Bulan mengganggu ekor magnetosfer Bumi, beberapa koneksi yang terputus ini diperbaiki, yang menyebabkan ion hidrogen dan oksigen yang sebelumnya lolos dari atmosfer Bumi tiba-tiba bergegas kembali ke arahnya.

“Ini seperti Bulan sedang mandi-hujan ion air yang kembali ke Bumi, jatuh di permukaan Bulan,” kata ahli geofisika Gunther Kletetschka dari University of Alaska Fairbanks, dilansir dari Sciencealert, Rabu (4/5/2022).

Bulan tidak memiliki magnetosfer, sehingga ketika ion-ion itu menabrak permukaan bulan, lapisan es terbentuk, kata para peneliti. Sebagian dari es itu, melalui berbagai proses geologis, dapat didorong ke bawah permukaan dan berubah menjadi air cair.

 

Ilmuwan menyarankan telah terjadi akumulasi lambat dari ion-ion ini selama miliaran tahun sejak periode Late Heavy Bombardment. Ini adalah periode waktu ketika Bumi dan Bulan awal dibumbui dengan dampak berat dari benda langit lainnya yang meluncur melalui ruang angkasa.

Data gravitasi dari  Lunar Reconnaissance Orbiter Badan Antariksa Amerika (NASA) digunakan untuk melihat dari dekat daerah kutub Bulan dan beberapa kawah besar. Tim melihat anomali yang dapat mengindikasikan patahan batuan yang mampu menjebak lapisan es.

“Dampak kawah, membentuk ekstensi struktural dan patahan, memungkinkan jaringan ruang pori yang cocok untuk menampung reservoir air cair bawah permukaan yang besar,” tulis para peneliti dalam makalah mereka yang diterbitkan.

Meskipun kemungkinan air di Bulan berasal dari beberapa sumber-termasuk reaksi hidrogen dan oksigen yang dipicu oleh angin matahari, para ilmuwan berpikir-sebagian besar mungkin telah tiba melalui metode ini.

Baca juga : Ilmuwan Akhirnya Pelajari Sampel Bulan dari Misi Apollo 50 Tahun Lalu

Akumulasi yang diperkirakan akan cukup untuk mengisi Danau Huron di Amerika Utara. Penutup yang disediakan oleh kawah dan retakan batu kemudian akan memberikan penutup yang diperlukan untuk mencegah air menguap kembali ke luar angkasa.

NASA sangat ingin membangun kehadiran manusia jangka panjang di Bulan. Untuk itu, diperlukan stasiun bulan yang cocok dengan sumber air terdekat. Penelitian terbaru ini dapat membantu para ahli untuk memutuskan di mana menempatkan stasiun itu.

“Saat tim Artemis NASA berencana membangun base camp di kutub selatan Bulan, ion air yang berasal dari ribuan tahun lalu di Bumi dapat digunakan dalam sistem pendukung kehidupan astronaut,” kata Kletetschka.

 
Berita Terpopuler