Pria Hindu di India Jadi Penjaga Masjid Berusia 350 Tahun

Bechan Baba, adalah penjaga masjid Chowkhamba atau Masjid Anarwali.

AP/Manish Swarup
Masjid di India (ilustrasi)
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, BANARAS -- Suara azan Subuh berkumandang dari masjid bercat putih yang indah, menyeruak udara pagi yang dingin di Banaras. Terbungkus selimut dan topi rajutan kasar, Bechan Yadav duduk di dekat pintu masuk dargah, sebuah kuil Muslim, menikmati kehangatan dari api ranting dan dahan yang sekarat.

Bechan, seorang umat Hindu yang taat yang populer disebut Bechan Baba, adalah penjaga masjid Chowkhamba atau juga dikenal sebagai Masjid Anarwali dan Char-o-Dervish. Arti dari nama masjid ini secara harfiah berarti "empat orang suci Sufi".

Pria berusia 70 tahun itu baru saja menyelesaikan putaran pertama tugas hariannya, menyapu dan mengepel masjid, menyiapkan tempat untuk ssalat Subuh. Dargah kala itu terlihat bersih.

Ia akan merapikan lagi masjid sebelum waktu shalat Maghrib nanti. Bechan merupakan seorang juru kunci generasi kedua yang telah merawat kuil itu selama 60 tahun.

"Saya berusia tujuh atau delapan tahun ketika pertama kali mengunjungi masjid bersama ayah saya, yang dulunya adalah penjaga bangunan tua ini. Dan setelah ayah meninggal, saya melanjutkan, melakukan yang terbaik untuk mempertahankannya dan tetap berdiri," ujar dia dikutip di Asia One, Rabu (4/5).

Keluarga Bechan pindah ke Banaras, sebuah kota di Negara Bagian Uttar Pradesh, India utara, lebih dari 150 tahun yang lalu. Terletak di dekat Sungai Gangga dan dikenal sebagai ibu kota spiritual India, kota ini memiliki nama kuno Varanasi yang dihidupkan kembali sekitar tahun 1947, tetapi masih disebut Banaras oleh banyak orang.

Baca Juga

Berdasarkan aksta, keluarga Bechan merupakan tukang batu. Kakek buyutnya adalah seorang tukang batu terampil yang hidup di sekitar kuil Mangala Gauri. Sejak saat itu, seluruh keluarga tinggal di sana dan secara umum dikenal sabagai Banarasis.

Duduk di dipan kayu yang telah menjadi rumah dan perlindungannya sejak istrinya meninggal 12 tahun lalu, dia lantas memanggil putra bungsunya, Sunil, untuk membuat teh pagi. Kios milik Sunil direkatkan ke salah satu dinding masjid dan dargah.

Selama 48 tahun, saat istri Bechan masih hidup, dia akan pulang ke rumah untuk makan dan istirahat malam. Pasangan itu memiliki lima putra dan tidak pernah keberatan dengan hubungannya dengan masjid.

Foto-foto dewa Hindu Siwa dan Gopal (variasi dari Kresna) berhias karangan bunga, penanda seorang Hindu yang taat, terlihat digantung di dinding di samping ranjang milik Bechan.

"Sepanjang hidup saya, saya telah menjadi pemuja Siwa dan Gopal. Saya biasa mengunjungi kuil Kashi Vishwanath dan Kal Bhairav setiap hari sepanjang tahun, tapi sekarang kaki dan lutut saya menyerah," kata Bechan.

Dengan kondisinya saat ini, Bechan hanya mampu mengunjungi kuil Gopal di dekatnya, dengan bantuan putra dan sukarelawan yang membantunya naik turun tangga batu.

Saat ini, suasana politik kebencian telah melanda India dan mencengkeram Banaras, dengan nuansa yang tidak sama seperti sebelumnya. Pada Januari tahun ini, kelompok sayap kanan Hindu Vishwa Hindu Parishad dan organisasi militan nasionalis Bajrang Dal mengumumkan non-Hindu akan dilarang menggunakan tangga batu atau ghats, fitur ikonik lanskap kota Banaras.

Tapi, Bechan memilih mengabaikan tindakan dengki seperti itu. Ia tetap teguh dalam keyakinannya untuk melanjutkan rutinitas harian merawat tempat suci Islam yang sudah berusia lebih dari 350 tahun.

Namun, bagaimana rasanya menjadi seorang Hindu yang mengurus masjid? Sambil menyesap masala chai-nya yang baru dibuat, dia menjawab dalam bahasa Hindustan, "Hanya ada satu Tuhan untuk semua orang, Anda hanya memiliki nama yang berbeda. Terkadang Dia dipanggil Ishwar, terkadang sebagai Allah, itu satu dan sama. Kami Banarasis, kami percaya hidup bersama dalam harmoni".

Ishwar adalah kata Sansekerta untuk Tuhan atau Makhluk Tertinggi untuk umat Hindu, sementara Allah adalah kata dalam bahasa Arab yang digunakan Muslim untuk menyebut Tuhan.

Meskipun kota ini merupakan pusat budaya Hindu, di mana ratusan ribu orang berkumpul secara teratur untuk upacara kematian dan pemakaman dengan keyakinan kota itu akan membebaskan jiwa-jiwa ke surga, Varanasi juga memiliki masjid-masjid yang berasal dari zaman kaisar Mughal, yang memerintah India dari abad ke-16 hingga ke-18.

Setelah shalat Subuh, seorang jamaah Muslim Saheb Nizamuddin bergabung dalam percakapan. Kebersamaan antara dua sosok ini terlihat cukup dalam. Nizamuddin disebut sering membantu Bechan memelihara masjid, memimpin doa dan mengumandangkan adzan lima waktu sehari.

"Bechan Baba diberkati, semua orang merasa begitu," ucap Saheb.

Saat diskusi semakin membesar untuk urusan saat ini, ia mengutip filosofi Ganga Yamuni Tehzeeb, budaya cara hidup sinkretis yang memadukan unsur-unsur Hindu dengan praktik keagamaan Muslim.

Masyarakat sekitar disebut hidup menurut Ganga Yamuni Tehzeeb. Selama 17 tahun terakhir, ia telah mengunjungi masjid setiap hari dari Vishsheshwar Ganj, tempatnya tinggal.

"Tidak sekali pun saya terbawa oleh pikiran yang memecah belah. Bersama-sama, kami telah mengorganisir banyak Char-o-Darvish pada tanggal 19 setiap bulan. Sejauh ini, tidak ada yang keberatan Bechan Baba menyelenggarakan kegiatan," ujarnya.

Seorang sejarawan terkenal, Rana Safvi, menyebut setiap orang di Banaras telah melihat pluralisme yang ada. Banaras memiliki raja Brahmana dan dewan Muslim. Safvi sendiri merupakan sejarawan yang kerap mendokumentasikan warisan budaya India.

Bagi banyak Muslim lokal, pengabdian yang dilakukan Bechan pada keyakinannya tidak mengganggu hubungan mereka dengannya. Banyak orang yang shalat di masjid telah menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun.

Mereka bahkan mengundang keluarga Bechan ke pesta pernikahan dan perayaan Idul Fitri. Bechan pun dengan hangat membalas kebaikan dan kehangatan yang ia terima.

"Bechan Baba selalu ada di sana. Sebelumnya ayahnya dan kemudian dia," kata imam Masjid Chowkhamba Dillu Rehman. Ia merupakan warga Pili Kothi di Banaras yang telah melaksanakan salat Jumat dan Idul Fitri sejak 2001.

Lebih lanjut, ia menyebut warga Banarasis yang 'asli' mengetahui kewajaran hubungan ini. Dinamika kehidupan di wilayah tersebut merupakan bentuk kehidupan yang sinkretis. 

 
Berita Terpopuler