Erdogan ke Arab Saudi Demi Memperbaiki Ekonomi

Perekonomian Turki tengah terpuruk dan pemilihan umum segera digelar.

AP/Efrem Lukatsky
Presiden Turki Tayyip Erdogan berencana berkunjung ke Arab Saudi untuk memperbaiki hubungan.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Tayyip Erdogan berencana berkunjung ke Arab Saudi untuk memperbaiki hubungan. Ini dilakukannya tiga setengah tahun setelah menuduh pemimpin negara Arab Teluk itu terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Baca Juga

Pada 2018 lalu Khashoggi yang kritis pada pemerintah Arab Saudi dibunuh di kantor konsulat Arab Saudi di Turki. Saat itu Erdogan menuduh pejabat "tingkat tertinggi" pemerintah Arab Saudi memberikan perintah pembunuhan dan mengkritik proses hukum Arab Saudi. Tapi ia menolak berbagi bukti.

Kini perekonomian Turki sedang terpuruk dan pemilihan umum akan segera digelar. Erdgoan berusaha memperbaiki hubungan diplomatik dengan Arab Saudi.

Kunjungan ini merupakan puncak dari upaya Ankara memperkuat hubungan dengan Riyadh selama bulan-bulan. Setelah Arab Saudi memberlakukan boikot tak resmi pada impor Turki sebagai balasan atas sikap Ankara dalam pembunuhan Khashoggi.

Pada bulan ini Ankara menutuskan untuk mengirim kasus hukum pembunuhan Khashoggi ke Riyadh sesuai permintaan Arab Saudi. Kritikus mengecam langkah tersebut. Tapi pengamat dan diplomat mengatakan Ankara perlu mengubah pendekatannya mengingat mereka sedang menghadapi isolasi diplomasi.

"Turki tidak bisa melanjutkan permainan pengaruh seperti yang dilakukan sejak awal Arab Spring," kata peneliti Middle East Institute Birol Baskan, Kamis (28/4/2022).

Beberapa tahun terakhir Turki mendirikan pangkalan militer di Qatar dan Somalia meski ditentang aktor-aktor di kawasan. Posisi Ankara dalam konflik di Suriah, Libya, Nagorno-Karabakh dan lain-lain serta pembelian sistem pertahanan Rusia juga menyebabkan keretakan dengan negara tetangga dan sekutu-sekutu di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Kebijakan luar negeri agresif Turki, yang terlalu menganggap diri besar membuatnya dikucilkan," kata Baskan.

 

Ia menambahkan kondisi ekonomi membutuhkan perubahan pendekatan. Ankara menggambarkan kebijakan luar negerinya "kewirausahaan dan kemanusiaan". Menteri Luar Negeri juga menyebut tahun 2022 sebagai "tahun normalisasi" bagi Turki.

Pemerintah Turki mengatakan keputusan pengadilan Khashoggi tidak politis. Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan ketentuan "kerja sama yudisial" dengan Riyadh sempat belum terpenuhi tapi kedua belah pihak telah mengimplementasikannya. Ia tidak menjelaskan apa yang telah diubah.

Selama beberapa tahun terakhir perekonomian Turki terpuruk dan pada tahun 2021 mata uang lira mengalami krisis. Hal itu disebabkan kebijakan ekonomi tak biasa yang didukung Erdogan. Sejak itu Ankara mencari cara untuk mengangkat tekanan melalui mengubah ulah pendekatannya di panggung internasional.

Salah satunya dengan membuat kesepakatan pertukaran mata uang dengan China, Qatar, Korea Selatan dan Uni Emirat Arab dengan nilai 28 miliar dolar AS. Ankara juga sedang mengincar kesepakatan dengan Riyadh. Turki juga sedang mencari investasi dan kontrak yang mirip dengan kesepakatan dengan Abu Dhabi.

 

Pada Rabu (27/4/2022) kemarin Menteri Keuangan Nureddin Nebati mengatakan ia telah membahas kerjasama dan saling berbagi pandangn ekonomi, perdagangan dan investasi dengan rekannya di Arab Saudi.

 
Berita Terpopuler