Pendidikan Seks Sudah Lama Diajarkan di Pesantren

Bab Jima' biasanya menjadi pembahasan yang mengundang tawa di kalangan santri karena mungkin muncul bahasa tabu di telinga mereka

network /Rahmat Fajar
.
Rep: Rahmat Fajar Red: Partner

Keterangan: Ilustrasi santriwati sedang memaknai kitab kuning

Sumber: Republika

NYANTRI--Bagi yang pernah menempuh pendidikan pesantren atau belajar kitab-kitab pesantren, bab seks merupakan bab yang selalu mengundang tawa santriwan santriwati. Mengapa selalu mengundang tawa santri karena di bab ini, kitab-kitab klasik menjelaskan secara detil.

Pada bab thaharah (bersuci) seperti dalam kitab bulugh al-Maram karya Ibnu Hajar al-Asqolany dipelajari tentang alat reproduksi dan bagaimana mensucikannya. Kitab Riyadhus Ash-Sholihin karya Syekh al-Islamy Muhyiddin di dalamnya ada bab yang mengatur tentang batasan pergaulan laki-laki dan perempauan. Kemudian tata cara bercinta juga diterangkan di pesantren lewat kitab Qurratul Uyun karya Syaikh Muhammad al-Thami.

Persoalan seks masuk ke dalam kajian ilmu fikih. Istilah yang lumrah di telinga santri adalah jima’ daripada ‘bercinta’. Dan di bab ini pula suara gemuruh di dalam kelas biasanya lebih meriah daripada materi-materi lainnya. Pasalnya, guru biasanya menerangkan secara detil sesuai arahan kitab yang dipelajarinya.

Martin van Bruinessen dalam bukunya Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia (1999) dikutip dari buku Dari Bilik Pesantren karya Ahmad Khadafi membenarkan tentang pendidikan seks dan pernikahan diajarkan secara berjenjang di pesantren. Di pesantren memperhatikan usia kapan santri menerima pendidikan seks.

Seperti bab thaharah atau bersuci menjadi pembahasan pembuka. Di babab ini diajari bagaimana menyucikan diri termasuk mandi junub. Bersuci menjadi dasar karena sebagian besar ibadah di dalam Islam harus dalam keadaan suci. Santri akan diberikan pemahaman bagaimana menghadapi usia baligh berikut cirri-cirinya seperti mimpi basah untuk santri laki-laki dan menstruasi bagi santri perempuan. Di bab ini akan diajarkan bagaimana mensucikan diri dari dua hadas tersebut. Pelajaran ini biasanya diajarkan ketika usia sekolah Madrasah Tsanawiyah atau setara SMP.

Pada tahap berikutnya, biasanya memasuki usia kelas Madrasah Aliyah atau setara SMA, santri akan belajar tentang pernikahan sebagai bab pembuka. Lalu dilanjutkan dengan bab kaifiyyatul jima’ atau tata cara bercinta. Di bab ini biasanya mengundang tawa para santri. Di pesantren juga diajarkan bagaimana adab-adab bercinta yang cukup detil.

Sumber: Dari Bilik Pesantre (karya Ahmad Khadafi).

 
Berita Terpopuler