Masjid Agung Nur Sulaiman, Saksi Sejarah Ibu Kota Banyumas Lama

Semula masjid tersebut dikenal dengan sebutan Masjid Agung Banyumas.

Republika/Idealisa masyrafina
Arsitektur masjid Agung Nur Sulaiman
Rep: Idealisa Masyarafina Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,   BANYUMAS -- Masjid Agung Nur Sulaiman yang letaknya berada di sebelah barat Alun-Alun Kabupaten Banyumas, merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Jawa.

Menurut Babad Banyumas oleh Oemarmadi dan Poerbosewojo, masjid ini didirikan setelah Balai Si Panji (pendopo Kabupaten Banyumas) dibangun pada 1743. Banyak penutur sejarah yang menyebut masjid ini dibangun pada tahun 1755 di akhir masa pemerintahan Raden Tumenggung Yudanegara II yang mendirikan pendopo Si Panji.

Semula masjid tersebut dikenal dengan sebutan Masjid Agung Banyumas yang kemudian berganti nama menjadi Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas pada 1992. Bangunan ini masuk ke dalam daftar cagar budaya karena merupakan peninggalan sejarah saat ibu kota kabupaten masih berada di Banyumas atau sebelum dipindah ke Purwokerto.

Baca Juga

Arsitektur masjid Agung Nur Sulaiman - (Republika/Idealisa masyrafina)


Masjid ini merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kabupaten Banyumas yang telah terdaftar oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah pada 2004 dengan Nomor 11-12/Bas/44/TB/04. Bangunan ini juga dilindungi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Juru Pelihara Masjid Agung Nur Sulaiman BP3 Jateng Djoni Muhammad Farid mengatakan, nama Masjid Nur Sulaiman berasal dari nama dua tokoh yang membangun masjid ini, yaitu arsitek Kyai Nur Daiman I dan penyiar agama yang berdakwah di Masjid Agung, Kyai Nur Sulaiman.

Bangunan masjid memiliki ciri khas Banyumas yakni beratap limasan. Awalnya arsitektur bangunan atapnya menggunakan anyaman daun tebu dan ubinnya masih terbuat dari semen. Lantai masjid yang semula hanya berupa semen telah diganti menjadi tegel pada 1929.

"Atap diganti menggunakan seng bergelombang karena anyaman tersebut sulit didapatkan dan tidak awet. Tapi tidak diketahui secara pasti kapan pertama kali atap bangunan masjid itu diganti dengan seng," katanya.

Hingga kini secara umum bangunan masjid tersebut masih mempertahankan keasliannya  tanpa adanya penambahan ornamen baru. Kayu jati masih mendominasi arsitektur utama masjid, dengan jendela dan 12 pilar kayu menopang bangunan utama masjid.

Atapnya memiliki celah hawa dan cahaya sebagai ventilasi agar udara segar dan berkas cahaya bisa masuk ke dalam ruangan masjid. Bentuk atap tumpang bersusun Masjid Nur Sulaiman ini merupakan khas Indonesia yang sudah banyak digunakan pada berbagai tempat ibadah sebelum Islam masuk ke Jawa.

Arsitektur masjid Agung Nur Sulaiman - (Republika/Idealisa masyrafina)


Akses masuk ke serambi masjid pada sisi Utara dan Selatan berbentuk lengkung dengan sebuah jendela di antaranya. Sementara bagian depan masjid yang menghadap ke Timur terbuka tanpa penutup. Kemudian bagian menara menempel pada dinding yang berada di sisi sebelah kanan.

Selain itu, keunikan masjid ini juga terletak pada atap mihrab yang terpisah dengan atap bangunan utama. Biasanya, atap mihrab menjadi satu dengan bangunan utama, namun ruang mihrab di masjid ini memiliki atap sendiri.

Arsitektur masjid Agung Nur Sulaiman - (Republika/Idealisa masyrafina)


Di bagian atas atap bangunan utama maupun mihrab masjid juga terdapat "mustaka" (kepala) yang berbentuk gada. "Mustaka yang terpasang saat sekarang merupakan pengganti dari mustaka yang tersambar petir sekitar 1950." kata Djoni.

Masjid ini tetap berdiri kokoh hingga masa pemerintahan Kolonial Belanda. Bahkan masjid ini, bersama Balai Si Panji, pernah dijadikan tempat pengungsian bencana banjir yang pernah menghantam Banyumas.

Arsitektur masjid Agung Nur Sulaiman - (Republika/Idealisa masyrafina)


Renovasi pertama masjid ini dilakukan pada tahun 1889, yakni dengan mengganti atap menjadi seng. Seiring berkembangnya waktu, bangunan Masjid Agung Nur Sulaiman terus mengalami perbaikan. Kendati begitu, masjid cagar budaya ini masih menjaga bentuk dan ornamen aslinya yang masih bisa dilihat hingga sekarang.

Selain Masjid Agung Nur Sulaiman, terdapat dua masjid cagar budaya lainnya di Banyumas, yakni Masjid Saka Tunggal di Desa Wisata Cikakak di Kecamatan Wangon dan Masjid Darussalam Saka Tunggal di Dusun Legok, Kecamatan Pekuncen. 

 
Berita Terpopuler