Delta Digusur Omicron, Omicron Disundul 'Anaknya': Inggris Alami Dua Puncak Ganda Covid-19

Inggris alami kenaikan rawat inap akibat puncak ganda kasus Covid-19 dari dua varian.

Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Inggris tengah mengalami peningkatan kasus Covid-19. Tren di Inggris ini mungkin menandakan apa yang mungkin terjadi juga di Amerika Serikat dan negara-negara lain akibat BA.2 alias son of omicron.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Inggris, pandemi kembali memuncak dengan tingkat kasus tertinggi yang pernah ada. Studi terbaru memperingatkan bahwa kenaikan kasus Covid-19 itu bisa berujung pada peningkatan angka kematian dan rawat inap di rumah sakit.

Menurut data terbaru dari studi React-1 terbaru Imperial College London, dua varian omicron telah menyebabkan puncak kembar dalam pandemi. Varian BA.1 mencapai puncaknya pada bulan Januari lalu disusul puncak varian BA.2 alias "son of omicron" pada bulan Maret.

"Ketika infeksi meningkat, bahkan jika proporsinya sangat kecil, masih akan ada yang mengalami gejala parah," ujar Prof Christl Donnelly dalam pernyataan bersama dengan Jameel Institute, Imperial College London, dan Departemen Statistik, University of Oxford, seperti dilansir laman Express, Kamis (7/4).

Menurut Prof Donnelly, entah kapan puncak kasus Covid-19 pada kelompok usia tertua (55 tahun ke atas) akan terjadi. Mengingat mereka berisiko lebih tinggi mengalami keparahan penyakit, itu adalah kekhawatiran khusus.

"Ada kemungkinan jika prevalensinya terus meningkat, Anda akan melihat peningkatan lebih lanjut dalam tingkat keparahan penyakit," kata Prof Donnelly.

Dari 8 Maret hingga 31 Maret, prevalensinya 6,37 persen. Sementara itu, angkanya pada Januari hanya 4,41 persen.

Baca Juga

"Kami mengamati 'puncak kembar' omicron ketika BA.1 menggantikan delta dan BA.2 menggantikan BA.1, sementara pada saat yang sama, masyarakat sudah mengalami pelonggaran pembatasan sebagai bagian dari strategi hidup dengan Covid-19," kata peneliti.

Meskipun demikian, ada tanda-tanda mengkhawatirkan dari meningkatnya rawat inap dan kematian akibat Covid 19 di Inggris selama Maret 2022. Ini mungkin mencerminkan tingkat infeksi yang sangat tinggi dan meningkat, terutama pada orang tua.

"Tren di Inggris ini mungkin menandakan apa yang mungkin terjadi juga di Amerika Serikat dan negara-negara lain karena BA.2 menjadi varian utama di seluruh dunia," kata peneliti yang temuannya telah dipublikasikan pracetak.

Data terbaru dari putaran 19 akan menjadi yang terakhir dari studi React yang telah berjalan sejak Mei 2020. Namun, para ahli memperingatkan bahwa pengawasan berkelanjutan diperlukan untuk memantau keparahan penyakit ini sekaligus kemungkinan munculnya varian baru.

"Satu hal yang telah kami pelajari dari keseluruhan pola selama 23 bulan adalah selalu ada sesuatu yang terjadi setelah beberapa saat," ujar Prof Paul Elliott, Direktur Program React, sekaligus ketua Epidemiologi dan Kedokteran Kesehatan Masyarakat, Imperial College London.

Menurut Prof Elliott, pengawasan lanjutan sangat penting dilakukan untuk mencari tahu keberadaan varian baru. Dia yakin varian baru akan muncul.

"Sebagai bagian dari pengawasan berkelanjutan terhadap SARS-CoV-2 Covid 19, akan ada fasilitas sekuensing yang melihat varian ini secara nasional dan mengambilnya saat muncul dalam populasi," kata Prof Elliott.

Menanggapi temuan tersebut, dr Layla McCay selaku direktur kebijakan di Konfederasi NHS,mengatakan, mereka sekarang melihat rekor jumlah orang yang saat ini terinfeksi Covid-19. Menurutnya, sangat memprihatinkan untuk mencatat tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kasusnya masih meningkat pada orang tua.

"Hampir 20 ribu orang sekarang berada di rumah sakit dengan Covid-19 di Inggris , dan NHS serta stafnya yang kelelahan sekali lagi benar-benar berjuang untuk mengatasi peningkatan penerimaan pasien dan hunian tempat tidur rawat inap."

 
Berita Terpopuler