2 Juta Orang AS, Termasuk Bruce Willis, Menderita Afasia, Apa Penyebabnya?

Keluarga perlu menciptakan lingkungan yang suportif untuk penderita afasia.

EPA
Aktor Bruce Willis mengidap afasia yang menghambatnya untuk terus berakting.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga Bruce Willis membuat pengumumkan yang mengejutkan dengan menyebut bahwa aktor Die Hard pensiun dari dunia seni peran karena mengidap afasia. Menurut sumber, semua kru film yang belakangan bekerja dengan Willis sebetulnya telah mengetahui penurunan kesehatan sang bintang dengan segala kesulitan yang dihadapinya di set.

Baca Juga

Menurut National Aphasia Association (NAA), afasia dialami oleh sekitar dua juta orang Amerika Serikat. Gangguan ini lebih umum daripada penyakit Parkinson, cerebral palsy, atau distrofi otot.

"Afasia berarti bahwa seseorang memiliki masalah dengan bahasa yang tidak mereka alami sejak lahir," kata ahli saraf Mayo Clinic di Minnesota, Hugo Botha, dikutip dari AFP pada Jumat (1/4/2022).

Apa penyebab afasia paling umum? Strok atau cedera kepala menjadi pemicu paling jamak.

Afasia dapat memengaruhi komunikasi dan pemahaman kata-kata, baik ucapan maupun tulisan. Meski begitu, para ahli menekankan bahwa afasia biasanya tidak berdampak pada kecerdasan.

"Ada kemungkinan lain (penyebab afasia), seperti dari penyakit neurodegeneratif," kata ilmuwan kognisi di Johns Hopkins University, Brenda Rapp.

Menurut Rapp, sistem otak yang mengatur bahasa merupakan sesuatu yang kompleks yang melibatkan pemilihan kata yang tepat dan menggerakkan mulut dengan tepat untuk menyuarakannya. Di sisi lain, orang mendengar dan menguraikan maknanya.

"Setiap orang kadang-kadang berjuang untuk menemukan kata yang tepat, tetapi Anda bisa membayangkan pada afasia, ini sering terjadi," jelas Rapp.

Para ahli membedakan beberapa jenis afasia, bergantung pada bagian otak mana yang terkena. Pada kasus afasia ekspresif, ahli patologi wicara dari American Speech Language Hearing Association (ASHA) Brooke Hatfield mengatakan, penderita biasanya memahami bahasa dengan cukup baik. Akan tetapi, mereka mengalami kesulitan mengeluarkan kata-kata.

"Dalam afasia reseptif, kata-kata datang dengan mudah, tetapi itu mungkin bukan kata-kata yang tepat. Dan sulit bagi orang itu untuk memahami apa yang mereka dengar," kata Hatfield.

Kabar baiknya, menurut Hatfield, setiap penderita afasia memiliki kesempatan untuk pemulihan dalam jangka panjang. Senada dengan hal itu, Rapp mengatakan, terapi wicara yang melibatkan bagian lain dari otak dapat menjadi pilihan bagi penderita.

Di sisi lain, anggota keluarga lain juga dapat membuat strategi untuk lebih bersabar, menggunakan kalimat sederhana, meminimalkan kebisingan sekitar, mendorong penderita untuk terlibat dalam percakapan, dan yang terpenting tidak memberi stigma pada penderita. Rapp mengatakan afasia dapat membuat penderitanya mengalami frustrasi dan mengasingkan diri mengingat hubungan antarmanusia sangat bergantung pada kemampuan untuk berbicara dan berkomunikasi dengan baik.

"(Perasaan) ini mirip seperti tiba-tiba terbangun di negara di mana Anda tidak berbicara bahasa yang digunakan di negara itu," kata Hatfield.

 

 
Berita Terpopuler