Kemenparekraf Jalankan Strategi untuk Bawa Film Indonesia Mendunia

Kemenparekraf menyebut, perfilman diunggulkan untuk ekonomi kreatif.

Republika.co.id
Produksi film (Ilustrasi). Kemenparekraf juga menyiapkan program dukungan dengan menjembatani pembiayaan film dengan mempertemukan sineas dan investor lewat program bernama Akatara.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) membeberkan beberapa strateginya untuk membawa film-film karya sineas Indonesia bisa mendunia dan dikenal masyarakat global. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebutkan, perfilman mendapat perhatian khusus dan diunggulkan untuk ekonomi kreatif (ekraf).

Sandi menilai, perfilman dapat berperan sebagai lokomotif ekraf nasional. Perfilman bisa mendukung 16 subsektor ekraf lainnya.

"Kami memang sudah mengajukan program lain untuk subsektor film," kata Sandi saat dijumpai di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (29/3/2022).

Pihaknya akan mengoordinasikannya agar bisa masuk ke skema-skema produksi film, mulai dari praproduksi, produksi, hingga tahapan promosi. Sandi menyebut, itu memang dibutuhkan untuk kebangkitan ekonomi Indonesia.

Selain itu, Kemenparekraf juga menyiapkan program dukungan dengan menjembatani pembiayaan film dengan mempertemukan sineas dan investor lewat program bernama Akatara untuk memperbanyak konten berkualitas dari dalam negeri. Kemenparekraf juga mendorong agar Deputi Pemasaran di lembaganya bisa membawa film-film Indonesia semakin dikenal di mata dunia.

"Tentunya nanti ada Deputi Pemasaran Ekraf, mereka bisa memfasilitasi untuk ikut keluar negeri," ujar Direktur Akses Pembiayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hanifah Makarim.

Di samping program dari Pemerintah, Sandi berharap dukungan dari para pelaku di ekosistem industri perfilman bisa menyempurnakan program yang telah disiapkannya. Ia mendorong "kolabor-aksi" dari berbagai pihak, yakni kolaborasi yang dapat menciptakan dampak yang baik untuk masyarakat serta membanggakan nama harum Indonesia.

"Kita inginnya "kolabor-aksi" dengan dunia usaha, swasta seperti Kadin, agar berpartisipasi di sini, juga diharapkan bisa mengangkat kekayaan alam serta keragaman dari budaya kita," ujar Sandi.

Baca Juga

Menurut Sandi, sektor perfilman Indonesia dapat menjadi lokomotif ekraf di Indonesia karena memiliki pasar yang kuat. Ia menyebutkan, pada 2019, Indonesia masuk dalam 10 besar pasar film terbesar di dunia.

Kala itu, Indonesia mencetak 500 juta dolar AS. Jumlah yang besar tersebut diharapkan bisa kembali dicapai sektor perfilman Indonesia yang sempat terpukul akibat pandemi Covid-19.

 

 
Berita Terpopuler