Pengertian Kekayaan Jiwa Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah

Kekayaan jiwa juga bisa ditandai dengan adanya ketenangan hati.

Abdan Syakura/Republika
Pengertian Kekayaan Jiwa Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah
Rep: Imas Damayanti Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekayaan jiwa adalah keistiqamahan dan konsistensi jiwa di atas hal yang disenangi. Bersih dari ambisi kepentingan-kepentingan duniawiyah dan keterbebasan dari sikap riya. 

Baca Juga

Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Menjadi Ahli Ibadah yang Kaya menjelaskan, keistiqamahan dan konsistensi jiwa di atas perintah agama yang dicintai Allah, menjauhi larangan agama. Keterlepasan jiwa dari kepentingan duniawiyah kadangkala merupakan kenikmatan jiwa dalam mengaktualisasikan diri dalam ubudiyah. 

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Ya Bilal, arihna bisshalat,". Yang artinya, "Wahai Bilal, rilekskan kami dengan shalat,". 

Kekayaan jiwa juga bisa ditandai dengan adanya ketenangan hati. Jiwa bisa berubah menjadi tenang dan damai tidak lain setelah sifat-sifatnya berganti dan tabiatnya berubah. Sebab hati menjadi kaya dan berkecukupan dengan cahaya kebenaran Allah yang sampai kepada relung hati dan jiwa. 

Ibnul Qayyim menjelaskan, ketika jiwa sudah sampai kepada keadaan ini maka jiwa menjadi kaya dan berkecukupan. Sehingga dia tidak lagi memiliki ambisi kepada syahwat yang merupakan sebab munculnya tindakan menerobos batasan-batasan yang amat dibenci dan dimurkai Allah. 

Sebab kefakiran jiwa kepada syahwat menjadi sebab jiwa enggan dan mengabaikan terhadap hal yang disenangi dan diperintahkan. Begitu juga sebaliknya, sikap jiwa yang mengabaikan hal-hal yang diperintahkan kepadanya menjadi sebab kefakirannya kepada syahwat.  

 
Berita Terpopuler