UEA Luncurkan Kursus Budaya Islam dalam 12 Bahasa untuk Mualaf

UEA meluncurkan kursus budaya Islam dalam 12 bahas untuk mualaf.

onislam.net
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  ABU DHABI -- Zayed House for Islamic Culture (ZHIC) telah meluncurkan kursus budaya Islam dalam 12 bahasa internasional. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari misinya untuk memperkenalkan esensi budaya Islam dan mengasimilasi mualaf baru.

Baca Juga

Program yang diluncurkan di kantor pusat Al Ain dan cabang Abu Dhabi dan Ajman ini berupaya memperkenalkan peserta didik pada dasar-dasar budaya Islam dan nilai-nilai universal, yang bertujuan membangun prinsip-prinsip moderasi, kesederhanaan dan toleransi.

Program ini mencakup kuliah dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Arab, Inggris, Rusia, Prancis, Mandarin, Tagalog, Amharik, Urdu dan Sinhala.

Tujuan utama program tersebut adalah memperkenalkan esensi budaya Islam kepada mualaf baru, menanamkan di dalamnya nilai-nilai moderasi dan kesederhanaan dalam kehidupan individu, serta berkontribusi pada pemberdayaan makna kebaikan, kejujuran, keterbukaan pikiran dan koeksistensi.

"Melalui kursus semacam itu, ZHIC berupaya untuk menanamkan tidak hanya makna spiritual, moral dan sosial, tetapi juga untuk mempromosikan nilai-nilai kasih sayang dan koeksistensi dengan beragam budaya manusia yang ada,” kata seorang pejabat dari ZHIC, dikutip di Khaleej Times, Jumat (25/3/2022).

Selain membangun nilai-nilai moderasi dan kesederhanaan dalam kehidupan individu sebagai cita-cita inklusif makna keadilan, kebaikan, kejujuran, keterbukaan dan koeksistensi, hal ini juga dilakukan untuk memastikan pembangunan berkelanjutan bagi individu dan masyarakat.

 

 

Kursus ini mencakup lima tingkat dengan total 70 jam mengajar. Tingkat pertama berfokus pada pengajaran wudhu dan shalat, baik secara teoritis maupun praktis. Ditambahkan pula pemaknaan dan manfaat rohani dan jasmaninya.

Tingkat kedua bertujuan meningkatkan niat baik individu, dengan menggambarkan perspektif inklusif tentang Islam. Harapannya, untuk memastikan pemenuhan hak dan kewajiban dalam lingkungan yang terintegrasi, yang menjamin interaksi manusia, rasa hormat, serta tanggung jawab individu dan komunal.

Selanjutnya, pada tingkat ketiga diharapkan untuk mempererat ikatan individu dengan kitab suci dan biografi kenabian sebagai wahyu Tuhan dan sumber pembelajaran, pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan.

Tingkat keempat bertujuan menanamkan kebajikan dan etiket seperti disiplin, kebersihan, kerapihan, harga diri dan simpati yang diambil dari kehidupan, karakteristik, dan pendekatan Nabi Muhammad dalam berurusan dengan orang-orang dari semua jenis.

 

Tingkat terakhir bertujuan untuk memperkenalkan konsep iman dan hubungannya yang erat dengan kebahagiaan sejati bagi umat manusia. Di sisi lain, akan ditekankan pentingnya moral sebagai etika sosial yang berkontribusi pada komunitas yang koheren.  

 
Berita Terpopuler