Memahami Apa Itu Lailatul Qadar

Lailatul qadar hanya berlaku untuk umat Nabi Muhammad SAW.

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Seorang bocah memegang lampu botol saat merayakan tradisi Tumbilotohe atau malam pasang lampu di Telaga, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Minggu (9/5/2021). Perayaan malam pasang lampu tersebut dilakukan tiga hari jelang Idul Fitri dan menyambut Lailatul Qadar dengan menyalakan lampu minyak di halaman rumah, masjid dan lapangan. Memahami Apa Itu Lailatul Qadar
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan bahasa, lailatul qadar terdiri dari dua kata, yaitu lail (ليل) yang artinya malam dan qadar (قدر) yang punya banyak arti. Tapi banyak orang keliru dan menyebutnya 'malam lailatul qadar' padahal tidak perlu menyebut kata 'malam'. Cukup dengan menyebut malam qadar atau lailatul qadar.

Baca Juga

Malam qadar dimulai sejak matahari terbenam di ufuk barat sampai terbit di ufuk timur. Sementara qadar memiliki banyak arti dan muncul berkali-kali dalam Alquran dengan makna yang berbeda-beda.

Dalam buku Jaminan Mendapat Lailatul Qadar yang ditulis Ustadz Ahmad Sarwat dan diterbitkan Rumah Fiqih Publishing, dijelaskan dalam Alquran penggunaan kata al-qadaru merujuk pada makna kemuliaan. Malam qadar dipahami oleh sebagian ulama sebagai malam mulia yang tiada bandingnya. Malam itu mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Alquran.

Di dalam Alquran juga muncul kata qadar dengan makna kadar atau ukuran. Al-qadaru juga ditemukan dalam Alquran dengan makna kesempitan.

Para ulama yang memahami qadar bermakna kesempitan, alasannya karena banyak malaikat yang turun ke bumi, sehingga bumi menjadi sempit. Ada juga yang memahami makna kesempitan karena sulit mengetahui kapan tepatnya lailatul qadar, karena Allah SWT dan Rasul-Nya terkesan agak merahasiakannya.

Masih di dalam Alquran, qadar juga memiliki makna waktu yang ditentukan, kemampuan, menguasai dan penetapan. Ibnu Qudamah di dalam kitab Al-Mughni menyebutkan malam itu disebut malam qadar dengan makna malam penetapan. Sebab malam itu Allah SWT menetapkan segala sesuatu untuk tahun itu, baik hal-hal yang terkait dengan kebaikan, atau keburukan, termasuk juga urusan pengaturan rezeki dan keberkahan.

Malam Turunnya Alquran

Ada banyak keutamaan yang bisa disematkan kepada malam qadar atau lailatul qadar. Di antaranya, malam diturunkannya Alquran.

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam qadar. (QS Al-Qadar 1)

Namun para ulama berbeda pendapat tentang maksud bahwa malam qadar itu adalah malam diturunkannya Alquran Al-Kariem. Apakah seluruh ayat Alquran turun di satu malam itu saja, atau yang dimaksud malam pertama kali turunnya Alquran.

Ibnu Abbas radhiyallahu anhu menyebutkan yang dimaksud adalah peristiwa turunnya seluruh ayat Alquran dalam satu kali turun, yaitu dari Lauhil Mahfudz ke langit dunia atau sebutannya Baitul Izzah. Sedangkan Asy-Sya’bi menyebutkan yang dimaksud di sini adalah bahwa di malam qadar itu turun permulaan ayat Alquran ke muka bumi.

Ada kemungkinan kedua pendapat ini tidak keliru. Sebab para ulama meyakini bahwa Alquran memang mengalami proses penurunan dua kali. Penurunan yang pertama adalah turunnya Alquran dari Lauhil Mahfudz ke langit dunia, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas.

Sedangkan penurunan yang kedua, dari langit dunia ke muka bumi, yang turunnya pertama kali hanya lima ayat penggalan awal dari surat Al-Alaq. Keduanya bisa saja terjadi pada malam qadar, meski pada zaman yang berbeda.

Lebih Baik dari Seribu Bulan

Keutamaan selanjutnya dari lailatul qadar adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan. Malam ini dalam Alquran digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ

Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (QS Al-Qadar: 3)

Para ulama menetapkan bila seseorang beramal shalih di malam qadar itu, maka dia akan mendapat pahala seperti melakukannya dalam 1.000 bulan.

 

Turunnya para Malaikat

Al-Imam Al-Qurthubi menyebutkan bahwa dari setiap lapis langit dan juga dari Sidratul Muntaha, para malaikat turun ke bumi, untuk mengamini doa umat Islam yang dipanjatkan di sepanjang malam itu hingga terbitnya fajar atau masuknya waktu subuh. Selain itu disebutkan para malaikat turun untuk membawa ketetapan takdir untuk setahun ke depan.

تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ

Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. (QS Al-Qadar: 4)

Keselamatan

Malam qadar juga disebutkan sebagai malam yang ada di dalamnya keselamatan hingga terbitnya fajar. Adh-Dhahhak berkata bahwa maksudnya pada malam itu Allah SWT tidak menetapkan sesuatu kecuali keselamatan hingga datangnya fajar. Sedangkan di malam lain, selain keselamatan juga Allah SWT menetapkan bala. Mujahid berkata bahwa maksudnya malam itu malam ketika setan tidak bisa melakukan perbuatan jahat dan keburukan.

سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ

Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar. (QS Al-Qadar: 5)

Eksklusif Milik Umat Nabi Muhammad SAW

Jumhur ulama sepakat keistimewaan malam qadar ini hanya berlaku untuk umat Nabi Muhammad SAW. Sedangkan umat-umat terdahulu tidak mendapatkan keistimewaan ini.

Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya yang relatif panjang sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka beramal karena panjangnya usia mereka. Maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan. (HR Malik)

Hadits ini menjelaskan bahwa ditetapkannya malam qadar setara dengan seribu bulan adalah sebagai fasilitas bagi umat Nabi Muhammad SAW bila ingin mendapatkan banyak pahala. Karena jika umat Nabi Muhammad SAW dibandingkan usia umat-umat terdahulu, usia umat Nabi Muhammad SAW jauh lebih singkat.

 
Berita Terpopuler