Dosis Booster Tingkatkan Kembali Perlindungan dari Vaksin Covid-19 Terhadap Omicron

Booster dibutuhkan karena perlindungan dari vaksin Covid-19 turun seiring waktu.

Republika/Putra M. Akbar
Petugas menyuntikan vaksin Covid-19. Dosis penguat (booster) dapat mengembalikan level perlindungan dari vaksin Covid-19 terhadap varian omicron.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech atau Moderna memberikan perlindungan minimal terhadap penyakit simtomatik yang disebabkan oleh varian omicron dari SARS-CoV-2. Namun, penelitian baru menyebut dosis booster mampu memulihkan perlindungan itu.

Studi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine ini menemukan bahwa efektivitas vaksin Pfizer terhadap penyakit simtomatik turun menjadi sekitar delapan persen dari sekitar 65 persen dalam enam bulan, setelah dosis kedua dari dosis primer. Efektivitas dari dua dosis pertama vaksin Moderna juga berkurang, yaitu turun menjadi sekitar 15 persen dari sekitar 71 persen pada periode yang sama.

Suntikan dosis penguat (booster) dari vaksin Pfizer atau Moderna meningkatkan kembali perlindungan ke tingkat yang terlihat setelah dua dosis. Level perlindungannya mulai berkurang lagi setelah sekitar dua bulan.

Baca Juga

Studi yang didanai oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris menambah bukti yang berkembang bahwa dua dosis vaksin Covid-19 yang ada tampaknya menawarkan sedikit perlindungan terhadap penyakit ringan dari varian omicron. Meski demikian, para ahli mencatat bahwa vaksinasi masih memberikan perlindungan yang kuat terhadap penyakit parah dan kematian.

Peneliti menulis bahwa temuan ini menekankan pentingnya suntikan booster. Mereka menyebut dosis ketiga memberikan peningkatan perlindungan yang cepat dan substansial terhadap penyakit ringan dan berat.

Di Amerika Serikat, hanya di bawah 50 persen dari mereka yang memenuhi syarat untuk booster telah menerima dosis penguat itu. Seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di Weill Cornell Medical College, John Moore mengatakan, penelitian menegaskan bahwa varian omicron secara signifikan lebih mungkin menyebabkan infeksi terobosan (breakthrough infection) bergejala dibandingkan dengan delta. Terlepas dari itu, Moore mengatakan, vaksin memberikan perlindungan terhadap rawat inap dan kematian.

"Mereka yang telah memiliki tiga dosis vaksin Covid-19 masih memiliki perlindungan yang cukup besar terhadap penyakit simtomatik," kata Moore, dilansir NBC News, Rabu (23/3/2022).

Penelitian yang dilakukan dari 27 November 2021 hingga 12 Januari 2021 ini mengamati lebih dari satu juta orang yang terinfeksi varian omicron atau delta di Inggris. Pengamatan hanya melihat apakah orang mengembangkan penyakit ringan, bukan pada hasil yang parah, seperti rawat inap.

Mereka yang terlibat dalam penelitian telah divaksinasi dan mendapat dosis penguat dengan vaksin dari Pfizer, Moderna, atau AstraZeneca. Orang yang menerima dua dosis vaksin AstraZeneca, yang tidak diizinkan untuk digunakan di AS, juga memiliki perlindungan yang berkurang terhadap infeksi setelah beberapa bulan, serta setelah mereka menerima booster.

Sudah divaksinasi, orang masih bisa kena Covid-19. - (Republika)

Penelitian lain juga menemukan bahwa vaksin mungkin tidak cukup untuk mencegah infeksi omicron, namun orang yang telah mendapat tiga dosis vaksin Covid-19 tampaknya memiliki perlindungan tertinggi. Selain itu, penelitian menunjukkan, dua dosis vaksin harus tetap memberikan perlindungan tinggi terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian.

Sebuah studi terpisah, yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, menemukan bahwa dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer memang tidak melindungi anak-anak berusia lima tahun dari omicron. Akan tetapi, suntikan itu membuat sebagian besar dari mereka tak perlu dirawat di rumah sakit.

Seorang ahli vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia, Paul Offit, mengatakan, orang mungkin harus menerima kenyataan bahwa kekebalan yang diberikan oleh infeksi atau vaksinasi sebelumnya mungkin tidak terlalu baik untuk melindungi dari penyakit ringan. "Kami telah memberi label virus ini sebagai virus di mana tidak ada toleransi untuk penyebaran dan nol toleransi untuk infeksi tanpa gejala atau gejala ringan," ujar Offit yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

 
Berita Terpopuler