GERD Biasanya Kumat Pukul 1-2 Malam, Posisi Tidur Seperti Apa yang Bisa Bikin Nyaman?

Kualitas tidur penderita GERD bisa terganggu akibat kekambuhan di malam hari.

Piqsels
Tidur (ilustrasi). Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi dibandingkan badan baik untuk mencegah kekambuhan penderita GERD di malam hari.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian penderita Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) mungkin kerap mengalami kekambuhan di malam hari, di mana asam lambungnya naik ke kerongkongan. Kondisi ini tentu dapat memunculkan gejala yang bisa memengaruhi kualitas tidur.

"Umumnya, (asam lambung) meningkat pada pukul satu atau dua malam, karena hormonalnya demikian," ungkap Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH dalam virtual media briefing bersama Wellesta CPI beberapa waktu lalu.

Asam lambung yang naik di malam hari bisa memunculkan gejala-gejala yang tidak nyaman. Tak jarang, kekambuhan ini mendorong penderita GERD terbangun dari tidur mereka. Akibatnya, kualitas tidur dan hidup penderita GERD bisa ikut terganggu.

"Penting buat dia untuk menjaga posisi tidurnya," ujar Prof Ari.

Prof Ari mengatakan posisi tidur yang tepat bisa membantu mencegah terjadinya kekambuhan GERD di malam hari. Posisi yang dianjurkan adalah posisi tidur di mana bagian kepala lebih tinggi dibandingkan badan. Posisi tidur seperti ini bisa dicapai dengan meletakkan dua bantal di kepala saat tidur.

"Selalu anjurkan bantal tinggi, kalau lurus sedikit (posisi tubuhnya) langsung nyesek biasanya," jelas Prof Ari.

Selain memperbaiki posisi tidur, kekambuhan GERD di malam hari juga dapat dicegah lewat terapi pengobatan. Salah satunya dengan menggunakan obat penghambat pompa proton (PPI).

Hanya saja, pada sebagian kasus, penderita GERD masih bisa mengalami kekambuhan atau asam lambungnya naik di malam hari meski sudah menggunakan obat PPI. Dalam kasus seperti ini, obat vonoprazan bisa direkomendasikan.

Vonoprazan merupakan obat golongan potassium-competitive acid blocker (P-CAB) yang sudah bisa diakses oleh pasien GERD di Indonesia. Obat penekan asam lambung ini dapat meningkatkan pH lambung secara cepat, meredakan nyeri ulu hati dengan cepat, dan menyembuhkan esofagitis erosif yang parah dengan cepat dan lebih baik dibandingkan PPI.

"Obat ini mampu mengontrol dengan baik sekresi asam pada malam hari," ujar Prof Ari yang merupakan dokter spesialis gastroenterologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo.

Baca Juga

GERD atau penyakit asam lambung merupakan suatu kondisi di mana isi lambung mengalami refluks atau naik ke kerongkongan. Kondisi ini disebabkan oleh melemahnya katup atau sfingter yang berada di bagian bawah kerongkongan.

Penyebab dari lemahnya sfingter belum dapat diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko melemahnya sfingter. Sebagian dari faktor risiko tersebut adalah obesitas, hernia hiatal atau penonjolan bagian perut atas hingga ke diafragma, kehamilan, dan gangguan pencernaan.

Di samping itu, kekambuhan GERD juga bisa dipicu oleh beberapa aktivitas atau kebiasaan. Beberapa contoh dari aktivitas atau kebiasaan yang bisa memicu kekambuhan GERD adalah merokok, mengonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengonsumsi makanan berlemak atau digoreng, mengonsumsi makanan atau minuman berkafein, serta mengonsumsi obat tertentu, misalnya aspirin.

 
Berita Terpopuler