Bercocok Tanam di Daerah Polusi Tinggi, Bisa Saja!

Pengetahuan bercocok tanam dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik.

Republika/Thoudy Badai
Petugas PPSU merawat tanaman di Taman Bibit, Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta, Ahad (28/2). Bercocok tanam di daerah dengan tingkat polusi tinggi juga masih bisa dilakukan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Co Founder Pupuk Hayati Dinosaurus Fredy Wijaya mengatakan bahwa bercocok tanam dapat dilakukan di berbagai jenis daerah tanpa terkecuali. Hal itu harus dibarengi dengan pengetahuan bercocok tanam yang baik.

Fredy merekomendasikan bercocok tanam secara organik. Ia menyebut, bahan organik dapat membantu menghasilkan panen yang terbaik.

"Dengan memperhatikan cara tanam dan pola organik, tanpa menggunakan bahan pestisida dan pupuk sintesis, akan menghasilkan panen yang baik dengan kualitas yang juga tentu berbeda," ungkap Fredy secara virtual pada Jumat (18/3/2022).

Meski berada di wilayah dengan tingkat polusi tinggi, seperti halnya di kota-kota besar di Indonesia, bercocok tanam masih bisa dilakukan dengan memperhatikan pupuk sebagai pondasi keberhasilan panen. Warga kota besar bisa menanam bahan makan untuk mereka sendiri.

Menurut Fredy, dengan pupuk yang tepat, hasil panen petani rumahan juga bisa cukup baik. Misalnya, sayuran kualitasnya bisa menjadi lebih baik dan cabai juga jadi lebih pedas rasanya.

"Walau kondisi udara seperti yang ada di Jakarta yang tingkat polusi cukup tinggi tidak seperti di daerah, jika teknik menanamnya baik tentu akan menghasilkan panen yang berkualitas," jelas dia.

Lahan sempit

Baca Juga

Sementara itu, sejak pandemi Covid-19, para ibu rumah tangga di Padang, Sumatra Barat (Sumbar), punya hobi baru, yaitu bercocok tanam. Mereka menanam tanaman hias hingga sayuran.

"Sepanjang tahun 2020, para ibu semangat bertanam di rumah, ini bernilai positif," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Syahrial Kamat di Padang, Ahad (10/1/2022).

Menurut Syahrial, semangat bertanam pada umumnya ditunjukkan wanita yang berdomisili di kompleks perumahan dengan memanfaatkan lahan sempit di pekarangan untuk bertanam sayuran dan tanaman lainnya. Bahkan, sudah banyak terbentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) di kompleks perumahan.

KWT yang terbentuk jumlahnya mencapai puluhan. Bahkan, para perempuan yang tergabung ke dalam KWT, berkeinginan untuk dibina oleh penyuluh pertanian agar diajarkan cara bertani yang baik.

 
Berita Terpopuler