Tingkat Transmisinya Tinggi, Kemenkes: Waspadai 'Son of Omicron'

Son of omicron adalah julukan untuk subvarian omicron BA.2.

Pixabay
Ilustrasi varian omicron dari virus penyebab Covid-19. Subvarian omicron BA.2 yang dijuluki Son of Omicron memiliki tingkat transmisi yang lebih tinggi.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa hingga 15 Maret 2022 terdapat 668 kasus Covid-19 akibat penularan subvarian omicron BA.2 di Indonesia. Subvarian tersebut dikenal juga dengan julukan "son of omicron" alias "stealth omicron".

Meski subvarian tersebut belum mendominasi, namun masyarakat diminta tetap waspada dan selalu menaati protokol kesehatan. Hal itu penting untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19, seperti di Hong Kong, Korea Selatan, dan Inggris.

Baca Juga

"Kita bisa melihat bagaimana BA.2 itu membuat kasus di beberapa negara seperti Hong Kong, Korea Selatan, dan Inggris meningkat lagi, jadi kita perlu mewaspadainya," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam sebuah diskusi virtual, disimak di Jakarta, pada Kamis (17/3/2022).

Nadia menjelaskan, subvarian BA.2 memiliki tingkat transmisi yang lebih tinggi. Berdasarkan sebuah studi di Denmark, tingkat penularan BA.2 lebih tinggi dibandingkan varian omicron asli atau BA.1 di lingkungan rumah tangga dan klaster.

Replikasi BA.2 juga lebih cepat dibandingkan BA.1 pada sel epitel manusia sehingga berpotensi lebih menular. Sementara itu, untuk keparahan, data awal menunjukkan tingkat rawat inap di rumah sakit tidak berbeda jauh antara infeksi BA.2 dengan BA.1.

Menurut Nadia, "son of omicron" memiliki karakteristik mengurangi efektivitas vaksin. Akan tetapi, keberadaannya tidak meningkatkan penularan pada individu yang sudah mendapatkan vaksinasi.

"Meski subvarian BA.2 mengurangi efikasi vaksin, tapi banyak penelitian melihat bahwa vaksin Covid-19 saat ini memberikan perlindungan yang kuat terhadap penyakit parah dan kematian jika terinfeksi semua varian yang beredar, termasuk omicron," kata Nadia.

Sejalan dengan itu, Nadia mengungkapkan bahwa capaian vaksinasi pemerintah terus mengalami penambahan. Per Rabu (16/3/2022), penambahan vaksinasi mencapai 1.280.273 dosis, terdiri atas vaksinasi dosis pertama, kedua, dan ketiga.

Angka vaksinasi dosis pertama di Indonesia bertambah 244.613, sehingga total jumlah vaksinasi pertama mencapai 193.903.477. Sementara jumlah orang yang mendapatkan vaksin dosis kedua sebanyak 583.348, sehingga totalnya mencapai 152.405.191. Lalu, untuk booster alias dosis ketiga ada tambahan 452.312, sehingga totalnya menjadi 15.222.422.

"Yang masih perlu didorong itu vaksinasi dosis kedua dan booster, kami akan terus mempercepat vaksinasi sehingga kekebalan komunitas semakin kuat," kata Nadia.

 
Berita Terpopuler