Pipa Bawah Laut Bocor, Pencemaran Solar di Pantai Wisata Bali 2, Nelayan dan Pedagang Mengeluh

Ceceran solar itu pertama kali ditemukan warga pada Senin (14/3) siang dan semakin parah pada Rabu (16/3) malam.

network /udang bago
.
Rep: udang bago Red: Partner

Nelayan dan pedagang di obyek wisata Pantai Bali 2 di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu mengeluhkan pencemaran ceceran solar di Pantai Bali 2, Kamis (17/3/2022). - (Lilis Sri Handayani/matapantura.republika.co.id)

INDRAMAYU -- Nelayan dan para pedagang di obyek wisata Pantai Bali 2 di Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu mengeluhkan pencemaran ceceran solar di pesisir pantai tersebut. Mereka berharap ada tanggung jawab dari pihak yang terkait.

Ceceran solar itu pertama kali ditemukan warga pada Senin (14/3) siang dan semakin parah pada Rabu (16/3) malam. Nelayan dan pedagang di obyek wisata pantai itu mencium bau solar yang sangat menyengat. Air pun membentuk rinai minyak berwarna pelangi.vSaat mereka mencelupkan tangan ke dalam air, mereka merasakan tangan menjadi licin.

Berdasarkan pantauan matapantura.republika.co.id, Kamis (17/3) pukul 10.30 WIB, bau menyengat sudah terasa saat baru memasuki obyek wisata Pantai Bali 2. Air di sejumlah titik di pinggir pantai pun terlihat dipenuhi buih berwarna kekuningan yang menggumpal.

Puluhan pedagang dan nelayan pun melakukan aksi protes secara spontanitas. Mereka membentangkan sejumlah poster di pinggir pantai dan menuntut tanggung jawab dari Pertamina.

Salah seorang nelayan setempat, Cabik (65), mengatakan, pertama kali mencium bau solar saat sedang mencari ikan di perairan Balongan pada Senin (14/3) siang. Ceceran solar kemudian terbawa gelombang yang didorong oleh angin dari arah timur laut menuju pinggir Pantai Bali 2.

''Setelah adanya bau solar itu, saya jaring gak dapat ikan sama sekali,'' keluh Cabik kepada Republika.

Cabik menyebutkan, dalam kondisi normal, rata-rata hasil tangkapan ikan kakapnya mencapai sepuluh kilogram (kg). Dengan harga ikan kakap saat ini yang mencapai Rp 50 ribu per kg, dia bisa memperoleh penghasilan sekitar Rp 500 ribu per hari.

"Setelah bau solar ini, saya gak dapat penghasilan sama sekali," tutur Cabik.

Keluhan senada diungkapkan seorang pedagang di obyek wisata Pantai Bali 2, Sriyati (40). Pendagang gado-gado di obyek wisata pantai itu biasanya memperoleh penghasilan diatas Rp 100 ribu per hari, namun penghasilannya menurun drastis setelah terjadinya pencemaran pantai oleh ceceran solar.

"Hari ini bahkan belum dapat penghasilan sama sekali karena pengunjung sepi," tutur Sriyati.

Pengelola Pantai Bali 2, Akso Darmawangsa, mengatakan, adanya pencemaran solar tersebut sangat berdampak pada aktivitas pariwisata di Pantai Bali 2. Menurutnya, minat pengunjung untuk berwisata jadi menurun karena bau yang menyengat.

"Mereka tidak bisa berenang dan mandi-mandian di pantai," kata Akso.

Bahkan, ada sejumlah pengunjung yang terpaksa 'balik kanan' karena kecewa dan tidak tahan dengan bau yang menyengat.

Akso mengungkapkan, kondisi tersebut merugikan para pedagang di obyek wisata Pantai Bali 2. Pasalnya, pengunjung yang biasanya jajan di kios pedagang, tak sedikit yang memilih langsung pulang.

Akso mengakui, hingga kini pihaknya tidak menutup obyek wisata Pantai Bali 2. Meski pengunjung tidak bisa mandi dan berenang di pantai, namun masih ada wahana lainnya di pinggir pantai.

Akso menambahkan, pencemaran di Pantai Bali 2 kali ini merupakan yang ketiga kalinya. Sebelumnya, pantai itu juga mengalami pencemaran crude oil (minyak mentah) pada 2018 dan 2020. "Kami berharap pencemaran tidak terjadi lagi," tukas Akso.

Sementara itu, salah seorang pengunjung asal Kabupaten Majalengka, Rani, mengaku kecewa dengan adanya pencemaran solar pada Pantai Bali 2. Pasalnya, dia sengaja datang dengan membawa anaknya untuk berenang di pantai tersebut.

"Tapi pantainya bau solar. Ya saya sangat menyayangkan. Padahal pantainya kan bagus buat wisata," tandas Rani. N Lilis Sri Handayani

 
Berita Terpopuler