Omicron di Jakarta: 1.477 Kasus Kematian, Separuhnya Belum Atau Baru Sekali Divaksinasi

Sebanyak 44 persen kasus kematian varian Omicron belum divaksinasi sama sekali.

ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Warga berjalan di samping fasilitas cuci tangan yang rusak dan terbengkalai di Jakarta, Ahad (27/2/2022). Di tengah tingginya kasus COVID-19 varian omicron dan himbauan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan, justru banyak ditemui fasilitas cuci tangan yang terbengkalai dan tidak dapat digunakan.
Rep: Antara, Dian Fath Risalah Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat sebanyak 1.477 kasus Covid-19 meninggal dunia sejak kemunculan varian Omicron mulai 1 November 2021 hingga 16 Maret 2022. Separuh dari kasus kematian Omicron terjadi pada pasien yang belum mendapatkan vaksinasi.

Baca Juga

"Ternyata 50 persen kasus meninggal dunia itu belum vaksin atau vaksin baru satu dosis, jadi belum lengkap," kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia, di Jakarta, Kamis (17/3/2022).

Dwi Oktavia yang biasa disapa Lies itu merinci, sebanyak 44 persen kasus Covid-19 yang meninggal dunia itu belum divaksinasi sama sekali. Kemudian, sebanyak enam persen kasus meninggal ternyata baru divaksin sekali, selanjutnya sebanyak 36 persen sudah mendapatkan dua kali vaksinasi, dan tiga persen yang sudah mendapatkan vaksin dosis ketiga atau booster, serta tidak ada data sebanyak 12 persen.

Lies menjelaskan, kasus meninggal dunia yang sudah divaksin lengkap (dosis satu, dua, dan booster) itu kebanyakan warga lanjut usia dan pasien dengan komorbid. Beberapa penyakit komorbid di antaranya, penyakit jantung, hipertensi, kencing manis, paru-paru, dan gagal ginjal.

Untuk itu, ia mendorong masyarakat terutama lansia dan yang memiliki komorbid untuk tidak menunda apabila sudah mendapatkan alokasi vaksinasi. "Kepada orang yang punya komorbid harus diingatkan terus, mereka harus divaksinasi dan kalau memang sudah waktunya booster, jangan menunda," ucapnya.

Lies menambahkan, di Jakarta terdapat 300 titik layanan vaksinasi baik fasilitas kesehatan hingga sentra vaksinasi dengan kemudahan pendaftaran vaksinasi salah satunya daring melalui aplikasi Jakarta Kini (JaKi). Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta realisasi vaksinasi dosis pertama di Jakarta mencapai 12,4 juta atau 123,3 persen dari target 10 juta orang. Kemudian vaksinasi dosis kedua mencapai 10,4 juta atau sudah 104 persen dan dosis ketiga 1,71 juta.

 

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban menegaskan, penularan penyakit bahkan kematian karena Covid-19 pun masih akan mungkin terjadi bila nanti status endemi Covid-19 ditetapkan. Namun, ia tetap optimistis bila tren penurunan kasus terus berlangsung stabil, maka status endemi bisa dicapai Indonesia.

"Waktu itu kita yakin pasti sudah endemi. Namun tiba-tiba muncul mutasi baru Omicron. Jadi kita tidak menduga. Kita tidak berharap ada virus lagi yang lebih kejam dari Omicron. Sehingga tahun ini terakhir untuk menjadi endemi dan tidak muncul lagi varian lain yang lebih menyebar," tutur Zubairi.

Adapun terkait varian Covid-19 yang mengandung elemen Delta dan Omicron (Deltacron), menurut Zubairi, belum menjadi mutasi yang mengkhawatirkan. Hingga saat ini, varian Deltacron belum terdeteksi di Indonesia.

"Deltacron menyebar ke banyak orang lain. Namun jumlah orang dengan Deltacron tidak terlalu banyak. Belum masuk perhatian dan kekhawatiran kita," kata Zubairi.

Zubairi mengatakan Deltacorn merupakan varian kombinasi dari Delta yang memiliki karakteristik memicu kesakitan dengan gejala berat sementara Omicron sangat mudah menular. Kombinasi keduanya, kata Zubairi, sangat mudah menembus pertahanan imun seseorang kemudian menaikkan kegawatan gejala saat tertular.

"Untungnya, tidak demikian yang terjadi. Tidak terlalu menyebar dan tidak amat mematikan," ujarnya.

 

Secara terpisah, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan situasi pandemi Covid-19 saat ini masih didominasi varian Omicron beserta sejumlah subvariannya. Pihaknya belum mendeteksi kemunculan Deltacron di Indonesia.

"Hingga saat ini, pemerintah belum mendeteksi kasus varian Deltacron di Indonesia dan kita terus akan memantau," katanya.

Meski demikian, Subvarian Omicron BA.1 masih mendominasi di Tanah Air. Hingga 15 Maret 2022, tercatat ada 668 kasus akibat penularan subvarian Omicron BA.2 di Indonesia.

"Di data nasional kita secara umum itu BA.2 sudah 668, BA.1 itu paling banyak yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus. Ini secara kumulatif dari Januari sampai dengan Maret itu ada 5.625 kasus," katanya.

 

 

 

Sistem bubble pengendalian Covid-19. - (Republika.co.id)

 

 
Berita Terpopuler