Pemerintah Umumkan Indonesia Telah Lewati Puncak Penularan Omicron

Pekan ini terjadi penurunan kasus sebesar 64 persen dari puncak pertengahan Februari.

ANTARA/Basri Marzuki
Sejumlah pengunjung menikmati suasana di dekat air terjun di kawasan wisata alam Bantimurung yang baru dibuka kembali di Maros, Sulawesi Selatan, Selasa (15/3/2022). Kawasan wisata yang menawarkan panorama alam dan air terjun dengan hawa yang sejuk itu dibuka kembali untuk umum setelah sempat ditutup akibat melonjaknya kasus positif Covid-19 terutama varian Omicron yang pada hari ini diumumkan pemerintah pusat telah lewat puncak penularannya.
Rep: Dessy Suciati Saputri, Dian Fath Risalah Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, Indonesia telah berhasil melewati puncak kasus Omicron yang ditunjukkan dengan tren perbaikan kasus. Pada kasus positif mingguan tercatat telah mengalami penurunan sebesar 64 persen setelah mencapai puncak tertingginya pada pertengahan Februari lalu.

Baca Juga

Sedangkan pada kasus kematian juga mulai menunjukan tren penurunan hingga 10 persen dari puncak.

“Indonesia telah berhasil melalui puncak Omicron yang ditunjukkan dengan tren perbaikan data-data kasus secara menyeluruh,” ujar Wiku saat konferensi pers melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (15/3/2022).

Selain itu, perbaikan kasus juga terlihat pada data kasus aktif, kesembuhan, dan juga angka keterisian tempat tidur atau BOR. Jika pada minggu lalu terdapat 470 ribu kasus aktif, Wiku menyebut pada minggu ini hanya terdapat 340 ribu atau 5,82 persen kasus aktif.

Penurunan kasus aktif ini juga didukung dengan penambahan kasus kesembuhan. Pada minggu ini, terdapat 270 ribu orang sembuh sehingga meningkatkan persentase kesembuhan hingga mencapai 91,6 persen. Sedangkan pada minggu lalu persentase kesembuhan hanya sebesar 89,11 persen.

Wiku menyampaikan, penurunan kasus aktif dan peningkatan kesembuhan ini juga berdampak pada penurunan angka keterpakaian tempat tidur atau BOR. Jika pada 6 Maret 2022 terdapat hampir 30 persen tempat tidur Covid-19 terpakai, kini angkanya mengalami penurunan. Per 13 Maret 2022 tercatat hanya terdapat sekitar 20 persen keterpakaian tempat tidur.

“Tentunya keberhasilan Indonesia melewati puncak Omicron ini hanya dapat tercapai berkat upaya keras masyarakat yang tertib menerapkan kebijakan pengendalian yang telah dirumuskan oleh pemerintah,” jelas Wiku.

Karena itu, ia pun menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat yang tetap menjalankan kedisiplinan protokol kesehatan dan melengkapi vaksin dosis lengkap serta booster. Satgas juga mengapresiasi kinerja seluruh lapisan pemerintah baik pusat maupun daerah yang telah berupaya mengendalikan kasus melalui kebijakan berlapis.

Wiku mengingatkan masyarakat, setelah keberhasilan pengendalian pandemi ini tercapai, maka tongkat estafet pengendalian kasus akan lebih banyak berpindah pada setiap individu dan kelompok.

“Jika di masa genting dianggap perlu pengendalian kasus segera dengan kebijakan berlapis yang ditetapkan pemerintah, di masa adaptasi ini kebijakan-kebijakan tersebut mulai disesuaikan kembali,” ujar dia.

Ia menjelaskan, seluruh langkah pengendalian tersebut akan dikembalikan pada tanggung jawab baik individu maupun kelompok seperti perkantoran, sekolah, mall, ataupun restoran. Wiku pun mengingatkan, penurunan kasus positif ini tak berarti virus Covid-19 benar-benar hilang dari Indonesia.

“Untuk itu, setiap kita masih memiliki tanggung jawab untuk melindungi diri kita sendiri dan orang lain, termasuk kelompok rentan,” tambah Wiku.

 

 

Berbicara terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, hingga saat ini, varian baru Covid-19, Delcatron belum terdeteksi di Indonesia. Kendati demikian, Kemenkes tetap memantau perkembangan kasus Covid-19 dari varian Deltacron di negara-negara lain.

“Varian Delctaron belum terdeteksi,” ujar Nadia dalam Konferensi Pers secara daring, Selasa sore.

Menurut Nadia, meskipun belum ada di Indonesia, masyarakat harus tetap waspada dengan selalu menerapkan protokol kesehatan saat beraktivitas di dalam maupun di luar ruangan. Percepatan vaksinasi dosis penuh juga harus terus dikejar.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban mengatakan, varian Deltracron muncul dari pasien Covid-19 yang terpapar varian Delta dan varian Omicron secara bersamaan, kemudian kedua varian bereplikasi di dalam tubuh menjadi virus rekombinan. 

"Varian Deltacron terbentuk dari seseorang yang terinfeksi varian Delta dan terinfeksi juga varian Omicron, kemudian masuk ke dalam sel orang tersebut dan kemudian bermutasi atau bereplikasi menjadi rekombinan namanya disebut Deltacron,” terang Zubairi.

 

Jika varian Deltacron belum ditemukan, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin pada Senin (14/3/2022) mengungkapkan, Indonesia sudah mendeteksi keberadaan sub varian Omicron BA.2.

Bahkan, dalam dua bulan terakhir, penularan Covid-19 di Tanah Air didominasi sub varian tersebut.

"Sub varian ini sudah ada di Indonesia. Hasil final genome sequencing kami yang terakhir dalam dua bulan lebih, kami sudah lakukan 8.032 genome sequencing di akhir-akhir porsi BA.2 ini sudah dominan di Indonesia," ujar Budi.

Menurut Budi, sub varian inilah yang telah memicu peningkatan kasus Covid-19 dan kematian di tiga negara seperti Hong Kong, Korea Selatan, dan Inggris. Teapi, dia meminta masyarakat tidak perlu panik untuk menyikapinya.

"Alhamdulillah kita tidak melihat dan mudah-mudahan tidak akan melihat adanya kenaikan kembali dari jumlah kasus,"

Lebih lanjut Budi menjelaskan, khusus di Hongkong, lonjakan tidak hanya terjadi pada kasus terkonfirmasi positif , namun angka kematian akibat Covid-19 pun turut meningkat. Budi menerangkan, peningkatan kasus fatalitas Covid-19 di Hongkong dipicu vaksinasi pada kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) masih rendah, sekitar 26 persen. Berdasarkan data, pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit di Hongkong merupakan lansia.

Oleh karenanya, ia memastikan agar percepatan vaksinasi terus dikejar. Khususnya untuk kelompok rentan lansia dan komorbid. Menurut Budi

"Karena sudah terbukti mereka adalah orang-orang atau segmen populasi untuk sangat rawan untuk masuk ke rumah sakit dan untuk meninggal. Kita harus membantu meyakinkan mereka agar bisa divaksin minimal dua dosis," tegas Budi.

 

Tiga Skenario Pandemi Menuju Endemi - (infografis republika)

 
Berita Terpopuler