Minyak Goreng Masih Langka, Mengapa Mendag Selalu Bilang Stok Melimpah?

Presiden Jokowi akan menggelar rapat kabinet khusus membahas minyak goreng.

ANTARA/Muhammad Adimaja
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan paparannya saat mengikuti Raker dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta. Mendag menyatakan stok minyak goreng saat ini melimpah meski faktanya masyarakat masih kesulitan mendapatkannya. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dedy Darmawan Nasution, Ali Mansur, Dessy Suciati Saputri

Baca Juga

Minyak Goreng hingga kini masih menjadi barang langka. Masyarakat masih kesulitan mendapatkan barang yang terbilang kebutuhan pokok tersebut baik di pasar tradisional ataupun ritel modern. 

Namun, di tengah kelangkaan minyak goreng di pasaran, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi selalu menyebut stok minyak goreng melimpah. Yang terbaru disampakan Lutfi saat inspeksi mendadak di pabrik minyak goreng yang terletak di kawasan Marunda, Jakarta Utara, Senin (14/3/2022).

Dari pemantauannya di pabrik minyak goreng PT Bina Karya Prima Gudang Ex Hargas (BKP), puluhan juta liter minyak goreng diproduksi nonstop dan siap didistribusikan. Ia pun menegaskan, bahwa stok melimpah dan cukup memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Hasil pantauan di PT BKP hari ini menunjukkan produksi minyak goreng yang melimpah. Kami juga akan terus memantau produksi minyak goreng di pabrik-pabrik lainnya untuk memastikan ketersediaan minyak goreng sehingga masyarakat dapat membeli sesuai kebutuhan sehari-hari," kata Lutfi.

Ia menuturkan, pada periode 1--12 Maret 2022, PT BKP telah memproduksi 23,49 juta liter minyak goreng. Dari jumlah tersebut 12,87 juta liter diproduksi di pabrik yang berlokasi di Marunda, Jakarta Utara.

Rata- rata produksi hariannya mencapai 1,43 juta liter per hari. Produksi juga dilakukan di pabrik yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur sebanyak 10,62 juta liter dengan rata-rata produksi hariannya mencapai 1,18 juta liter per hari.

Ia pun memastikan, produksi minyak goreng PT BKP dilakukan setiap hari nonstop 24 jam dalam sepekan. Lutfi menegaskan akan terus memantau produksi dan distribusi minyak goreng.

Sebelumnya, saat konferensi pers pada Rabu (9/3/2022) pekan lalu, Lutfi juga menegaskan, pasokan minyak goreng di Indonesia dalam kondisi melimpah. Melimpahnya stok minyak goreng itu hasil dari kebijakan domestic market obligation (DMO).

Lutfi menyampaikan, perdasarkan pendataan Kemendag periode 14 Februari-8 Maret 2022, total ekspor minyak sawit (CPO) dan turunannya mencapai 2.771.294 ton. Adapun, total pasokan yang dikumpulkan dengan mekanisme DMO sebanyak 573.890 ton atau 20,7 persen dari total volume ekspor tersebut. Jumlah itu, terdiri dari CPO sebanyak 110.004 ton dan RBD Olein 463.386 ton.

"Dari total minyak sawit DMO itu, sudah terdistribusi 415.787 ton dalam bentuk minyak goreng curah dan kemasan," kata Lutfi.

Lutfi mengatakan, jumlah yang terdistribusi itu melebihi kebutuhan konsumsi satu bulan yang mencapai 327.321 ton. "Hasil DMO ini sudah melimpah dan lebih dari cukup untuk satu bulan. Jadi bukan basah minyak goreng lagi, tapi becek," kata Lutfi menambahkan.

 

 

 

Pernyataan Lutfi soal melimpahnya stok minyak goreng menjadi sebatas klaim lantaran tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Satgas Pangan Polri bahkan sampai membentuk tim yang khusus mengawasi distribusi minyak goreng karena kelangkaan masih terjadi.

"Satgas Pangan Polri telah membentuk beberapa Tim untuk Fokus melaksanakan pengawasan dan pemantauan terkait distribusi minyak goreng dari produsen, distributor hingga pengecer tingkat bawah (hulu ke hilir)," ujar Kepala Satgas Pangan Polri Irjen Pol Helmy Santika, saat dihubungi awak media, Senin (14/3/2022).

Kemudian, lanjut Helmy, tim khusus tersebut akan melakukan beberapa langkah. Di antaranya, melakukan koordinasi dengan Kementerian perdagangan (Kemendag) guna mendorong percepatan realisasi DMO, khususnya beberapa provinsi yang mengalami defisit minyak goreng.

"Bersama Kemendag RI, satgas pangan pusat dan daerah, akan lebih intensif melaksanakan monitoring dan pengechekan dilapangan, pada produsen, distributor pengecer pada gerai modern dan gerai tradisional," ungkap Helmy

Berikutnya, tim akan mendorong dan menghimbau pelaku usaha khususnya industri yang belum mendapatkan alokasi untuk tetap beroperasi. Juga membantu Kemendag RI untuk membuat pola distribusi DMO CPO dan RDB oilen secara merata.

"Melakukan penindakan terhadap pelaku usaha yang melakukan penimbunan dan reseller/pedagang dadakan yang melakukan aksi borong dan menyimpan minyak goreng," ucap Helmy.

Biasanya, sambungnya, minyak goreng yang mereka beli dalam jumlah banyak untuk dijual kembali oleh reseller dengan harga di atas HET. Dengan demikian, Helmy menegaskan, terhadap minyak goreng yang ditimbun didorong percepatan distribusinya.

Fenomena kelangkaan minyak goreng yang semakin berlarut akhirnya pun menjadi atensi khusus pihak Istana. Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyampaikan, Presiden akan menggelar rapat bersama jajarannya untuk membahas masalah minyak goreng ini.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera memutuskan kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng di masyarakat.

“Karena hal ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama, sehingga dengan demikian direncanakan setelah kembali dari acara IKN ini, Presiden akan mengadakan rapat intern untuk segera memutuskan persoalan yang berkaitan dengan minyak goreng ini,” jelas Pramono dalam keterangannya di kanal Youtube Sekretariat Presiden, dikutip pada Senin.

Pramono mengatakan, total produksi minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia hampir mencapai 50 juta ton. Namun sekitar 26-28 juta ton di antaranya diekspor. Karena itu, lanjut dia, pemerintah akan meminta para produsen minyak sawit mentah untuk memprioritaskan kebutuhan di dalam negeri.

 

"Dilihat dari total produksi (CPO) kita yang hampir 50 juta kan hampir 26-28 juta itu diekspor, sehingga dengan demikian bagian untuk ekspor itu harus diprioritaskan untuk kepentingan dalam negeri. Maka harus diminta kepada produsen untuk lebih memprioritaskan kepentingan masyarakat kita pada saat ini, walaupun harga di luar tinggi sekali," jelas Pramono. 

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono juga menyampaikan, pemerintah tak akan tinggal diam terkait masalah kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng yang masih terjadi hingga saat ini. Ia mengatakan, dari keterangan Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Presiden akan mengambil keputusan kebijakan untuk mengatasi masalah minyak goreng usai kembali dari kunjungannya di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

 

“Seskab Pak Pramono Anung sudah menyampaikan bahwa Presiden akan mengambil keputusan terkait minyak goreng. Jadi sebaiknya kita tunggu. Yang pasti pemerintah tidak akan tinggal diam. Menurut Seskab, Presiden akan mengambil keputusan setelah kembali dari kunjungan ke IKN,” ujar Edy.

 

Harga minyak goreng masih melambung. - (republika)

 

 
Berita Terpopuler