Menlu Retno Ceritakan Kronologi Evakuasi 99 WNI dari Ukraina

WNI sudah diamankan di safe house Rzeszow, Polandia dan KBRI Bucharest, Rumania

Republika/Fergi Nadira
Konferensi pers virtual Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi tentang proses evakuasi WNI dari Ukraina, Selasa (1/3).
Rep: Fergi Nadira B Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebagian besar Warga Negara Indonesia (WNI) di Ukraina telah berhasil dievakuasi. Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi membeberkan kronologi proses evakuasi WNI ke dua titik terdekat dari Ukraina melalui jalur darat.

"Alhamdulillah, 99 WNI, 5 warga negara asing (WNA) yang merupakan keluarga WNI, termasuk lima WNI yang melakukan evakuasi mandiri sudah keluar dari Ukraina ke dua titik aman yakni Polandia dan Rumania," ujar Retno dalam pengarahan media secara virtual, Selasa (1/3).

Para WNI kini sudah diamankan di rumah aman (safe house) Rzeszow, Polandia dan KBRI Bucharest, Rumania. Selanjutnya, mereka akan mengambil jalur udara ke Tanah Air.

"Setelah WNI yang dievakuasi sudah aman di dua titik tersebut, maka langkah selanjutnya adalah penjemputan dengan pesawat untuk kembali ke Indonesia, dan saya mohon doa rekan-rekan agar saudara kita dapat selamat di tanah air."

Kronologi proses evakuasi awal

Baca Juga

Retno mengatakan, proses evakuasi WNI dari Ukraina merupakan tantangan terbesar mengingat masih bergejolaknya situasi yang dinamis di negara tersebut. Dirinya pun erat berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan situasi dan jalur aman bagi proses evakuasi demi keselamatan para WNI.

Pada Ahad (27/2), sebanyak 25 WNI yang dievakuasi melalui Odessa telah tiba di Bucharest pukul 16.30 waktu setempat. Retno mengatakan, semua WNI yang dievakuasi adalah perempuan dan satu anak berusia dua tahun.

"Mereka berangkat dari Odessa melalui Moldova pada Sabtu (26/2) dan lama perjalanan secara total yang ditempuh oleh tim evakuasi adalah sekitar 35 jam dengan menggunakan bus," kata Retno.

Untuk waktu perjalanan normal hanya memerlukan lama perjalanan tidak lebih dari 10 jam. Lamanya waktu tempuh karena tim evakuasi melewati lima kali pemeriksaan dan check point di wilayah Ukraina. Selain itu, di perbatasan juga terjadi antrian mobil sekitar sepanjang 10 kilometer. "Semua WNI dalam kondisi sehat, hanya satu WNI yang tes covid-19 positif dan sudah mendapatkan penanganan," kata Retno.

Sementara itu, proses evakuasi juga dilakukan kepada tujuh orang yang terdiri dari enam WNI dan satu WNA (suami WNI) melalui jalur kota Lviv menuju Rzeszow, Polandia. Tim KBRI Warsawa menjemput mereka pada pukul 7.30 dan tiba kembali dengan para WNI sekitar pukul 20.45. Sebagaimana jalur perbatasan Rumania, jalur ini pun mengalami antrean yang sangat panjang yaitu sekitar 30 kilometer khususnya di daerah perbatasan. "Saat ini, mereka sudah berada di safe house Rzeszow dalam kondisi sehat," katanya.

Selain itu, terdapat empat WNI yang terdiri dari dua pria, dua anak, dan dua WNA yang merupakan pasangan dari WNI yang berhasil dievakuasi oleh KBRI Waswasa dari Mc D Ternopil Lviv menuju Polandia dengan jarak tempuh 150 km dan mengalami antre di perbatasan selama dua jam. Pada Senin (28/2), mereka tiba dengan aman di Rzeszow Polandia.

Selain proses evakuasi tersebut, Retno kemudian memerinci proses evakuasi dari WNI yang berada di titik konsentrasi terbesar di Ukraina, yakni Kiev. Sebanyak 59 WNI dan 1 WNA berhasil diseberangi oleh pihak Kemenlu dari Kiev melalui Moldova menggunakan 12 mobil. Hingga saat ini, mereka dalam perjalanan menuju Rumania.

Rombongan berangkat dari KBRI Kiev sekitar pukul 11.20 dan tiba di perbatasan Moldova pada pukul 22.00 atau sekitar pukul 3 dini hari 1 Maret waktu Jakarta. Sebelum rombongan berangkat dari Kiev, Retno mengakui sempat melakukan komunikasi melalui telepon dengan para WNI.

Evakuasi dari Kiev ini sebelumnya direncanakan dilakukan pada Sabtu (27/2) melalui Kota Lviv menuju Polandia. Namun, karena adanya kebijakan jam malam dan beberapa tantangan infrastruktur jalan imbas peperangan, evakuasi terpaksa harus ditata ulang kembali.

"Saya sendiri terlibat langsung dalam penataan ulang jalur aman untuk evakuasi dari Kiev. Penetapan jalur yang diambil setelah kita melakukan konsultasi dan compare notes dengan banyak pihak termasuk komunikasi saya dengan beberapa menteri luar negeri termasuk atau khususnya menteri luar negeri Turki dan India yang mengalami situasi yang kurang lebih sama," ujar Retno.

Kendati demikian, sebanyak empat WNI di Kharkiv dan sembilan WNI di Cherniv, utara Ukraina belum dapat dievakuasi mengingat pertempuran darat yang masih terus terjadi. KBRI Kiev dan KBRI Moskow terus melakukan kontak dengan mereka dan hingga kini mereka dalam kondisi sehat dan memiliki pasokan logistik yang cukup. "Pemerintah masih terus menunggu saat yang tepat untuk dapat mengevakuasi mereka," ujar Retno.

Selain itu, terdapat 24 WNI yang memilih untuk tetap tinggal di Ukraina karena alasan keluarga sebab mereka menikah dengan warga negara Ukraina.


Langkah RI Terhadap Rusia dan Ukraina
"Kita harus melihat situasi yang berkembang di Ukraina ini secara jernih. Ukraina dan Rusia adalah sahabat dekat Indonesia," kata Retno.

Retno mengatakan, Indonesia ingin membangun persahabatan yang lebih kuat dengan kedua negara tersebut. Oleh karenanya, Retno mengaku sudah berbicara melalui telepon dengan kedua Menlu, dari Rusia dan Ukraina.

Dalam hal ini Retno menegaskan kembali konstitusi Indonesia yang memandatkan agar Indonesia ikut menjaga perdamaian dunia. Perdamaian tidak dapat terwujud jika terjadi perang.

"Politik luar negeri Indonesia selalu konsisten pada saat sampai pada penerapan hukum internasional dan Piagam PBB termasuk masalah penghormatan integritas wilayah dan penghormatan terhadap kedaulatan," ujarnya.

"Prinsip ini harus dihormati oleh semua negara, prinsip ini dijunjung tinggi oleh Indonesia dan selain itu hal utama yang harus menjadi perhatian kita semua adalah de-eskalasi dan masalah kemanusiaan," ujarnya menambahkan.

Menurutnya, de-eskalasi harus dilakukan sebab sejalan dengan apa yang tertera di dalam konstitusi Indonesia untuk perdamaian. Dia pun berharap pembicaraan antara Ukraina dan Rusia dapat membuahkan hasil yang baik.

"Selain itu saving human right menjadi prioritas, safe passage menjadi kebutuhan utama dan harus dijamin. Prinsip inilah yang ditekankan Indonesia di berbagai forum baik Di NW maupun di Jenewa," tukasnya.

 
Berita Terpopuler