Ini Pentingnya Punya Dana Darurat

Dana darurat sebaiknya ditempatkan di instrumen yang mudah dicairkan seperti tabungan.

network /Kafka Umar
.
Rep: Kafka Umar Red: Partner

Dana darurat. (Sumber: freepik)

Beberapa waktu lalu, Ibu Warung terpaksa melahirkan secara caesar. Penyebabnya adalah si Covid-19 yang suka banget terbang dari orang satu ke orang lainnya.

Ibu Warung enggak tahu tertular di mana, tiba-tiba saja menunjukkan gejala. Waktu itu belum tren varian Delta, apalagi Omicron.

Ketika konsultasi sama dokter, mereka menyarankan janin segera dilahirkan. Mumpung kondisi ibu dan anak masih optimal. Jangan nunggu kondisi darurat, yang saat seseorang terpapar Covid-19 bisa terjadi kapan saja, apalagi ibu hamil.

Saat itu, kandungan Ibu Warung sudah masuk 37 minggu. Usia yang sudah diizinkan untuk dilahirkan.

Perasaan Ibu Warung campur aduk. Antara senang, kecewa, dan sedih.

Ibu warung senang karena akan bertemu anak bayi. Ibu Warung kecewa karena seharusnya bisa lahiran normal, masih ada waktu 3 minggu lagi sebelum dinyatakan lewat hari perkiraan lahir. Sedih karena setelah lahir, tidak bisa langsung bertemu anak bayi. Wajib isolasi.

Sedih mikirin biayanya juga.

Ibu Warung memang nggak punya BPJS Kesehatan?

Punya, cuma waktu itu kondisinya tidak bisa memakai BPJS Kesehatan. Kondisi ibu dan anak masih baik, dan usia kandungan sudah masuk usia yang boleh untuk melahirkan. Tidak ada kondisi darurat. Kecuali, Ibu Warung mau nunggu dulu sampai kondisi darurat, misal, janin kekurangan oksigen, atau saturasi Ibu Warung drop. Amit-amit.

Setelah diskusi dengan suami, akhirnya kami sepakat tindakan operasi. Ibu Warung nggak mau stres lihat biaya operasinya. Takut kondisi jadi darurat. Hehe.

Untungnya, untuuuung banget suami punya dana darurat. Operasi berjalan dengan lancar, biayanya pun lancar, meskipun rekening dana darurat kami langsung kosong. Hiks.

Coba kalau enggak punya dana darurat, Ibu Warung bingung mau cari uang ke mana. Ngandelin laba dari warung jelas kurang, mana banyak yang ngutang.... Duh, jadi curhat kan.

Intinya, Ibu Warung mau ingetin buat pembaca supaya punya banget dana darurat. Kalau kejadian kayak Ibu Warung gini, nggak kebayang gimana paniknya. Apalagi, pandemi belum berakhir, tidak ada yang bisa memastikan kondisi kayak apa yang kita hadapi di depan.

Dana darurat ini multifungsi. Bisa untuk kondisi seperti Ibu Warung, tiba-tiba harus melahirkan, bisa buat biaya kalau kena pemutusan hubungan kerja alias PHK, bisa buat biaya berobat kalau-kalau kecelakaan, atau mobil tiba-tiba ditabrak orang dan asuransi kendaraan tidak bisa cover.

Gimana caranya menghitung dana darurat?

Pertama, hitung rata-rata pengeluaran bulanan kamu. Ini boleh termasuk jajan mewah self reward sehabis gajian.

Targetkan kamu mau punya dana darurat untuk kebutuhan berapa bulan. Tidak ada kewajiban minimal berapa. Tapi, usahakan kamu punya lebih dari kebutuhan satu bulan. Maksimal banget? Ya sebanyak-banyaknya. Semakin banyak dana darurat, semakin aman.

Misalnya, sebulan kamu menghabiskan uang untuk sehari-hari sudah termasuk jajan boba Rp 3 juta. Kamu targetkan punya dana darurat untuk enam bulan. Maka, kamu harus punya dana Rp 18 juta di rekening.

Dana ini minimal banget harus kamu pegang sesuai dengan target kamu. Kalau terpakai, usahakan terisi kembali senilai minimal, bagus lagi kalau ditambah sampai kebutuhan 1 tahun.

Di mana sebaiknya menyimpan dana darurat?

Dana darurat sebaiknya di simpan di instrumen yang aman dan dapat segera dicairkan. Ibu Warung menyimpan dana darurat di tabungan biasa. Tabungan ini memang khusus dibuat untuk menyimpan dana darurat. Kalau ada kondisi darurat, tinggal ambil di ATM.

Nah, kalau kamu sudah punya dana darurat? Disimpan di mana?

 
Berita Terpopuler