Ilmuwan Petakan 6 Penggabungan Galaksi Bima Sakti

Selama sekitar 13,6 miliar tahun Bima Sakti telah bertabrakan dengan galaksi lain.

esa
Gambar pusat Galaksi Bima Sakti yang diambil dari instrumen HAWK-I.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang sejarah Alam Semesta, galski Bima Sakti belum 'berlayar' dengan tenang melalui ruang intergalaksi. Sebaliknya, selama sekitar 13,6 miliar tahun terakhir galaksi Bima Sakti telah bertabrakan dan memangsa banyak galaksi lain.

Baca Juga

Sekarang, para astronom yang dipimpin oleh Khyati Malhan dari Max Planck Institute for Astronomy di Jerman telah memetakan enam dari penggabungan galaksi kuno ini. Lima di antaranya sudah diketahui, dan yang keenam baru ditemukan.

Hasilnya akan mengarah pada pemahaman yang lebih lengkap tentang sejarah, pertumbuhan dan evolusi galaksi kita, dan asal-usul bintang-bintang di dalamnya.

“Atlas dinamis dari penggabungan Bima Sakti yang kami sajikan di sini memberikan pandangan global tentang pembentukan galaksi yang sedang beraksi,” tulis para peneliti dalam makalah mereka, dilansir dari Sciencealert, Ahad (20/2/2022).

Galaksi Bima Sakti tidak hanya terdiri dari piringan datar bintang yang mengorbit lubang hitam supermasif. Jangkauan gravitasinya berbentuk bola, yang tidak hanya memanjang di atas dan di bawah bidang galaksi, tetapi juga mengelilingi piringan itu dan sekitarnya. Struktur ini disebut halo galaksi dan sebagian besar dibentuk oleh penggabungan dengan beberapa galaksi lain.

Ketika Bima Sakti berinteraksi dengan galaksi lain, hasilnya juga bukan subsumsi yang rapi. Gaya pasang surut (gravitasi) yang berperan meregangkan galaksi lain, sehingga membentuk apa yang disebut aliran bintang-sungai bintang yang melengkung melintasi langit. Selain itu, gugus bintang padat yang disebut gugus bola dan galaksi satelit juga sering dianggap sebagai sisa-sisa penggabungan galaksi, yang bersembunyi di lingkaran cahaya.

Dalam beberapa tahun terakhir, para astronom telah mengidentifikasi lebih banyak aliran ini di lingkaran galaksi berkat sebuah proyek yang disebut Gaia. Satelit Gaia menggunakan parallax bintang untuk menentukan posisi tepat dan pergerakan bintang Bima Sakti di ruang tiga dimensi dengan akurasi tertinggi.

Penemuan yang dimungkinkannya cukup spektakuler, termasuk penggabungan galaksi Gaia-Enceladus yang terjadi tempat sembilan miliar tahun yang lalu.

Rilis ketiga awal data Gaia terjadi pada Desember 2020. Malhan dan rekan-rekannya menggunakan prosedur statistik yang membantu mengidentifikasi apakah grup tersebut terkait dengan penggabungan galaksi atau tidak. 

 

Secara total, tim memasukkan 170 gugus bola, 41 aliran bintang, dan 46 galaksi satelit, serta menugaskan 62 objek ini ke enam peristiwa penggabungan dengan galaksi yang lebih kecil.

Lima di antaranya diketahui. Ada Gaia-Enceladus, seperti yang disebutkan sebelumnya,  penggabungan Cetus, penggabungan LMS- 1/ Wukong, ditemukan pada 2020. Selanjutnya, galaksi Sequoia, yang bergabung dengan Bima Sakti sekitar sembilan miliar tahun yang lalu. Lalu, galaksi kerdil Sagitarius, yang telah berulang kali menembus Bima Sakti selama miliaran tahun.

Selain itu, tim menemukan penggabungan yang sama sekali baru, yang mereka beri nama Pontus. Yang ilmuwan tahu tentang Pontus adalah bintang-bintang yang terkait dengannya bergerak sangat lambat, melawan rotasi utama Bima Sakti. Ini, mereka percaya, dapat menunjukkan penggabungan terjadi sangat awal dalam sejarah galaksi kita, mungkin sekitar delapan hingga 10 miliar tahun yang lalu.

Ada juga petunjuk dari merger lain yang bersembunyi di luar sana di Bima Sakti. Sistem otomatis melewatkan dua merger yang diketahui, termasuk Kraken. Analisis data secara manual oleh tim menunjukkan bahwa ada merger lain yang tidak diketahui.

Setidaknya beberapa dari 195 benda yang tersisa dapat diikat dengan ini, atau mereka bisa berasal dari merger yang lebih kecil yang meninggalkan jejak yang lebih kecil. Langkah selanjutnya, kata para peneliti, adalah mencoba merekonstruksi timeline semua merger galaksi.

 

Penelitian ini dipublikasikan di The Asttophysical Journal.

 
Berita Terpopuler