Tekanan Darah Tinggi Jelang Vaksinasi, Pasti Hipertensi?

Saat diukur jelang vaksinasi, tekanan darah seseorang bisa jadi tinggi.

Republika/Putra M. Akbar
Tenaga kesehatan mengukur tensi warga yang akan disuntik vaksin Covid-19. Diagnosis hipertensi tidak bisa ditegakkan hanya dengan satu kali pengukuran di klinik atau rumah sakit.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekanan darah Anda tinggi ketika skrining jelang vaksinasi Covid-19 atau pemeriksaan dokter? Tenang, bukan berarti Anda hipertensi. Ketua Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr Erwinanto SpJP(K) mengatakan, konfirmasi diagnosis hipertensi tidak dapat hanya mengandalkan pada satu kali pemeriksaan di klinik.

Baca Juga

"Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia menganjurkan pemeriksaan tidak hanya dalam satu kali kunjungan. Jangan bapak ibu datang langsung dibilang hipertensi, tidak boleh. Harusnya diperiksa beberapa kali kunjungan baru bilang iya hipertensi (jika tekanan darah memang tinggi)," kata dia dalam konferensi pers virtual bertema "Apakah tatalaksana hipertensi di masa Covid-19 ada perbedaan?", Jumat (17/2/2022).

Menurut Erwinanto, pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan berkali-kali membantu mencegah orang dengan sebutan "hipertensi jas putih" dimasukkan dalam kelompok hipertensi. Hipertensi jas putih ini yakni mereka yang terukur hipertensi saat pemeriksaan dilakukan di klinik atau rumah sakit tetapi saat pemeriksaan di rumah hasilnya menunjukkan normal.

"Rata-rata di Indonesia, diagnosis hipertensi dilakukan dengan pemeriksaan sekali di klinik," kata dia.

Dalam hal ini, pemeriksaan di luar klinik atau di rumah bisa menjadi alternatif, memanfaatkan Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM). Strategi pengukuran menggunakan ABPM untuk konfirmasi diagnosis hipertensi dianjurkan bila alat tersedia.

Alat ini mulai banyak digunakan di Indonesia. Alat tersebut dapat menggambarkan dinamika pola tekanan darah pagi dan malam hari.

"Kita ingin mengetahui apakah pasien tertentu itu ternyata sudah hipertensi di rumah atau ketika memakai ambulatory blood pressure monitoring," ujar Erwinanto.

Pemeriksaan tekanan darah bisa dimulai sejak usia 18 tahun. Nantinya, dokter akan memutuskan kapan sebaiknya seseorang melakukan pengukuran berikutnya. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi saat tekanan darahnya 140/90 mm Hg atau lebih setelah pengukuran berkali-kali.

"Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya kita punya patokan misalnya kalau pasien sekali diperiksa 120/80 mmHg periksa lagi setahun lagi. kalau 130/85 mmHg maka diperiksa enam bulan lagi. Periksalah sekali dulu," saran Erwinanto.

Gejala hipertensi - (Republika)

Anggota Pokja Panduan Konsensus Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr Siska Suridanda Dany SpJP, menjelaskan, gambaran kondisi tekanan darah seseorang tidak bisa hanya melalui pengukuran tekanan darah satu kali di klinik. Dia tak menampik pemeriksaan tekanan darah terkadang bisa memicu respons kewaspadaan pasien, sehingga membuatnya cemas ada sesuatu yang salah dan meningkatkan hasil pengukuran tekanan darahnya.

"Padahal, kalau diperiksa di rumah tidak dalam keadaan was-was bisa jadi tekanan darahnya normal. Karena itu tekanan darah tidak pernah bisa diperiksa satu kali untuk mendapatkan gambaran tekanan darah seseorang bagaimana," tuturnya.

 
Berita Terpopuler