Tiga Bajak Laut Muslim Taklukkan Eropa

Tiga bajak laut Muslim yang menaklukan Eropa.

Tangkapan Layar
Galley Ottoman yang berbobot ringan.
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,   ANKARA -- Barbarossa bersaudara, dan Sayyida al-Haura merupakan tiga bajak laut muslim yang menaklukkan Eropa. Mulai abad ke-15, angkatan laut Ottoman dan bajak laut Barbary terlibat aliansi negara-negara Kristen untuk supremasi di Mediterania.

Baca Juga

Dilansir dari laman Middle East Eye pada Rabu (16/2/2022), berikut tiga pelaut Ottoman yang memainkan peran penting dalam kesuksesan Islam di lautan Mediterania.
 

1. Oruc Reis
 
Kadang-kadang disebut sebagai Aruj atau Baba Aruj, Oruc Reis adalah seorang laksamana dan corsair Ottoman yang kemudian menjadi sultan Aljir. Kemungkinan dia lahir sekitar 1470-an di pulau Midilli Utsmaniyah, yang sekarang sama dengan pulau Lesvos di Yunani. 
 
Reis adalah anak kedua dari empat bersaudara. Semuanya turun ke laut pertama sebagai pedagang, dan kemudian sebagai corsair dalam pelayanan Kekaisaran Ottoman.
 
Oruc kemudian menjadi salah satu bajak laut Barbary paling terkenal dalam sejarah, belajar berbicara bahasa Italia, Spanyol, Prancis, Yunani, dan Arab selama ekspedisi perdagangannya. Saat kembali dari ekspedisi perdagangan, Oruc dan saudaranya diserang oleh sekelompok templar dari Knights of St John di Rhodes.
 
Oruc kehilangan salah satu saudaranya dalam serangan itu dan terluka, ditangkap serta ditawan selama beberapa tahun. Setelah diselamatkan oleh saudaranya Hayrettin Barbarossa, dan dibawa ke Antalya di Turki selatan, Oruc menerima perlindungan dari Shehzade Korkut, putra Sultan Bayezid II Utsmaniyah.
 
Dengan dukungan Korkut, kedua bersaudara itu menjadi prajurit melawan ancaman yang ditimbulkan oleh Knights of St John, serta kapal Portugis dan Spanyol. Di antara para pendukungnya, Oruc mendapatkan reputasi sebagai sosok kebapakan, mendapatkan nama Baba Oruc, setelah membantu pengungsi Yahudi dan Muslim melarikan diri dari Spanyol ke Afrika Utara setelah Reconquista.
 
Dipercaya secara luas bahwa nama Barbarossa adalah versi romantis dari Baba Oruc atau ia dijuluki demikian karena janggut merahnya "Barbarossa" berarti "janggut merah" dalam bahasa Italia. Sampai hari ini, Hayrettin dan Oruc dikenal sebagai Barbarossa bersaudara. Dan sejak saat itu keduanya telah menginspirasi banyak penggambaran bajak laut.
 
Pada 1516, Oruc menaklukkan Aljir, memperluas kekuasaan Utsmaniyah di Afrika Utara. Kemudian Oruc tewas dalam pertempuran melawan Spanyol pada 1518 di Tlemcen, Aljazair. Akan tetapi kendali penuh Ottoman perlahan-lahan dipulihkan selama beberapa dekade mendatang.
 
Setelah kematian kakak laki-lakinya, Hayrettin menjadi satu-satunya Barbarossa bersaudara, dan melanjutkan pertarungan di Mediterania, membawa nama dan misi saudaranya. Warisan Oruc Reis masih kuat di Turki dengan Ankara menamai sejumlah kapal angkatan laut dan penelitian dengan nama laksamana terkenal itu.
 
 

2. Barbaros Hayrettin Pasha
 
Barbaros Hayrettin Pasha, juga dikenal sebagai Hizir Hayrettin dan Hizir Reis, membangun reputasinya bersama, dan terlepas dari saudaranya. Seperti Oruc, musuh utama Hayrettin adalah kekaisaran Spanyol dan kebenciannya terhadap monarki Spanyol tidak diragukan lagi dipicu oleh pengusiran Muslim akibat Reconquista.
 
Keberhasilan angkatan lautnya melawan Spanyol membuatnya menjadi salah satu corsair paling terkenal dalam sejarah. Ini cukup bagi Ottoman untuk menjadikan Hayrettin sebagai laksamana agung angkatan laut mereka.
 
Dedikasi pelaut untuk membalas kekalahan Muslim di Spanyol dan perlakuannya terhadap pengungsi yang diusir dari Iberia membuatnya mendapatkan gelar kehormatan "Hayrettin", dari bahasa Arab Khayr ad-Din yang berarti: “kebaikan iman”.
 
Hayrettin diberi peran sebagai gubernur Aljazair setelah berjanji setia kepada Sultan Ottoman Selim I. Dia kemudian menggunakan wilayah Afrika Utara sebagai pangkalan untuk menyerang kapal-kapal Eropa dan melakukan misi penyelamatan, termasuk mengangkut pengungsi dari Iberia ke Afrika Utara.
 
 Keberhasilannya melawan Spanyol membuatnya mendapatkan reputasi yang cukup bagi Ottoman untuk menuntutnya memimpin pasukan angkatan laut selama konflik dengan Venesia dan Habsburg.
 
 Korsair legendaris memimpin Utsmaniyah meraih kemenangan di Pertempuran Preveza pada 1538. Itu melawan aliansi kekuatan Kristen, yang dikenal sebagai Holy League, yang antara lain mencakup Spanyol, Portugal, Venesia, dan negara-negara Kepausan.
 
 Dia juga penting dalam membangun pemerintahan Turki di Tunisia, serta Aljazair. Di bawah Hayrettin, Ottoman menjadi kekuatan dominan di Mediterania, situasi yang berlangsung lama setelah pensiun di Istanbul pada 1545, di mana ia meninggal setahun kemudian.
 
 

3. Sayyida al-Hurra
 
Dari seorang pengungsi anak menjadi ratu, dia adalah Sayyida al-Hurra. Ia juga dikenal sebagai Lalla Aicha al-Alami. Dia lahir di Granada pada 1485 dari keluarga bangsawan Andalusia, yang melarikan diri dari Spanyol setelah kekalahan Kristen dari Emirat Granada pada 1492.  Nama umum, Sayyida al-Hurra, berarti "wanita bebas" dalam bahasa Arab.
 
Di rumah barunya di tempat yang sekarang Maroko, Sayyida menikah dengan Sidi al-Mandri II, gubernur kota Tetouan di Maroko modern. Fasih dalam berbagai bahasa, Sayyida memiliki bakat untuk nasihat strategis, menjadi konsultan suaminya dalam hal pemerintahan dan diplomasi. Setelah kematian suaminya pada 1515, dia mengambil alih sebagai gubernur, dan memulai karir membalas penguasa baru tanah airnya atas perlakuan mereka terhadap Muslim.
 
Sayyida, bersama dengan sebagian besar orang Granada, tidak pernah benar-benar melupakan kehilangan rumah mereka.  Suaminya telah membentengi Tetouan untuk digunakan sebagai pangkalan dalam memerangi Spanyol dan Portugis.
 
Sayyida mengambil alih aktivitas angkatan laut Muslim di Mediterania barat dan Barbaros Hayreddin menguasai bagian timur. Mereka membentuk aliansi yang secara serius membatasi kegiatan kerajaan Spanyol dan Portugis di Mediterania.
 
Didukung oleh sekutu Ottomannya, armada Sayyida memperoleh banyak uang melalui uang rampasan dan uang tebusan yang diperoleh dari pertempuran dan penyerbuan.  Meskipun jumlah pastinya tidak diketahui, ada cukup kekayaan untuk membuat Tetouan berkembang sebagai kota besar di Afrika Utara. Begitu kuatnya angkatan lautnya sehingga Spanyol dan Portugis menganggapnya sebagai titik kontak utama mereka untuk negosiasi dengan pasukan Muslim.
 
Menjelang akhir karir dan hidupnya, Sayyida menikah dengan raja Maroko, yang konon terkesan padanya sejak pandangan pertama. Dia terus memerintah Tetouan dan mengelola corsair di bawah kendalinya saat dia menikah. Kekuasaannya berakhir setelah kudeta yang dilakukan oleh anak tirinya, putra al-Mandri, yang menggulingkannya.

 
Berita Terpopuler