Ahli Keamanan AS: Angkatan Laut Indonesia Sangat Kecil untuk Negara Kepulauan

Ahli keamanan AS soroti langkah Indonesia beli jet tempur Rafale Prancis dan F-15 AS

ANTARA/FAUZAN
Sejumlah prajurit TNI AL berjalan menuju kapal usai mengikuti apel kesiapan Latihan Operasi Pendaratan Administrasi (Latopsratmin) di Markas Komando Lintas Laut Militer, Tanjung Priok, Jakarta, Senin (20/12/2021). Ahli menilai untuk sebuah negara dengan 17 ribu pulau, Indonesia memiliki angkatan laut yang sangat kecil. Ilustrasi.
Rep: Santi Sopia Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia hendak memodernisasi perangkat militer di tengah meningkatnya tantangan maritim dan regional. Zachary Abuza, seorang profesor di National War College di Amerika Serikat dan ahli keamanan Asia Tenggara, menilai untuk sebuah negara dengan 17 ribu pulau, Indonesia memiliki angkatan laut yang sangat kecil dan penjaga pantai yang juga kecil.

Menurut dia, sejak Indonesia berdiri sebagian besar ancaman keamanan negara bersifat internal. “Jadi sekarang kita melihat Indonesia bergegas membangun armada angkatan laut modern dan memperoleh pesawat untuk mendukung armada itu,” kata Abuza kepada Aljazirah dikutip Jumat (11/2/2022).

Baca Juga

Indonesia saat ini bergerak meningkatkan armada angkatan udaranya yang menua dengan pesanan multi-miliar dolar untuk jet tempur canggih dari Prancis dan Amerika Serikat. Langkah ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan di Asia Pasifik.

Kesepakatan untuk 42 jet tempur Rafale Prancis diumumkan saat Menteri Pertahanan (Menhan) Indonesia Prabowo Subianto bertemu dengan Menhan Prancis Florence Parly di Jakarta. Prabowo mengonfirmasi kesepakatan telah dicapai untuk pembelian pesawat, dengan kontrak ditandatangani pada Kamis (10/2/2022), sehubungan enam persetujuan perdana.

Kementerian Pertahanan Prancis mengatakan kontrak untuk 42 pesawat dan senjata mereka bernilai 8,1 miliar dolar AS (Rp 116,2 triliun). Indonesia juga dapat memperoleh dua kapal selam serang diesel-listrik Scorpene.

Sementara itu, pemerintahan Biden juga menyetujui penjualan 13,9 miliar dolar AS untuk jet tempur canggih F-15, mesin dan peralatan terkait, termasuk amunisi serta sistem komunikasi ke Indonesia. Kesepakatan itu mengikuti perjalanan pertengahan Desember ke Jakarta oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken, yang memuji hubungan dekat AS-Indonesia meskipun ada kekhawatiran isu hak asasi manusia yang telah menunda penjualan senjata sebelumnya ke Indonesia.

"Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung tujuan kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan meningkatkan keamanan mitra regional penting yang merupakan kekuatan untuk stabilitas politik, dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik," kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.

Menurutnya, sangat penting bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan dan mempertahankan kemampuan bela diri yang kuat serta efektif. Pernyataan itu tidak menyebutkan China, yang menjadi semakin tegas di Laut China Selatan yang disengketakan, dan di Pasifik.

Aliansi yang Berkembang

AS dan negara-negara Barat lainnya menopang aliansi di kawasan itu seiring dengan tumbuhnya pengaruh China, menghidupkan kembali pengelompokan informal seperti Quad dan memperdalam hubungan dengan negara-negara di Asia Pasifik. Beberapa di antaranya terlibat dalam sengketa maritim dengan China.

Pakta keamanan AUKUS, di mana Australia akan memperoleh kapal selam bertenaga nuklir AS, memicu kemarahan di China. AUKUS juga menyebabkan kemarahan di Prancis ketika menemukan kesepakatan kapal selamnya sendiri dengan Canberra tiba-tiba dibatalkan.

Prancis sejak itu bergerak untuk memperkuat hubungannya dengan mitra lama termasuk Jepang dan India. Lalu beralih ke negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, yang juga punya kekhawatiran tentang kesepakatan AUKUS.

Kedua negara memperdalam perjanjian kemitraan strategis mereka selama kunjungan dua hari oleh Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian ke Indonesia November lalu. Itu adalah bulan yang sama di mana AUKUS diumumkan. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut baik keputusan Indonesia untuk memilih 'keunggulan industri Prancis'. Dia menulis di Twitter bahwa kesepakatan Rafale akan 'memperkuat kemitraan negara'.

Eric Trappier, CEO pabrikan Dassault Aviation, mengatakan kontrak tersebut menandai dimulainya kemitraan jangka panjang yang akan membuat Dassault Aviation dengan cepat meningkatkan kehadirannya di Indonesia. Hal ini juga dinilai menunjukkan ikatan yang kuat antara Indonesia dan Prancis serta memperkuat posisi kepulauan terbesar di dunia itu sebagai kekuatan utama dalam panggung internasional. Indonesia juga memiliki pesanan peralatan militer dengan Korea Selatan dan India.

 
Berita Terpopuler