Salju Selimuti Timur Tengah

Suriah, Lebanon, Yordania, dan Tepi Barat mengalami musim dingin paling menggigit.

Reuters
Dua orang bocah bermain bola salju di kamp pengungsi di Aleppo, Suriah, 23 januari 2022. Salju Selimuti Timur Tengah
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Badai salju mendarat di Timur Tengah pada Rabu (2/2) saat sebagian besar wilayah Suriah, Lebanon, Yordania, dan Tepi Barat mengalami salah satu musim dingin paling menggigit dalam beberapa tahun. Dilansir dari Al Arabiya, Selasa (8/2/2022), pengguna media sosial membagikan banyak foto dan video yang menunjukkan parahnya cuaca di tempat-tempat di mana jalan diblokir dan rumah-rumah bersalju.

Baca Juga

Pantai dan pegunungan di Lebanon memiliki kanopi salju putih yang tak terduga. Banyak jalan memiliki akses terbatas karena salju, sementara sekolah mengumumkan penutupan untuk sementara waktu.  Terlihat juga anak-anak turun ke jalan untuk melihat serpihan yang jatuh dan saling melempar bola salju.

Di Palestina, Abed Shabany, mengajak kedua putranya bermain di sebuah bukit yang menghadap ke Yerusalem. Saat ia membalikkan Jeepnya melalui beberapa inci lumpur, orang tua lain terus menyeduh kopi hangat di tabung gas di sepatu bot mereka.

"Saya belum pernah melihat yang seperti ini selama bertahun-tahun," katanya. “Tidak ada sekolah hari ini jadi aku hanya berkeliling dengan anak-anak membuat manusia salju dan bola salju. Saya pikir itu pertanda baik. Ini akan menjadi tahun yang baik, saya harap,” katanya dilansir dari Al Arabiya.

Menurut Associated Press, polisi menutup beberapa jalan raya utama menuju Yerusalem, dan layanan bus di dalam kota dihentikan. Sebelum tiba di Yerusalem, badai musim dingin melanda wilayah Mediterania, dari Yunani melintasi Turki dan masuk ke Suriah.

 

 

Sebelumnya pada Januari lalu, seorang anak berusia lima tahun, Intissar dan adik perempuannya, Lin, meninggal dunia dan ibunya penuh luka bakar. Untuk berlindung dari musim dingin yang pahit di Suriah Utara, mereka menyalakan bahan bakar dari pemanas yang kemudian justru menyulut tenda dan membunuh mereka.

Banyak keluarga dan anak-anak lainnya tinggal di dekat perbatasan Turki di sebuah kamp dengan lebih dari 400 tenda. Tenda itu tidak dapat melindungi mereka dari badai salju dan penurunan suhu yang melanda dalam beberapa hari terakhir.

Cuaca dingin juga membawa kekacauan pada lalu lintas dan penerbangan di negara-negara tetangga, tetapi dampaknya paling parah di barat laut Suriah. Sebanyak tiga juta orang kehilangan tempat tinggal dalam krisis kemanusiaan yang telah berlangsung lama.

Menurut Nouredin al-Abdullah, yang sepupunya Ahmed adalah ayah dari gadis-gadis yang meninggal, mengatakan hujan salju terakhir adalah yang terberat yang pernah dia lihat. Berat salju telah meruntuhkan banyak tenda, sementara air merembes di bawahnya. Badai salju yang menghantam Suriah pada 18 Januari lalu, menyebabkan penderitaan ribuan pengungsi di Suriah. Salju-salju tampak menyelimuti seluruh tenda di kamp-kamp pengungsi.

Dilansir dari Arab News, Kamis (20/1/2022) badai salju membawa suhu beku dan menambah kesengsaraan ribuan orang yang mengungsi akibat perang selama satu dekade di negara Mediterania itu. Badai salju juga telah menyebabkan satu anak meninggal di Suriah utara.

 

“Anak itu meninggal dan ibunya dalam perawatan intensif setelah salju menyebabkan tenda mereka runtuh di daerah Qastal Miqdad, akibat badai yang melanda pada 18 Januari,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.

Seorang pengungsi di kamp Zaitoun, Abu Anas mengatakan, kondisi saat ini sangat menakutkan. Tidak sedikit para orang tua khawatir tenda-tenda mereka akan bernasib sama karena tidak mampu menahan salju.

“Saya takut tenda akan jatuh menimpa anak-anak,” kata Abu Anas

“Ini adalah situasi yang menyedihkan. Tidak ada pemanas, tenda ini tidak cocok bahkan untuk hewan. Situasi kami buruk,” tambahnya setelah Badai Hiba melanda.

Badai salju juga menyebabkan dua anak lainnya dalam perawatan di rumah sakit karena kedinginan. Di kampnya, orang-orang meletakkan batu di genangan air untuk membuat jalan setapak.

 

Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memperingatkan tentang banjir begitu salju mulai mencair, mengatakan 362 tenda telah rusak di wilayah itu pada 19 Januari. Lebih dari 400 keluarga terkena dampaknya.

 
Berita Terpopuler