Gelombang Ketiga Covid-19 yang Mulai Mengancam Nakes

Dari akhir Januari hingga 5 Februari 939 nakes dilaporkan positif Civid-19.

Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan melakukan evakuasi pasien Covid-19 untuk dilakukan perawatan di ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmajid, Kota Bekasi, Jawa Barat. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan periode 30 Januari-05 Februari 2022, hasil skrining 9.161 staf di 34 rumah sakit di bawah Kementerian Kesehatan sebanyak 10,25 persen atau sekitar 939 staf rumah dinyatakan positif.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Antara

Gelombang kasus Covid-19 bukan hanya terjadi pada masyarakat biasa. Saat ini ratusan tenaga kesehatan (nakes) dalam kondisi terpapar Covid-19 di tengah kenaikan kasus akibat varian omicron.

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, gelombang ketiga Covid-19 mulai mengancam tenaga kesehatan di rumah sakit. Menurut Zubairi, bila banyak tenaga kesehatan yang terinfeksi akan memengaruhi pelayanan kesehatan.
 
"Gelombang ini mulai mengancam nakes di rumah sakit. Kalau yang terinfeksi banyak dan mereka harus cuti, ketidaktersediaan nakes akan memengaruhi pelayanan. Hal ini dapat jadi masalah yang berat seperti yang terjadi di Inggris. Saya harap itu tidak terjadi," tulis Zubairi dalam keterangannya, dikutip Selasa (8/2/2022).
 
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih mengatakan, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) telah menerbitkan imbauan kepada seluruh dokter di Indonesia. Imbauan itu diterbitkan karena sudah mulai banyaknya dokter dan tenaga kesehatan yang terinfeksi serta meningkatnya angka kematian akibat Covid-19.
 
Daeng mengungkapkan, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan periode 30 Januari-05 Februari 2022, hasil skrining 9.161 staf di 34 rumah sakit di bawah Kementerian Kesehatan sebanyak 10,25 persen atau sekitar 939 staf rumah dinyatakan positif. Dari data tersebut 18 persen positivity rate pada staf manajemen, kemudian 8 persen positivity rate pada dokter, 7 persen positivity rate pada staf penunjang dan 8 persen positivity rate pada perawat. Diketahui, jumlah total staf di 34 rumah sakit sebanyak 54,312, sehingga bila dirata-rata sebanyak 1,73 persen staf rumah sakit dinyatakan positif Covid-19.
 
IDI mewajibkan bagi semua dokter menggunakan APD dengan masker N95 atau setara dan kelengkapan lain dalam level sesuai tempat kerjanya. Setiap dokter juga wajib disiplin protokol kesehatan yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi mobilisasi, dan menghindari makan bersama.
 
Setiap dokter yang melakukan kegiatan profesinya wajib mendapatkan vaksinasi tiga kali," kata Daeng dalam keterangannya, Selasa (8/2/2022).
 
Setiap dokter wajib melakukan swab PCR secara rutin minimal dua minggu sekali agar tidak menjadi sumber penularan bagi pasien, sejawat, rekan kerja, anggota keluarga di rumah, serta masyarakat. Bila terkonfirmasi Covid-19, wajib melaporkan ke IDI cabang dan perhimpunannya.
 
"Dokter yang terkonfirmasi Covid-19, termasuk kasus asimtomatis tetap harus isoman dan mendapatkan terapi adekuat. Kriteria dapat bertugas kembali adalah bila PCR sudah dua kali negatif dengan jarak pemeriksaan 24 jam," papar Daeng.
 
Daeng menambahkan, selama satu bulan ke depan, bagi dokter yang mempunyai komorbid atau berusia 60 tahun ke atas, diimbau untuk lebih mengutamakan praktik melalui telemedisin. Kebijakan ini, Daeng menyebut, akan dievaluasi kembali setiap bulan.
 

Baca Juga

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat mencatat setidaknya lima persen nakes di puskesmas tingkat kelurahan dan kecamatan masih menjalani isolasi mandiri (isoman) setelah positif Covid-19. Angka itu juga termasuk nakes yang bertugas di rumah sakit umum daerah (RSUD).

"Saat ini, sekitar lima persen nakes kami di sejumlah puskesmas kelurahan, kecamatan, dan rumah sakit umum daerah terpapar Covid-19," kata Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Pusat Erizon Safari saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (8/2/2022). Para nakes menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan. Apalagi, kasus Covid-19 di Jakarta Pusat terus mengalami kenaikan hingga 5.000 kasus.

Kondisi itu, menurut Erizon, menuntut nakes untuk kontak erat dengan pasien positif. Namun demikian, Erizon menyebut, pihaknya tetap memberikan pelayanan yang optimal di tengah keterbatasan sumber daya manusia (SDM) di puskesmas maupun RSUD.

"Jika nakes di puskesmas itu ada yang Covid-19, bukan berarti pelayanan di sana terhenti. Kepala puskesmas yang bisa menilai apakah puskesmas tersebut masih bisa beroperasi atau dialihkan ke fasilitas kesehatan lain," kata Erizon.

Salah satu puskesmas yang terpaksa menutup sementara pelayanan kesehatan dan pengobatan karena terbatasnya jumlah nakes adalah Puskesmas Kelurahan Kebon Sirih. Kepala Puskesmas Kecamatan Menteng Rusmala Dewi mengatakan, setidaknya ada tiga tenaga kesehatan yang harus melakukan isolasi sehingga pelayanan dan pengobatan di Puskesmas Kebon Sirih harus ditutup sementara.

Layanan kesehatan dan pengobatan pun dialihkan ke Puskesmas Kecamatan Menteng hingga sepekan mendatang. Namun, Puskesmas Kebon Sirih tetap beroperasi hanya untuk melayani vaksinasi dosis booster untuk warga yang sudah mendaftar.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia masih berperang melawan pandemi Covid-19 dengan memanfaatkan konsep pertahanan semesta. "Kita masih berperang. Saya percaya Indonesia sudah berapa kali perang selalu menang. Yang penting kita mau kompak bekerja sama. Kita memanfaatkan konsep pertahanan semesta," katanya, saat meninjau vaksinasi Covid-19 di Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa siang.

Ia mengatakan konsep pertahanan semesta merupakan strategi berperang di mana rakyat yang paling berperan menentukan kalah atau menang. Peta kekuatan terbesar Indonesia, kata dia, bukan berada pada kekuatan yang dimiliki pemerintah, tapi kebersamaan masyarakat dalam menghadapi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Menkes mengatakan peralatan perang yang kini tersedia seperti penggunaan masker hingga vaksinasi Covid-19 perlu segera dimanfaatkan masyarakat. "Kita bisa mengatasi perang menghadapi pandemi ini, tetapi bukan di kita kekuatannya, kekuatannya ada di rakyat semua, ada di masyarakat semua. Senjatanya apa?, bukan pistol, bukan bom, senjatanya adalah pakai masker dan cepat divaksin," katanya.

Menkes mengimbau masyarakat yang masih memiliki keluarga pada kelompok rentan seperti lansia agar segera membawa mereka ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk divaksin. "Kalau kita punya bapak, punya ibu, punya kakek, punya nenek yang masih belum divaksin, cepat-cepat divaksin. Adalah tugas kita untuk melindungi orang tua kita," ujarnya.

Salah satu ciri dari pasien Omicron bergejala berat bahkan kritis umumnya berusia di atas 60 tahun dan memiliki komorbid (penyakit penyerta), ujar Budi.

Panduan Batasan Pasien Covid-19 Selesai Jalani Isoman - (Republika)

 

 
Berita Terpopuler