Kasus Naik Terus: Ini Panduan Waktu Tes Covid-19 Kalau Bergejala atau Kontak Erat

Tes Covid-19 diperlukan untuk mengonfirmasi kasus pada orang bergejala-kontak erat.

Antara/Dedhez Anggara
Petugas kesehatan melakukan tes usap PCR kepada warga di RT 05 Desa Sukaurip, Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Sejumlah warga mengikuti tes usap PCR setelah salah satu warga di RT tersebut dinyatakan positif Covid-19. Ketahui waktu yang tepat untuk jalani tes Covid-19 ketika ada kontak erat atau mengalami gejala.
Rep: Adysha Citra Ramadani, Dian Fath Risalah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah meningkatnya kasus Covid-19 akibat varian omicron, ada semakin banyak orang yang mungkin melakukan kontak erat atau mengalami gejala yang dicurigai terkait Covid-19. Pada kondisi seperti itu, pengetesan Covid-19 sebaiknya dilakukan untuk mengonfirmasi apakah seseorang yang bergejala atau melakukan kontak erat tertular Covid-19 atau tidak.

Edukator Covid-19 dan PhD candidate in Medical Science Kobe University dr Adam Prabata mengungkapkan kapan sebaiknya pengetesan Covid-19 dan karantina dilakukan bila seseorang berada dalam dua situasi tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dari dr Adam kepada Republika.co.id, dikutip Sabtu (29/1/2022).

Ketika ada kontak erat
Menurut Kementerian Kesehatan RI, seseorang bisa dikatakan melakukan kontak erat bila memiliki riwayat kontak dengan orang lain yang berstatus probable atau terkonfirmasi Covid-19. Orang yang melakukan kontak erat idealnya perlu menjalani karantina. Di hari itu pula, pengetesan Covid-19 bisa dilakukan.

"Boleh PCR atau antigen. Itu namanya entry test," jelas dr Adam.

Bila hasil tes positif, maka orang tersebut perlu melakukan isolasi sesuai ketentuan. Namun, bila hasil tes negatif, lanjutkan karantina selama lima hari. Pada hari kelima, lakukan kembali tes Covid-19.

"Kalau misalnya negatif, baru selesai karantinanya," kata dr Adam.

Pada praktiknya, tidak semua orang mampu melakukan dua kali pengetesan Covid-19. Kondisi ini dapat disiasati dengan cara langsung melakukan karantina setelah melakukan kontak erat.

Baca Juga

Syarat-syarat pasien Omicron bisa isoman di rumah - (Republika)

Pada hari kelima karantina, baru lakukan pengetesan Covid-19. Bila hasil tes negatif, karantina bisa diselesaikan.

Menurut dr Adam, cara ini pernah dipakai tahun lalu oleh negara seperti Amerika Serikat. Warga Amerika Serikat yang melakukan kontak erat bisa langsung menjalani karantina dan baru melakukan tes Covid-19 pada hari kelima.

"Kalau misalnya negatif, hari ketujuh atau kedelapan sudah bisa kembali lagi ke masyarakat," ujar dr Adam.

Bila sama sekali tidak mau mengeluarkan biaya untuk tes Covid-19, ada opsi lain yang bisa dilakukan. Opsi tersebut adalah langsung menjalani karantina selama 14 hari di rumah dan tidak berpergian ke mana pun. Bila selama 14 hari tersebut tak ada gejala, karantina bisa diselesaikan.

"Tapi kalau dalam periode karantina itu ada gejala, langsung periksa (tes Covid-19) saja," jelas dr Adam.

Bila bergejala yang dicurigai Covid-19
Di saat aktivitas mulai kembali ramai, ada kalanya orang-orang tidak tahu apakah mereka pernah berkontak dengan orang lain yang mengidap Covid-19. Di sisi lain, mereka mungkin mengalami gejala yang tampak seperti gejala Covid-19.

"(Pada kondisi ini) kalau mau langsung tes silakan," ujar dr Adam.

Akan tetapi, dr Adam lebih menyarankan orang yang bergejala untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu ke dokter. Bila khawatir atau tidak ingin keluar rumah, coba memanfaatkan berbagai layanan telemedicine untuk berkonsultasi secara daring kepada dokter mengenai gejala-gejala yang dirasakan dan dicurigai terkait Covid-19.

"Tanyain dengan kondisi saya sekarang, perlu tes apa enggak. Karena setiap orang kan akan beda-beda ya kombinasi gejalanya," kata dr Adam.

Melalui konsultasi ini, dokter bisa memberikan rekomendasi apakah pasien yang bergejala perlu melakukan tes Covid-19 atau tidak. Bila dirasa perlu, maka pasien bisa melakukan tes Covid-19.

Berkaitan dengan tes, dr Adam mengatakan, di beberapa negara akses terhadap pengetesan Covid-19 tidak semudah di Indonesia. Di negara-negara tersebut, orang yang mengalami gejala atau keluhan akan berobat terlebih dahulu. Setelah itu, dokter yang akan melakukan penilaian apakah pasien perlu melakukan tes antigen atau RT-PCR.

"Kalau di Indonesia kan bisa langsung," jelas dr Adam.

Sementara itu, Ketua Konsil Ketua Konsil Kedokteran Prof Taruna Ikrar mengatakan, tes sebaiknya dilakukan di tengah kondisi pandemi seperti saat ini, terlebih gejala flu biasa hampir mirip dengan infeksi varian. Pemeriksaan antigen atau PCR dilakukan dua hari setelah merasakan gejala.

"(Periksa PCR/antigen) Tunggu dua hari, karena masa inkubasi varian omicron antara tiga sampai lima hari," jelas Ikrar kepada Republika.co.id, Jumat (28/1/2022).

Gejala omicron vs flu
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP-PDPI) Erlina Burhan mengatakan, meskipun memiliki gejala yang hampir sama dengan flu biasa, infeksi varian omicron memiliki karakteristik yang berbeda yang perlu diwaspadai. Nyeri tenggorokan dan tenggorokan gatal menjadi ciri khas infeksi omicron.

Kedua gejala tersebut, menurut Erlina, biasanya tidak dialami oleh mereka yang mengalami flu. Para pakar juga menyarankan untuk melakukan tes Covid-19 sedini mungkin ketika mengalami keluhan tersebut.

Beda sakit tenggorokan biasa dengan gejala Covid-19. - (Republika)

"Gejala yang sering dirasakan pasien omicron adalah batuk kering, nyeri tenggorokan, tenggorokan gatal, merasa kelelahan dan mudah lelah, hidung tersumbat atau pilek, demam, nyeri kepala, kadang mual/muntah, sesak napas dan meskipun jarang ada juga yang mengalami diare," kata Erlina yang juga merupakan Juru Bicara Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) dalam keterangannya dikutip, Kamis (27/1/2022).

Meskipun infeksi omicron terkesan ringan, berbagai data melaporkan perburukan gejala yang memerlukan perawatan dapat terjadi. Kelompok lanjut usia, orang dengan komorbiditas, dan anak-anak berisiko mengalami demam tinggi dan sesak napas berat sehingga tetap perlu kewaspadaan khusus.

Erlina menjelaskan, gejala infeksi varian omicron ini bervariasi pada setiap orang. Ada beberapa kelompok yang akan mengalami gejala berat jika terinfeksi, seperti lansia dan orang dengan komorbid.

 
Berita Terpopuler