Waktu yang Pas untuk Tes Covid Saat Gejala Omicron Dirasa Mirip dengan Flu Biasa

Dengan segera tes PCR atau antigen akan sangat bermanfaat bila memang positif Covid.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pelajar menjalani tes usap antigen di SMP Assalaam, Jalan Sasak Gantung, Regol, Kota Bandung, Selasa (25/1/2022). Masyarakat saat ini mempertanyakan waktu yang tepat melakukan tes Covid-19 saat gejala Omicron mirip dengan flu biasa.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah

Baca Juga

Tes swab antigen serta PCR merupakan cara untuk mengkonfirmasi Covid-19. Namun, kapan waktu yang tepat untuk melakukan tes Covid-19 ini?

Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi selama beberapa waktu belakangan membuat setiap orang jadi lebih waspada pada penularan. Bahkan, dengan adanya varian Omicron, membuat masyarakat awam bingung membedakan gejala flu biasa dengan Covid-19.

Ketua Konsil Ketua Konsil Kedokteran Prof. Taruna Ikrar, mengatakan, di tengah kondisi pandemi seperti saat ini, terlebih gejala flu biasa yang hampir mirip dengan varian Omicron alangkah baiknya bila ada gejala langsung saja diperiksa antigen. Pemeriksaan antigen atau PCR dilakukan dua hari setelah merasakan gejala.

"(Periksa PCR/antigen) Tunggu dua hari, karena masa inkubasi varian Omicron 3-5 hari," terang Ikrar kepada Republika, Jumat (28/1/2022).

Menurutnya, dengan segera melakukan tes PCR atau antigen akan sangat bermanfaat bila memang terkonfirmasi Covid-19. Sehingga, pasien bisa langsung melakukan mitigasi diri dengan melakukan isolasi mandiri di rumah.

Ikrar mengatakan, gejala yang harus diwaspadai untuk varian Omicron adalah rasa gatal di tenggorokan. Hal ini lantaran varian Omicron yang lebih menyerang saluran tenggorokan yang menyebabkan rasa nyeri dan gatal yang jarang dirasakan oleh mereka yang terkena flu biasa.

Dokter sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam juga, mengatakan hal yang sama. Saat ini bila merasakan flu langsung segera melakukan tes PCR atau antigen. Pasalnya, kasus harian yang sudah hampir mencapai 10 ribu per harinya.

"Saat ini kalau pilek dan meriang cek PCR. Kasus harian sudah mencapai 10 ribu," ungkapnya kepada Republika, Jumat (28/1/2022).

Hal senada diungkapkan, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, bila sedang terkena flu, alangkah baiknya segera memeriksakan diri dengan melakukan tes antigen dan PCR. Terlebih, bila sebelumnya sempat melakukan kontak dengan orang banyak, maka tanpa menunggu waktu segeralah periksakan diri ke fasilitas kesehatan.

"Kalau ada kecurigaan, misalnya baru kontak dengan seseorang yang datang dari luar negeri, atau ada kontak dengan seseorang yang pernah kontak dengan pasien, atau baru menghadiri kerumunan banyak orang, dan lainnya, baiknya langsung periksa PCR atau antigen," kata Tjandra kepada Republika, Jumat (28/1/2022).

Prof Tjandra menambahkan, sehubungan dengan peningkatan kasus Covid-19 utamanya karena varian Omicron, maka tentu perlu dilakukan antisipasi sejak dini. Dengan jumlah kasus yang sudah mulai meningkat, alangkah baiknya untuk pasien yang tanpa gejala atau asimptomatik dan tidak ada faktor risiko yakni bukan lansia, tidak ada komorbid dan lainnya agar dirawat di rumah.

Namun, ada kriteria khusus rumah bila dijadikan tempat isolasi mandiri. Pertama, tersedia ruang/ kamar yang sehat dan aman. Pihak keluarga juga menguasai bagaimana menanngani pasien yang ada di rumah, penyediaan makan, kebersihan, dll.

"Serta amat perlu ada dukungan moral dan sikap positif dari anggota keluarga dan kerabat," tegas Tjandra.

 Selain itu, harus dalam pengawasan dokter, baik Puskesmas/klinik setempat atau dengan telemedisin. Pengawasan yang dilakukan adalah monitor ada tidaknya keluhan seperti demam, batuk, sesak nafas, sakit kepala, nyeri tubuh, diare, dll atau perburukan dari keluhan.

"Kedua adalah monitor dengan alat, misalnya saja dengan thermometer yang relatif mudah didapat, atau lebih bagus lagi dengan oximetri untuk tahu situasi oksigen di tubuh, atau mungkin alat tensimeter untuk mengukur tekanan darah, dll. Monitor setidaknya dilakukan dua atau tiga kali sehari," terang Tjandra.

Untuk kebutuhan sehari-hari pasien juga harus tetap terjaga baik. Juga harus dijamin keamanannya

"Makan dan minum yang baik, istirahat yang cukup, pakaian dan tempat tidur yang memadai dan lainnya. Keamanan juga harus dijamin, misalnya jangan sampai ada arus pendek listrik di kamar karena pasien tertidur sambil alat elektronik menyala, atau tergelincir di kamar mandi karena penuh air tidak dibersihkan dan lainnya," tuturnya.

 

 

 

 

 

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, bila sedang terserang flu sebaiknya langsung memeriksakan diri.

"kalau flu periksakan saja," kata Nadia.

Nadia menyebut menyebut ada satu hal paling utama yang bisa membedakan Omicron dengan flu biasa. Yakni, gejala anosmia atau tidak mampu mencium.

"Flu tidak ada anosmia, meskipun di Omicron juga jarang terjadi," katanya.

Selain itu, untuk membedakan Omicron dan flu biasa dapat diketahui dari pemeriksaan PCR dan antigen. Jika pemeriksaan menunjukkan hasil positif, maka seseorang dapat didiagnosis dengan Covid-19. Jika tidak, besar kemungkinan adalah flu biasa. Untuk mengetahui varian virus Corona yang menginfeksi perlu dilakukan tes PCR SGTF.

Sebelumnya, Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP-PDPI) Erlina Burhan mengatakan meskipun memiliki gejala yang hampir sama dengan 'flu biasa', varian Omicron memiliki karakteristik yang berbeda yang perlu diwaspadai. Terdapat gejala yang menjadi pembeda flu dan varian Omicron yaitu nyeri tenggorokan dan tenggorokan gatal.

Kedua gejala tersebut, kata Erlina, biasanya tidak dialami oleh mereka yang mengalami flu. Para pakar juga menyarankan untuk mengetahui apakah gejala yang dialami adalah tanda infeksi Omicron atau flu adalah dengan melakukan tes Covid-19 sedini mungkin.

"Gejala yang sering dirasakan pasien Omicron adalah seperti batuk kering, nyeri tenggorokan, tenggorokan gatal, merasa kelelahan dan mudah lelah, hidung tersumbat atau pilek, demam, nyeri kepala, kadang mual/muntah, sesak napas dan meskipun jarang ada juga yang mengalami diare," kata Erlina yang juga merupakan Juru Bicara Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) dalam keterangannya dikutip, Kamis (27/1/2022).

Meskipun terkesan ringan, berbagai data melaporkan perburukan gejala yang memerlukan perawatan, seperti demam timggi dan sesak napas berat pada kelompok lanjut usia, dengan komorbiditas dan anak-anak. Sehingga tetap perlu kewaspadaan khusus.

Erlina menambahkan, gejala varian Omicron ini bervariasi pada setiap orang. Ada beberapa kelompok yang akan mengalami gejala berat jika terinfeksi seperti lansia dan orang dengan komorbid.

"(Untuk penyakit flu) Orang leluasa tetap ke sekolah, bekerja, ke toko, ke mal, naik bus tanpa masker. Orang flu biasa tanpa masker, tetapi ini berbeda dengan Omicron. Apalagi mudah menular dan bisa berat juga seperti dua orang yang kemudian meninggal itu," tutur Erlina.

Berdasarkan laporan, 43 kasus Omicron di Amerika Serikat pada 1-8 Desember 2021, data dari 37 pasien simptomatik (bergejala) yang mengalami batuk 89 persen, kelelahan atau fatigue 65 persen, hidung tersumbat 59 persen, demam 38 persen, mual atau muntah 22 persen, sesak napas 16 persen, diare 11 persen dan anosmia 8 persen. Sementara berdasarkan pengamatan pada 17 pasien probable Omicron dan Omicron di RSUP Persahabatan, kata Erlina, sebanyak 65 persen bergejala ringan, batuk kering 63 persen, nyeri tenggorokan 54 persen, pilek 27 persen, sakit kepala 36 persen, demam 18 persen.

 

 

Syarat-syarat pasien Omicron bisa isoman di rumah - (Republika)

 
Berita Terpopuler